Bab 85

9.3K 617 44
                                    

"Mau nggak jadi uke gua?"

Bibir Sean berkedut saat mendegar apa yang dikatakan oleh Kevan, uke?

Kevan dibuat panas dingin melihat Sean yang hanya diam saja."Ditolak lagi kayaknya gua."Kevan menunduk sedih, sepertinya cintanya kali ini kembali ditolak.

"Baiklah."

"Oke gua paham, makasih udah dengerin gua, kan bener gua ditolak lagi."

Sean menaikkan alisnya saat Kevan berbicara aneh.

"Aku menerimanya."

"Udah nggak usah ngomong lagi, gua tahu kalo Lo nolak gua.... Eh tunggu Lo bilang apa?"

"Aku menerimanya."

"Ha! Beneran!"

Sean menganggukan kepalanya tanda setuju, dengan hati yang gembira Kevan memeluk Sean dengan erat, dia menitikkan air matanya karena untuk pertama kalinya cintanya tidak ditolak.

Kevan mencium bibir Sean singkat tapi hal yang tidak terduga terjadi, Sean menahan tengkuknya dan melumatnya lebih dalam.

Kevan sebenarnya ragu untuk mencium Sean tapi ciuman Sean semakin menuntut, Sean bahkan mengigit bibir Kevan membuat Kevan meringis, dengan mudahnya Sena memasukkan lidahnya dan menyesap lidah Kevan.

Lama mereka berciuman membuat dada Kevan sesak, dia memukul dada Sean yang belum saja selesai dari aksi ciumannya.

Sean yang mengerti melepaskan tautannya, nafas Kevan terengah-engah.

"Gila ya Lo! Mau gua mati ha!"Kevan mengelap kasar bibirnya yang masih basah.

Tanpa mengatakan apapun Sean kembali mencium bibir Kevan dengan kasar, hal itu membuat Kevan mencubit perut Sean membuat Sean meringis, dia kembali memisahkan tautannya.

"Nggak usah cium lagi!"

"Kenapa? Bukankah kita pacaran?"

"Ya sih tapi kan gua yang harusnya mimpin bukan Lo!"

"Benarkah? Bukannya malah sebaliknya?"Bisik Sean ditelinga Kevan membuat Kevan membolakan matanya.

"Jangan bilang Lo..."

"Benar, dan kau akan menjadi uke ku."Sean membalikkan badan Kevan dan mengukungnya.

"Sialan! Nggak mau! Batal batal! Kita nggak jadi pacaran!"Kevan memukul dada Sean berkali-kali hingga Sean menangkap tangannya dan meletakkannya di atas kepala.

Sean mencium leher Kevan membuat Kevan mendongak.

"Nggak! Gua nggak mau!"Dengan inisiatifnya dia menendang kesayangan Sean membuat Sean meringis, hak itu menjadi kesempatan Kevan untuk menjauhi Sean dan berlari kearah pintu.

"Aaaaaa nggak mau!"

Sean ingin mengejar Kevan tapi Kevan lebih dulu keluar dari pintu.

"Shit! Aku lupa menarik cardnya!"Sean melihat kekiri dan kekanan, disana sudah tidak ada lagi Kevan.

"Ah tunggu saja Kevan, kau sendiri yang ingin aku menjadi pacarmu dan itu tidak anda bisa diubah."Sean menutup pintu dan berjalan kearah kamar mandi, dia harus menenangkan kesayangannya dulu.

Kevan berlari sekencang mungkin dan sesekali dia melihat kebelakang.

"Anjing! Ternyata dia sama kayak gua! Pihak atas! Kok bisa dia jadi pihak atas padahal dia cantik! Emang sialan!"

Sekarang Kevan sudah jauh dari hotel, dia berhenti sebentar dan duduk disisi jalan.

"Aduh capek banget gua! Kenapa sih nasib gua gini banget! Sialan! Aaaaaa gua cuma mau jadi pihak atas!"

"Ini gimana lagi cara pulangnya! Gua juga nggak bawa dompet sama hp! Ini gara gara kembar sialan itu!"

Langit mulai mendung dan benar saja, hujan rintik-rintik turun mengenai tubuh Kevan.

"Bahkan alam tahu kesedihan gua, dia juga ikutan nangis."

"Gimana ya, gua pulang pake apa? Bisa jontor kaki gua!"

Dengan langkah lesu Kevan berjalan, dia hanya membiarkan hujan mengenai tubuhnya tanpa mencari tempat berlindung.

"Pacar!"

Kevan melihat kekiri dan kekanan, dia seperti mendegar ada seseorang yang memanggilnya, tapi tidak ada orang, dia kembali melanjutkan langkahnya tapi kembali lagi dia mendegar teriakan.

"Pacar!"

Kevan berbalik, dia melihat sebuah mobil dan kemudian melihat sosok yang mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil.

"Pacar! Masuk! Ngapain hujan-ujanan."

"Kevin?"

Transmigrasi : Gua bukan Gay (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang