Bab 84

7.4K 508 16
                                    

Kevan meyakinkan pendengarannya, apa dia tidak salah dengar?

"Apa?"

"Buka celanamu."Ucap Sean kembali membuat Kevan menutup kesayangan miliknya.

"Mau ngapain? Kita baru aja ketemu, jangan dulu lah ya, gua belum siap buat main sama Lo. "

Sean hanya mengernyit heran dengan apa yang dikatakan Kevan, bermain apa? Dia tidak mengerti.

"Buka."Sean ingin memegang celana Kevan tapi ditepis olehnya.

"Nggak boleh! Gua belum siap, nanti kalo udah jadian baru kita lakuin ya, kan kita belum jadian."

"Jadian?"

"Iya jadian, gua belum siap, lagian pasti Lo juga belum terbiasakan nanti Lo kesakitan lagi."

Sean bertambah bingung sekarang, dia memberikan paperbag pada Kevan yang membuat Kevan tidak mengerti.

"Apa ni? Kue kah?"Kevan melihat sekilas tapi dia bisa melihat disana ada obat obatan dalam bentuk salep dan lainnya.

"Ape ni? Buat apa Lo ngasi gua beginian?"Heran Kevan, padahal dia tidak sakit sama sekali.

"Ambeien."Ucap singkat Sean, dia melonggarkan dasinya dan berjalan menjauh dari Kevan menuju sofa yang tidak jauh dari sana.

"Eh? Ambeien? Gua nggak ambeien...eh tadi kan gua bilang sama dia kalo gua ambeien, aduh perhatian banget uke gua! Jadi dia beliin obat, emang calon uke yang baik. Tapi kan gua nggak ambeien, jadi gimana ni? Sama aja kali ya? Sama kek nya, kan kalo ambeien pant*t juga yang sakit."Pikir Kevan.

"Ehm, makasi ya Sean, kalo gitu gua kekamar mandi dulu."Kevan ngacir kekamar mandi dengan cepat.

Sean hanya bisa memandang kepergian Kevan, sebenarnya dia ingin membantu Kevan, tapi saat membayangkan dia akan melihat b**l Kevan tiba tiba kesayangannya menegang, dengan terpaksa harus menjauh dari Kevan dulu, dia masih punya hati untuk tidak menyentuh Kevan karena Kevan sedan sakit.

Didalam kamar mandi Kevan mengoleskan salep khusus pada bagian belakangnya.

"Dingin, emang ajaib ni salep!"

Kevan merasa tidak sesakit tadi setelah mengoleskan salep khusus itu, dia merasa jika Bagain belakangnya hanya terasa dingin dan nyaman, walaupun belum sepenuhnya sembuh.

Dia berjalan keluar tapi hanya langkah kakinya yang sedikit mengangkang.

Kevan bisa melihat jika Sean memejamkan mata dengan nafas teratur.

"Apa dia tidur ya? Tapi ini masih pagi."Kevan mendekati Sean dengan langkah pelan, takut membangunkan Sean jika dia benar benar tidur.

"Cantiknya, kok bisa sih ada cowok cantik, tapi bisa aja, buktinya dia cantik, ngalahin cewek lagi! Emang gua nggak pernah salah pilih!"Gumam Kevan dengan penuh percaya diri.

"Apanya yang salah pilih?"

"Anjing! Sialan Lo ngagetin gua aja! Gua kira Lo tidur!"Kevan mengusap dadanya pelan.

Kevan duduk disamping Sean dengan ragu,"Apa gua nyatain sekarang aja ya? Ini momen yang pas! Oke Kevan Lo harus nembak Sean dan jadiin dia uke Lo!"Batin Kevan bertekad.

"Ehem Sean, gua mau ngomong sesuatu."

Sean mengalihkan pandangannya dan menatap mata Kevan lekat, Kevan yang dibuat begitu entah mengapa merasa jadi deg-degan.

"Ayo Kevan! Lo harus berani! Setelah Lo pacaran sama Sean nggak akan ada yang ngatain Lo uke lagi! Karena gua itu pihak atas!"Pikir Kevan.

Kevan mengambil tangan Sean dan mengusapnya pelan, tentu saja yang dilakukan Kevan itu membuat Sean terkejut.

"Apa yang dia lakukan?"Pikir Sean heran.

"Ehem, Sean dari pertama kali gua ketemu sama Lo, gua langsung jatuh hati sama Lo."Kevan menarik nafas sejenak.

"Mau nggak Lo jadi uke gua?"

Transmigrasi : Gua bukan Gay (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang