Arvie hampir menebarkan senyumnya pada setiap manusia yang ada di kampus. Entah itu mahasiswa ataupun mahasiswi, bahkan dosen sekalipun yang tanpa sengaja berpapasan di area kampus, maka Arvie akan menyapanya dengan hangat. Hal itu cukup membuat pagi di hari Senin kali ini terasa begitu cerah.
Namun nampaknya hal itu tidak berlaku bagi kedua sohib Arvie yang sejak tadi menghujaninya dengan tatapan aneh. Bahkan telapak tangan Zidan sempat menyentuh dahi Arvie sejenak untuk mengecek apakah suhu tubuh pria jangkung itu naik hingga menyebabkan tingkahnya sedikit berlebihan hari ini.
"Van, bantuin gue bawa orgil ini balik ke RSJ," Zidan berancang-ancang untuk menggeret tubuh Arvie yang membuat Revan terkekeh.
Arvie berdecak pelan, ia menghempaskan tangan Zidan sambil tersenyum misterius. Ketiganya saat ini sedang dalam perjalanan menuju kantin.
"Bagi-bagi dong. Masa seneng sendirian," Revan berujar sambil menarik kursi kantin dan duduk di atasnya.
Zidan mengangguk antusias seraya meletakkan tasnya di atas meja.
Arvie tersenyum menatap keduanya, "Mau makan apa? Gue yang traktir!"
"Hah? Anjing! Ini pasti berita besar, nih! Boleh dah gue mie ayam sama es jeruk," ucap Zidan yang mendadak heboh.
"Van, lo mau apa?" Arvie mengalihkan atensinya pada sohib satunya.
"Samain aja."
Arvie mengangguk dan mulai berjalan menghampiri ibu kantin, meninggalkan Zidan yang kini saling melempar kode pada Revan. Keduanya memerhatikan gerak-gerik Arvie dari jauh, termasuk saat ia berbincang hangat dengan ibu kantin seolah-olah mereka adalah kawan lama.
"Van, berani taruhan gak si Arvie seneng gara-gara apa," pancing Zidan tanpa melepaskan pandangannya.
Revan membuka ponselnya yang berdenting sambil mengendikkan bahu, "Paling nilai tugasnya dapet A."
Zidan mengernyit tidak setuju. Sebagai salah satu pria yang telah berkencan dengan banyak wanita, ia yakin hal ini tidak ada sangkut-pautnya dengan nilai. Gerak-gerik Arvie lebih menggambarkan sosok bocah ingusan yang tengah mengalami siklus cinta monyet.
"Nih, makan lo berdua jangan kayak gembel," Arvie datang dengan nampan berisikan makanan ketiganya. Zidan yang mendengar hal itu sontak mencibir sedangkan Revan tertawa.
Ketiganya menyantap makanan masing-masing dalam diam, sampai akhirnya Zidan yang tak tahan bertanya kembali mengenai alasan tingkah absurd Arvie pagi ini.
"Gue tau lo emang humble, tapi gue baru kali pertama liat lo sehumble ini sama orang-orang," Zidan menyikut Revan "Van, ini bocah tadi pagi ngopi bareng pak satpam, jing," cerocosnya.
Arvie tertawa, "Bacot lo. Ini gue pengen berbagi kebahagiaan aja."
Zidan menyeruput mie ayamnya khidmat, mulutnya penuh saat ia kembali bertanya, "Bahagia karena apa?"
Arvie sedikit mencondongkan wajahnya ke depan, memandang Zidan dan Revan bergantian, "Gue berhasil nemuin cewek yang bisa bikin jantung gue deg-degan."
Zidan berdecak keras, "Jangan bilang sama yang kemarin? Tobat lo, suka kok sama bini orang!"
"Uhuk!" Revan yang tengah meminum jus jeruknya sontak tersedak hebat.
Arvie dengan geram lantas memukul ubun-ubun Zidan, "Enak aja. Gue masih waras!"
"Ya, terus cewek yang mana?"
Arvie memundurkan kembali tubuhnya sambil berdeham, "Ya, tetap dia. Tapi lo harus tau kalo dia udah cerai sama suaminya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Right There
Roman d'amourArvie Jonathan (23) mahasiswa populer prodi ilkom mendadak memiliki musuh di seberang rumahnya. Bukan tanpa sebab ia membenci anak laki-laki yang dijulukinya tuyul itu, selain karena pertemuan keduanya yang tidak bisa dibilang baik, Arvie juga tidak...