Tujuh

21.3K 1K 9
                                    

07.30 WIB

Kediaman Tacenda 1 sedikit rusuh karena Elea yang sejak pagi selalu mengikuti kakeknya kemanapun pergi. Ngopi ditungguin, kasih makan Boni diikutin, pokoknya kakek harus masih dalam radius jarak pandangnya. Dia takut kalau ditinggalin.

"Ini bukan acara liburan loh Elea. Ini kunjungan karena kakek kamu petinggi korban." tegur Sonya, karena menurutnya Elea tak akan kuat jika mengikuti kegiatan Kakeknya beserta perintilannya itu.

"Iyaa tau Nenek. Aku tuh mau ikut kegiatan kemanusiaan kok nggak boleh sih?" tanya Elea sedikit ngegas.

"Bukan begitu, tapi ini sedikit sulit. Tidak akan ada acara makan siang, kakek kamu sibuk kesana kesini." jelas Sonya kembali.

"Sudahlah bu, biarkan dia ikut." sela Adiwilaga agar istri dan cucunya tak memperpanjang perdebatan dipagi hari ini.

"Yasudah, jangan repotkan Mayor Andrew atau semuanya loh ya Elea." wahh pelanggaran.

"Sejak kapan aku repotin mereka. Aku udah gede nenek, tenang aja deh." jelas Elea meyakinkan.

"Yasudah kita berangkat."

Elea dengan style terlalu simplenya hanya menggunakan kaos lengan pendek dipadukan jaket dan celana jeans dengan sepatu putih barunya. Dan hanya membawa tas kecil mungkin hanya muat duit saja.

"Pertanyaan terakhir sebelum naik, kamu mau publish atau tidak?" tanya Adiwilaga ke Elea.

"Tidak mau."

"Bareng Om Hendri." Elea yang paham langsung masuk ke mobil depan yang ada om Hendrinya. Dengan yakin Elea masuk dan duduk dikursi depan. Diikuti 1 ajudan lagi yang Elea kenal jelas itu siapa.

"Ehhhh, Om Prabuu." serunya menghadap kebelakang dan mengajak tos.

"Pagi Nona."

"Pagii."

"Ihh aku pikir cuma sama Om Hendri aja, taunya sama Om Prabu." ucap Elea.

"Memangnya kenapa kalau sama saya saja?" tanya Hendri ketika sudah duduk dan mulai menjalankan mobilnya mengikuti rombongan.

"Boring." jawab Elea jujur yang hanya dibalas tawa oleh Hendri. Semua saja Elea bilang boring, karena menurut Elea tak ada yang tak membosankan disini.

"Kamu boring juga."

"DIHHHHH."

"Nggak ada ya aku boring!" seru Elea tak terima. Sejak kapan seorang Eleanor itu boring. Banyak orang yang memujinya happy virus.

"Tuh, kamu saja dibilang boring tidak mau." ujar Hendri tak mau kalah, menggoda cucu atasannya yang kata Akbar atau Satya ini ratu drama.

"Loh fakta, dari om om sekpri sampai ajudan kaya Mayor Andrew itu boringgg. Nggak seru, masa senyum tipis, nggak bisa bercanda, cuek, dingin. Ewhhh, mending aku kemana mana lah." puji Elea kedirinya sendiri.

"Karena kamu belum kenal."

"Kalau kenal kenapa, lebih boring?" tanya Elea.

"Liat aja lahh, kamu yang bakalan cabut gelar boring itu dari kita kita." Akhirnya Elea menemukan rivalnya, yaitu Hendri.

"Oke kita lihat yaa siapa paling boring, kalau perlu kita adain penelitian."

"Dramaa."

"Yesss me." ucap Elea.

Mereka akhirnya becanda tawa dengan harus tetap sigap mengendarai mobil dan saling berkomunikasi dari depan dan belakang. Perjalanan pertama menuju ke tempat kejadian perkara. Cukup lama untuk sampai ke tujuan, tentu Adiwilaga Tacenda sudah ditunggu helicopter untuk melihat bangkai pesawat dari atas.

𝓗𝓪𝓻𝓶𝓸𝓷𝔂 𝓛𝓲𝓵𝓽  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang