Bab 3

54.9K 4.7K 88
                                    

Kevin terkejut mendengar perkataan orang di depannya ini, "Abang? Dia anak tunggal?"

"Lo Abang gua? Becandaan Lo nggak lucu! Ni gua kasih tahu, gua ini anak tunggal atau jangan-jangan Lo anak lain dari ayah gua ya! Astaga Bunda! Ayah selingkuh!" teriak Kevin.

Pemuda itu menutup mulut Kevin, "Nggak, udah teriak bego! Suara Lo nggak bagus, dan gua bukan anak dari ayah lain atau apalah yang Lo ucapin, gua ini Kenzo, Abang Lo! Lo ini kenapa sih? Lo jangan pura-pura gitu ya!"

"Kenzo? Gua nggak kenal tu yang namanya Kenzo, dan gua juga bukan Kevin! Gua Kevan! Sejak kapan gua ganti nama," ketus Kevin, menatap Kenzo tajam.

"Lo sakit," ujar Kenzo, dan menjalankan mobilnya kembali. Dia hanya menutup sebelah telinganya karena mendengar ocehan yang keluar dari mulut Kevan.

"Lo belum jawab pertanyaan gua! Lo siapa?" Kevin memalingkan wajahnya dengan kesal, dia capek berbicara malah tidak didengar oleh orang di sampingnya ini.

Tak lama mereka tiba pada sebuah mansion mewah, Kevin yang melihat itu melebarkan matanya tidak percaya, baru pertama ini dia melihat ada rumah sebesar ini.

"Gedenya, rumah siapa ni?"

Kenzo hanya diam dan masuk ke parkiran mansion setelah penjaga membuka gerbang.

"Turun!" ujar Kenzo dan turun terlebih dahulu. "Pak, nanti cuci mobilnya ya, no bocah muntah!" teriaknya pada penjaga.

"Ya, tuan muda."

Kevin juga ikut keluar dari mobil. "Mimpi apa gua semalam liat rumah segede ini," Kevin memeluk pipinya pelan.

"Masuk, Kevan!" Kenzo menyeret Kevin.

"Ya, sabarlah, lagian ini rumah siapa juga? Kenapa Lo bawa gua kesini? Kalo Lo udah kaya kenapa Lo nyulik gua segala? Aneh Lo, atau jangan-jangan Lo psikolog ya! Yang bunuh orang!"

"Psikopat, yang bunuh orang itu psikopat, Kevan. Ini Lo bener-bener nggak beres, Lo pasti ketabrak mobil atau kepentok dinding kan, ngomong Lo aneh banget!"

Kevin menggaruk kepalanya dan hanya cengengesan, "Udah ganti ya? Gua pikir psikologi," ucapnya tanpa rasa bersalah.

"Udahlah, gua males ngelayanin Lo!"

Mereka berdua masuk ke mansion, di sana sudah ada tiga orang yang duduk di sofa.

"Dad, ni gua udah bawa si Kevan," ucap Kenzo sambil mendorong Kevan ke orang yang dipanggil daddynya itu.

"Buset! Pelan-pelan napa."

Mereka semua agak terkejut melihat Kevan yang sedikit berubah.

"Kevan, dari mana saja kamu! Kenapa bolos?" tanya Kendrick Danendra, Ayah dari Kevan.

"Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya? Gini ya gua kasih tahu, gua nggak kenal sama Lo jadi jangan nanya gua."

Mereka semua menatap aneh Kevan yang seperti itu, aneh sekali.

"Kevan, daddy bertanya, jawab yang sopan," ujar Kenzi, anak kedua Kendrick.

"Yang serius dek, nggak baik kalau bolos terus," ucap Karina, anak angkat Kendrick.

Sedangkan Kaesar, anak pertama Kendrick, hanya diam, dia menatap Kevan dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Ini nih yang aku mau bilang, dad. Kevan aneh banget, masa nggak inget sama aku, terus dia juga nggak inget dia siapa, dia juga bilang kalo aku penculik, masa ganteng-ganteng gini penculik sih!" kesal Kenzo. "Kayaknya dia kepentok deh, makanya dia jadi ngomong aneh," lanjutnya.

"Beneran? Lo lupa ingatan? Lo amnesia?" ujar Kenzi sambil mengecek kepala Kevin.

"Apaansih Lo! Gua nggak amnesia ya!" tapi Kevin pada tangan Kenzi yang memegang kepala.

"Kan  kan, liat dad, dia aneh," ucap Kenzo kembali.

Kendrick hanya terdiam, dia juga merasa aneh dengan sikap dari Kevan. "Daddy akan menelpon dokter sebentar," ucapnya sambil mengetik pesan di handphonenya.

"Udah dibilangin gua nggak apa-apa, lagian kalian siapa sih?" kesal Kevin, dirinya bertanya tapi tidak ada jawaban sama sekali.

"Gua abang Lo. Gua Kenzi, itu yang duduk di sana bang Kaesar, abang pertama kita, yang di sebelah bang Kaesar itu Karina, kakak lo, dan duduk di sebelah Karina itu daddy Kendrick. Nah, sekarang Lo udah inget?" ucap Kenzi.

Kevin terdiam sejenak, lalu dia mengingat sesuatu. "Kayak nama di novel itu! Jangan-jangan gua teleportasi ke dalam novelnya Kevan! Pantes aja mereka semua manggil gua Kevan, aduh gimana nih! Gua nggak mau!"

"Van."

"Kevan!"

"Anjing!"

Plak!

"Mulutnya minta ditampol, Lo nggak liat tu!" ucap Kenzi, menunjuk Kaesar dan Kendrick yang menatap dirinya tajam.

"Keceplosan gua," ucapnya cengengesan. "Pasti nih sih protagonis itu, dia kan manipulatif. Gua harus hati-hati ni," pikirnya sambil menatap Karina dengan mata yang melotot.

Mereka semua melihat Kevan dengan aneh.

"Emang kurang sehat, daddy cepetan bawa dokternya kesini! Kevan udah gila!"

Transmigrasi : Gua bukan Gay (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang