39. Pesta Pernikahan

231 31 7
                                    

Rei menatap bingung gaun merah dan sekotak perhiasan baru yang diberikan Ibu kepadanya. Gadis itu membawa keduanya ke dalam kamar dan menyimpan itu di atas meja rias.

Rei melihat Jake yang baru selesai mandi dengan pakaian lengkap. Lelaki itu menghampiri Rei yang menatapnya tak berkedip. Jake memperangkap Rei, kedua tangannya di simpan di sisi kanan dan kiri Rei.

"Di kamar boleh?" tanya Jake, menggoda gadisnya. Jake mendekat ketika tidak menemukan penolakan. Satu tangannya berpindah dari meja rias ke pipi Rei.

"Rei!" Rei segera berdiri dan pergi ke luar kamar saat Ibu memanggilnya. Jake tertawa melihat kepanikan gadisnya itu. Jake jelas tidak bersungguh-sungguh soal keinginannya mencium Rei di bibir.

Jake tahu Rei tidak menghendaki keinginannya. Rei hanya tidak enak untuk menolak. Rei merasa bersalah akan perkataannya tempo hari. Tetapi Jake akan menunggu, selama apapun ia harus.

Besok adalah hari pernikahan kedua Paman. Tetapi Rei tidak tahu menahu soal ini, Jake selalu lupa ketika akan mengatakannya. Saat bersama Rei, hanya ada tentang mereka. Ehehe..

Rei kembali ke dalam kamar, dengan satu set pakaian baru milik Jake. Lelaki itu sedang asyik membaca buku pelajarannya. Rei menyimpan barang bawaannya ke tempat kosong di meja rias.

Keesokan hari, pagi-pagi sekali Nenek dan Ibu sudah berisik untuk seluruh keluarga segera bersiap. Jake sudah rapih dengan pakaian baru yang diberikan oleh Ibu kemarin. Sedang Rei masih sibuk berhias diri di depan cermin.

Jake mendekat ketika Rei sudah selesai berhias, tinggal memasang perhiasan saja. Jake berjongkok di sebelah kursi, meraih gelang-gelang kaki baru untuk dipasang di kedua pergelangan kaki jodohnya.

Rei dengan agak tergesa memasang gelang tangan, lalu anting, dan terakhir kalung yang dibantu Jake. Riasan kali ini biasa saja, tidak seheboh saat pernikahan tentu saja. Surai kecokelatan milik Rei di biarkan tergerai lurus dengan jepit rambut warna perak di bagian poni.

"Cantik sekali," puji Jake, sembari mencuri kesempatan untuk mencium pipi Rei.

"Ayo!" Sebelum Rei mulai mengoceh tentang kecupan Jake, lelaki itu lebih dulu membawa gadisnya turun karena akan segera berangkat.

Semua orang sudah bersiap di lantai bawah. Seluruh anggota keluarga menggunakan pakaian dengan nuansa merah dan sedikit emas. Sementara Paman jadi yang paling mencolok dengan pakaian full warna emas.

Mereka menaiki bus yang disewa keluarga mereka. Jake dan Rei duduk di baris kedua bus bagian kiri, di depan mereka ada Kakek dan Nenek. Di kursi sebelah Kakek-Nenek ada Paman yang duduk sendiri. Di sebelah kursi milik Jake dan Rei ada Ayah-Ibu.

Rei duduk di bagian yang dekat jendela. Melihat jalanan dengan wajah kelewat serius. Gadis itu menoleh ke arah Jake yang fokus menghadap depan. "Kita akan pergi ke mana?" tanya Rei.

Jake melebarkan matanya terkejut. Rasanya ia baru saja diingatkan sesuatu yang dirinya lupakan cukup lama. Dengan wajah cengengesan dan menggaruk tengkuk tak gatal, Jake menoleh.

"Kita akan ke acara pernikahan," jawab Jake. Jake menatap bingung Rei yang merubah raut wajahnya cepat.

"Siapa yang akan menikah? Kamu!" tuduhan itu dilontarkan tanpa pikir panjang. Rei menelisik penampilan lelaki di sebelahnya itu dari atas sampai bawah.

Tampan dan sangat rapih!

"Hiks," isak tangis Rei mulai terdengar. "Kamu akan menikah lagi? Tapi bagaimana dengan aku?"

Jake gelagapan. Ia mencoba menenangkan namun malah dihempaskan karena Rei lebih percaya pada kesimpulan tanpa dasarnya. Jake menepuk jidatnya, menyalahkan diri sendiri atas keteledoran tidak memberi tahu Reo sejak awal.

METANOIA | Jake x Rei [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang