Bab 60

13K 831 11
                                    

Axel melajukan motornya saat ini, dia akan pergi kerumah Aca karena Karina mengatakan jika Kevan terluka parah karena kecelakaan.

Axel bingung kenapa Karina tidak membawa Kevan kerumah sakit, kenapa harus membawa kerumah Aca.

Saat sampai dirumah Aca, Axel tidak melihat satupun satpam atau yang lainnya yang berjaga didepan rumahnya, hanya ada dua mobil yang terpakir dihalaman rumah.

Axel mengambil handphone dalam sakunya dan mencoba menelpon Karina, dua panggilan  sudah tidak dijawab oleh Karina.

"Kenapa Karina nggak jawab?"

Rasa khawatir hinggap dihatinya Axel,"apa masuk aja?"

Axel yang tidak mau berlama lama masuk kerumah Aca tanpa permisi.

"Kenapa kosong?"

"Kevan? "

Persetan dengan sopan santun, Axel malah mencari disetiap sudut rumah Aca, dia juga membuka kamar dan juga disana tidak ada Kevan atau Aca dan Karina.

"Nggak mungkin mereka ngebohongin gua kan?"

Axel menatap tangga, dia naik keatas dengan cepat, melihat sekitar dan pandangannya terhenti pada pintu kamar yang berwarna biru, disana tampak ada tulisan Aca pada depan pintu.

Axel membukanya dengan cepat, seketika matanya membola saat melihat Kevan yang berada dikasur.

"Kevan! Apa kau baik baik saja?"

Axel berjalan mendekati Kevan, dia meneliti setiap tubuh Kevan, tidak ada luka yang ada ditubuh Kevan.

Tapi lihatlah, Axel meneguk ludahnya saat melihat Kevan seperti ini.

Kaos Kevan yang sedikit terbuka memperlihatkan nipp*l indah Kevan.

Mulut Kevan yang terbuka sedikit, dan lihatlah tonjolan yang sedikit basah dicelana Kevan.

Pemandangan itu membuat Axel tidak tahan, ingin sekali dia menerkam Kevan.

"Ke-van apa kau baik baik saja?"

Axel tidak tahu apa yang terjadi pada Kevan, tapi yang pasti Kevan sekarang sedang meracau tidak jelas dan tidak pernah membuka mata.

Axel ingin memegang pipi Kevan tapi Kevan menariknya hingga dia terjatuh mengukungnya tubuh Kevan.

"Pa-nas ahhh sa-kit "

Tubuh Axel menegang saat mendegar desahan dari Kevan, sangat seksi dan membuat kesayangannya sedikit berdenyut.

"Ke-van apa kau ingin mengajak ku bermain makanya kau seperti ini?"

Kevan tidak menjawab, matanya masih tertutup dan seperti hilang kesadaran.

Mungkin tubuh Kevan sudah tidak dapat menahan rangsangan.

"Kevan bolehkah?"

"Mau jadi pacarku?"

Axel yang tidak menerima jawaban Kevan segera mencium bibir Kevan.

"Emmm"

"Aku pikir itu sebagai jawaban."

Tanpa memperdulikan sekitar Axel yang sudah tidak tahan mencium kembali bibir Kevan.

"Emm pa-nas ahhh."

Axel yang melihat bibir Kevan terbuka segera memasukkan lidahnya pada mulut Kevan.

Kevan yang mendapatkan ciuman seperti itu entah mengapa dia ingin membalasnya karena sudah tidak kuat.

Kevan memegang kepala Axel dan mel*mat bibir Axel .

Axel yang melihat itu tentu saja terkejut, pasalnya setiap  dia akan mencium Kevan pasti Kevan akan marah marah tidak jelas.

Tapi kali ini Kevan seperti memimpin permainan, dia bahkan lebih memperdalam ciumannya.

"Ahhh emmm "

Kevan meremas rambut Axel dengan kuat membuat Axel meringis, tapi ini lebih nikmat dibandingkan Kevan yang menarik rambutnya.

Axel melepaskan tautannya membuat keduanya mengambil nafas sebanyak banyaknya.

Axel masih melihat jika Kevan tidak pernah membuka matanya, entah apa yang terjadi pada Kevan tapi yang pasti Axel sudah tidak tahan, dia membuka kado yang dipakainya, tampak sedikit otot perut yang dimiliki oleh Axel.

"Mulai sekarang kau akan menjadi pacarku."

"Pan-as an-jing! Ahhh mau lagi.."

Transmigrasi : Gua bukan Gay (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang