Pagi tadi Elea sudah dibawa ke salah satu klinik dekat rumah untuk mendapatkan obatnya. Andrew dari pagi sampai siang bahkan tak bisa kemana mana karena Elea bak anak kecil yang nggak bisa ditinggal pergi sedetikpun. Tidur pun maunya tangan Andrew selalu diatas tangannya.
Tapi sore ini ditengah tengah badan lemas Elea yang sempat membaik. Demamnya turun tapi ketika Andrew harus mengawal Adiwilaga Tacenda makan malam kenegaraan badan Elea naik lagi panasnya. Bahkan sempat ada tarik tarikkan Elea yang nggak mau ditinggal dan Andrew yang memang ini sudah tugasnya.
"Aku minta izin ke kakek ajaa." rengeknya dengan suara yang semakin hilang bahkan sesekali terbatuk sakit.
"Saya sudah mencoba, tapi saya harus disana. Bapak menyerahkan kamu ke mama dan papa hari ini. Besok, besok saya cuti 2 hari bisa sama kamu karena hari tenang pemilu." jelas Andrew.
"Hiks please, nggak mau. Yang pegang tanganku siapa? yang usap usap kepalaku siapaa, ini pusing loh, batuk juga." ucap Elea tetap menyelipkan drama. Memang habis dari klinik Elea malah terbatuk, kalau Andrew sebatas demam flu, kalau Elea komplit sama batuknya juga.
"Maaf, hari ini saya harus ada. Bentar saja kok ini jam 9 sudah pulang." ucap Andrew mencoba memberi pemahaman. Faktanya ia sudah izin ke Adiwilaga Tacenda secara langsung. Tapi, melihat Elea yang sakit hanya flu batuk jadi Adiwilaga Tacenda memilih untuk tetap membawa Andrew bersama.
"Nggak mau."
"Saya panggilkan mama ya, nanti kalau ada apa apa langsung emergency call. Nomor saya sudah saya masukkan tadi siang. Kita ketemu lagi nanti, sembuh ya biar saat saya cuti 2 hari kita bisa keluar jalan jalan kemana aja yang kamu mau. Deal?" tawar Andrew yang tak mendapat balasan apa apa. Hanya suara tarikan ingus dan air mata Elea yang menetes efek demam dan tangisnya.
"Yasudah. Get well sayang, see you." setelahnya Andrew total meninggalkan kamar.
"Masuk aja ma, titip Elea."
"Iyaa, hati hati loh."
"Iya."
Andrew mengendarai mobil hitam miliknya menuju kediaman Tacenda. Ini mobilnya sendiri, bukan yang untuk Elea. Karena mobil Elea dibawa lagi ke Tacenda karena seringnya anak itu kemana mana ya dari Tacenda pastinya.
••
Makan malam berlalu. Makan malam ini mengundang semua ajudan pemimpin negara dan milik pejabat pemerintahan lainnya. Jadi memang harus hadir semuanya untuk mendapatkan sambutan. Andrew sudah duduk dengan teman lamanya dan tentu ada genk Tacenda 1.
Tepat jam 9.00 acara selesai ditutup dengan hiburan nyanyi nyanyi.
"Elea gimana Ndrew?" tanya Adiwilaga ke Andrew yang duduk di kursi depan.
"Saya terakhir kirim pesan jam 5 sore. Setelahnya pesan saya belum dibalas Elea bahkan mama." jelas Andrew jujur. Khawatir tentu saja, tapi gimana di telfon 2 2 nya nggak bisa, papanya apalagi.
"Tadi waktu kamu baru berangkat ke Tacenda, anak itu telfon saya minta kamu nggak boleh ikut. Tapi mau gimana lagi karena kamu harus ada. Saya mau jenguk Elea kemungkinan besok pagi saja atau kamu balik dulu ke Tacenda 1 sebentar?" Adiwilaga memang masih suka kangen dan tak rela Elea banyak dirumah Andrew. Walau banyak ajudan dan asistennya itu lucu lucu, tapi adanya Elea itu menyempurnakan.
"Siap pak, kalau Elea sudah membaik saya bawa ke Tacenda 1."
"Oh iya, nanti sampaikan maaf saya dulu ke anak itu biar nggak ngambek."
"Siap."
Dan perjalanan ini cukup lengang dan cepat, Andrew duduk dengan tak nyaman karena khawatir dan maunya pulang. Tentu sekalian bertanya kenapa mamanya, papanya dan Elea tak ada yang membalas pesannya sedikitpun padahal seharusnya bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓗𝓪𝓻𝓶𝓸𝓷𝔂 𝓛𝓲𝓵𝓽 ✔
Romance[COMPLETED] [IRAMA'S SERIES] Harmony Lilt memiliki arti keselarasan berirama. Bukan seperti menolak karena berbeda kasta, tidak menghakimi karena berbeda pendapat. Hubungan ini tidak serumit itu, hanya saja sedikit perbedaan dalam diri yang belum me...