[47] Berhenti Bohongi Hati

451 25 0
                                    

Maura terdiam mendengar nada cemas dari Kevin di ujung telepon. Sedikit menjauh dari kasur, ia berusaha menetralkan suaranya.

"Hei, kau mendengarku? Kau di mana sekarang? Aku sudah ke rumahmu tapi—"

"Vin."

Kevin berhenti berbicara saat mendengar nada dingin dari Maura, sedikit melembutkan suara, "Semuanya baik-baik saja'kan? Apa si brengsek itu berbuat buruk padamu dan Stev?"

Maura menggeleng pelan, "Dia memperlakukan kami dengan baik."

Terdengar helaan nafas putus asa di ujung sana. Maura mendaratkan tubuhnya di atas sofa dengan tangan yang meraih sesuatu dari atas meja, ditatapnya benda itu lekat-lekat.

"Dia ingin membawaku dan Stev pergi ke Kanada."

Hening.

"Apa-apaan?! Berani sekali dia—"

"Aku belum memutuskannya," Maura menyela cepat kemudian meremat benda di tangannya erat.

"Dia tidak bisa seenaknya begitu, Ra. Bagaimana jika nanti dia menelantarkan kalian berdua? Aku akan merasa gagal menjadi sahabatmu jika bajingan itu berhasil melukaimu dan Stev!"

Maura tersenyum tipis mendengar nada cemas itu, "Aku tahu. Tapi aku tidak bisa menjauhkan seorang anak dari ayahnya bukan?" lalu menghela nafas, "Lagipula kak Juan sungguh-sungguh ingin bertanggung jawab terhadapku dan Stev. Dia telah menyadari kesalahannya. Aku akan mulai berusaha untuk mempercayainya."

"Oh, ya? Lalu bagaimana dengan Arvie?"

Perkataan yang meluncur dari mulut Kevin berhasil membuat Maura kesulitan menelan saliva. Kepalan tangannya perlahan membuka dan menampilkan sebuah gantungan kunci berbentuk kartun minion. Berjumlah tiga dan saling berpegangan tangan.

"Aku...tidak tahu."

Kevin mendengus keras, dalam hati mengutuk tindakan labil wanita yang telah menginjak kepala tiga itu diam-diam.

"Dengar, aku memang tidak tahu bagaimana perasaanmu padanya. Tetapi aku bisa melihat perasaan tulus pria itu padamu, setidaknya berikan dia kejelasan apa kau mencintainya atau tidak. Kalian pernah dekat, sangat dekat hingga Stev menganggapnya sebagai sosok ayah, maka bersikaplah dengan adil terhadap perasaannya, Ra."

Deg.

Maura terdiam kelu setelah ucapan Kevin serasa menamparnya telak. Matanya memanas.

"Sejujurnya aku meminta waktu dari Kak Juan untuk memikirkan niatnya membawaku dan Stev pergi dan kau tahu," suaranya berubah serak, "Aku sadar bahwa satu-satunya alasan yang memberatkanku untuk pergi adalah dia."

Kevin termangu, lalu ragu-ragu bertanya, "Ra, kau?"

Maura tak sanggup menahan air matanya untuk tidak mengalir. Ia sekuat tenaga menahan isakan yang makin membuatnya dadanya sesak, kepalanya mengangguk pelan. Maura sudah lelah membohongi hati. Sudah cukup ia bertingkah bodoh dengan mempermainkan perasaannya sendiri.

"Ya, kau benar. Aku mencintainya."

Panggilan pun diputus sepihak oleh Maura diikuti tangisnya yang kian meluruh. Apakah akan ada kesempatan bagi dirinya dan Arvie untuk bersama?

Ting!

Sebuah notifikasi chat muncul pada layar ponselnya. Dari Kevin.


Kevin

Kau harus memperjuangkan cintamu atau tidak sama sekali. Telpon aku jika kau butuh teman untuk cerita.

Right ThereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang