Bab 1

107K 5.2K 434
                                    

Seorang remaja laki-laki tengah menatap cermin yang berada didepannya.

"Ganteng kok."Ucapnya sambil menelisik wajahnya.

"Kekurangan cuma dua, satu yatim piatu, dua miskin."Dia menggelengkan kepalanya, menghela nafas kasar.

"Ngenes banget nasib gue."

"Tapi nggak apa-apa kan gua ganteng pasti si Chelsea nerima gua."Dia merapikan rambutnya agar lebih tampan.

"Nah kan cakep!"

Kevin namanya, hanya Kevin tidak ada marga, bukan anak konglomerat hanya anak tunggal biasa yang orang tuanya telah tiada saat kecelakaan motor menimpa mereka ketika ingin pergi ke pasar.

Sudah dua tahun Kevin hidup dirumah kontrakan, mereka memang tidak memiliki tempat tinggal tetap karena hanya hidup bercukupan.

"Walaupun gua kesel sama si Axel karena malah cinta sama anak pungut itu tapi gua mau ngikutin cara dia nembak cewek."

"Kan ingat lagi cerita si Kevan jadinya! Lagian sih keluarga biadab itu ngeselin! Ngapain coba ngebela anak pungut sebegitunya! "

"Tapi kalo dipikir-pikir si Kevan bodoh juga, kalo gua jadi dia, gua nggak peduli dengan keluarga sialan itu!"

"Kan mereka kaya ya, jadi dari pada cari perhatian sama keluarganya lebih baik ngabisin harta daddynya Kevan."

"Sayang banget kalo nggak dihabisin, kalo dia mati pun hartanya tetap Nggak berkurang malahan."

"Aneh emang si Kevan."

"Eh jam berapa ni?"Kevin melihat jam didinding yang menempel dikamarnya.

"Astaga! Udah mau jam tujuh! Gua harus cepet-cepet pergi sekolah ni!"

Kevin segera memasukkan buku dengan cepat tanpa melihatnya, dia segera memakai sepatu dan keluar dari kamar.

"Jangan sampe gua kena hukum lagi! Bisa bisa beasiswa gua kena cabut!"

Kevin memang mendapat beasiswa, dia pintar tapi dia mendapatkan beasiswa itu karena dia berteman dekat dengan gurunya waktu berada di SMP, gurunya tahu jika Kevin tidak mempunyai orang tua jadi dia berbaik hati untuk mengajukan beasiswa.

Begitulah, jika nggak ada guru itu pasti Kevin udah nggak sekolah sekarang.

Biaya di kota mahal, Kevin hanya bekerja serabutan.

Kadang dia benerin genteng tetangga, kadang dia bawain kerupuk kewarung-warung ya gitu terus.

Bisa dapat makan mie sama telur aja Kevin udah bersyukur.

Kevin punya handphone tapi itu juga udah jadul.

Handphone itu dikasi ibunya waktu masih ada.

Sekarang aja layar udah retak dan bisa lepas gitu layarnya, untung aja ada karet gelang jadi Kevin mengikatnya agar layarnya tidak jatuh jatuh.

Handphone itu satu satunya harta berharga bagi Kevin, walaupun sudah rusak tapi masih bisa dipakai dan Kevin memakainya juga untuk membaca novel online, setelah dia bekerja dia akan membaca novel sebagai penghiburnya dikala badan yang sudah lelah, lebih tepatnya hobinya membaca novel.

Untung saja yang punya kos-kosan baik memberikan WiFi gratis pada semua penghuni di kos-kosannya.

Kevin berlari dengan cepat, dia sih mau nya naik angkot tapi uangnya nggak ada, uangnya tinggal sepuluh ribu, itu juga untuk makan nanti beli mie.

Sekolahnya nggak terlalu jauh, cuma sekitar setengah jam jika berjalan pelan dan lima belas menit jika berlari, jika naik kendaraan hanya sepuluh menit.

Transmigrasi : Gua bukan Gay (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang