30. Penyatuan Kedua

250 32 0
                                    

Saya merasa bab ini agak +++, jadi mohon maaf.

~

Keluarga Sim menghabiskan waktu hingga menjelang sore untuk mengobrol di gazebo sebelah kandang bebek. Para pria banyak tertawa terbahak saat mereka membicarakan hal yang acak.

"Nak, sudah mau sore. Pergilah berkeliling sebentar sebelum terlalu sore. Kita bisa terlambat pulang nanti," ingat Nenek. Jake yang mendengar itu mengangguk cepat.

Ibu juga menyarankan hal yang sama dengan wajah lebih ramah. Entah kenapa firasat Jake tidak enak setiap mendapati Nenek tersenyum tipis yang sangat janggal

Namun Jake mencoba mengabaikan hal tersebut setelah melihat Rei yang antusias saat ia genggam tangannya untuk diajak berkeliling peternakan.

Jake membawa Rei ke arah kanan dari gazebo sebelumnya. Memperlihatkan kandang-kandang ayang, angsa dan babi. Sesekali Jake akan mengajak bicara pekerja untuk mendapatkan informasi tambahan yang bisa dijelaskan kepada Rei.

"Wah, luci sekali," pekik Rei sembari menunjuk ke arah induk babi yang sedang menyusui 5 anaknya. Jake mengusap kepala Rei singkat.

Saat makan siang tadi, selendang dan penutup wajah Rei dan yang lain dibuka. Tidak masalah, mereka makan di sebuah saung tertutup dengan para pekerja berdiri di luar saung, membelakangi para Tuannya.

Rei sempat mengubah tatanan rambut yang awalnya hanya diikat biasa menjadi di kepang oleh Ibu.

"Peternakan ini sudah ada sebelum Kakek lahir," ucap Jake. Membuat Rei melotot kaget dengan imutnya.

Hal itu membuat Jake terkekeh singkat. "Iya, sebelum Kakek lahir, peternakan ini sudah lebih dulu ada. Sekarang lebih sering diurus Paman sebal generasi ke-4," sambung Jake.

Rei mengangguk kecil walaupun tidak begitu menangkap apa yang dibicarakan jodohnya itu.

Setelah puas di bagian kanan, Jake membawa Rei berbalik menuju arah kiri melewati gazebo yang ternyata masih dipenuhi keluarga mereka yang sedang makan manisan.

Rei yang awalnya berjalan di depan mundur sedikit, lali dengan berani meraih tangan Jake. Jake yang menyadari itu balik menggenggam tangan mungil Rei dengan erat.

Rei tersenyum melihat itu.

Di bagian kiri ini lebih banyak terdapat gubuk-gubuk tempat tinggal para pekerja dan keluarga mereka. Sementara untuk para budak mereka tinggal di dua bangunan luas yang terbagi antara suami dan istri (atau hanya sekadar perempuan dan laki-laki). Di tengah-tengah antara dua ruangan lelaki dan perempuan terdapat satu ruangan kecil yang dijadikan tempat khusus bersetubuh dengan pasangan mereka.

Secara bergantian. Ada jadwal non tertulis yang menentukan setiap malamnya giliran pasangan mana. Para budak itu miskin, jelas. Mereka punya aturan yang mengekang mereka sendiri.

Para budak dilarang menjodohkan anak-anak mereka keluar dari orang-orang yang status sosialnya berbeda. Budak dengan budak, bekerja sebagai budak. Alasan tempat tidur terpisah di tempat bekerja -beberapa Tuan memang menyediakan tempat tinggal apabila usaha mereka adalah peternakan dan pertanian- adalah agar mereka para budak tidak semakin banyak memiliki keturunan.

Mereka beban, tentu saja.

Jake tidak tahu ini jam berapa, tapi melihat langit yang sangat gelap sekarang, sepertinya bukan malam melainkan akan turun hujan.

Jake berencana segera kembali ke gazebo untuk nantinya pulang. Tetapi Rei belum ingin, gadis itu menarik Jake ke arah gubuk yang sangat jelek dari luarnya.

"Seingatku, ini adalah tempat penyimpanan jerami dan kayu untuk tungku pembakaran. Wajar saja tidak terawat dengan baik," terang Jake saat Rei mulai bertanya.

METANOIA | Jake x Rei [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang