Maura menatap layar ponselnya dalam diam, sudah ia duga sebelumnya bahwa pemuda itu pasti akan bersikukuh untuk menjemput sang putra. Tangan lentiknya bergerak memijit pelipisnya yang berdenyut, semua ini membuat kepalanya sakit.
Ia lantas melirik sisi meja di mana kunci mobilnya berada, sebelumnya Maura berniat menjemput Stev seorang diri mengingat ia tidak bisa tergantung terus menerus pada Kevin maupun Arvie. Maura meraih benda dengan gandul tiga minion yang nampak saling berpelukan erat itu. Bibirnya tersenyum getir, hingga otaknya perlahan mulai mengingat salah satu momen paling berkesan di hidupnya.
Flashback on
Stev yang nampak gembira mencoba permainan lempar kaleng. Permainan itu hanya memberikan tiga kesempatan untuk melempar, di mana jika Stev berhasil menjatuhkan sebuah kaleng dengan tanda silang maka ia berhak mendapatkan sebuah hadiah.
Stev yang digendong Arvie mulai membidik kaleng sasarannya walau meleset sebanyak dua kali.
Maura tersenyum geli kala Stev menyalahkan Arvie yang menurutnya tidak benar dalam menggendongnya, yang tentu saja dihadiahi pria itu dengan sentilan ringan di kening.
Maura mengernyit kala Arvie menoleh padanya lalu membisikkan sesuatu pada telinga Stev. Anak itu sontak menatapnya berbinar-binar.
"Mommy caja yang lempal!"
Maura terkejut, ditatapnya Arvie dengan raut tanda tanya namun pria itu malah mengulas cengiran. Melihat tatapan penuh harap Stev, ia akhirnya bergerak maju mendekat pada keduanya.
Diraihnya satu bola kuning di tangan Stev lalu berusaha untuk membidik serius, namun perhatiannya malah teralih pada tangan yang tiba-tiba merangkulnya dari samping.
Maura hendak menoleh pada Arvie namun tangan pemuda itu justru menuntun bola di genggamannya supaya berada pada titik lempar yang tepat.
"Nah, lempar," bisik Arvie di telinganya.
Dengan menahan gejolak aneh di perut, Maura sontak melempar bola tersebut hingga mengenai salah satu kaleng. Stev sontak memekik girang lalu bertos ria dengan Arvie.
"Hadiahnya mau apa?"
Stev menatap deretan hadiah di depannya dengan binar ceria.
"Stev mau icu!"
Arvie serta Maura serentak mengikuti arah pandang Stev lalu tersenyum geli kala menemukan benda yang ditunjuknya adalah boneka Minion.
"Minion lagi? Stev tidak bosan? Di rumah boneka minion'kan sudah banyak," ucap Maura lembut.
"Tapi ni special mommy, coalna ada mommy cama pipi!"
Maura sontak mendongak pada Arvie yang menatapnya teduh.
"Ah, iya aku lupa. Aku harus membelikan Stev baju ganti. Dia sempat mandi di rumahku, tapi karena tak ada satupun bajuku yang muat di tubuhnya. Jadi terpaksa kupakaikan baju TK nya lagi. Aku takut dia tidak nyaman," Arvie menurunkan Stev dari gendongannya seraya berucap serius pada Maura.
Ibu muda itu tersenyum lalu mengangguk paham dan membiarkannya pergi. Keduanya lantas berjalan-jalan sejenak sebelum memutuskan untuk menunggu Arvie di dekat sebuah stand sosis bakar. Stev seperti biasa dengan jiwa penasarannya meminta sang ibu untuk menyicipi olahan daging sapi yang dibakar tersebut.
"Huh, kalian di sini. Aku sudah mencari ke mana-mana."
Arvie datang dengan nafas memburu, wajah pria itu nampak sumringah kala menyodorkan kantung plastik putih berisikan dua buah baju pada Maura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Right There
RomanceArvie Jonathan (23) mahasiswa populer prodi ilkom mendadak memiliki musuh di seberang rumahnya. Bukan tanpa sebab ia membenci anak laki-laki yang dijulukinya tuyul itu, selain karena pertemuan keduanya yang tidak bisa dibilang baik, Arvie juga tidak...