Lima Puluh Tiga

11.2K 661 24
                                    

Pagi menuju siang di kediaman Andrew kali ini sepi tak sepi. Jelas sepi karena hanya ada Elea dirumah, tapi nggak sepi karena Elea sibuk didapurnya dan ramai banget. Alias berkali kali senggol dan jatuhin entah panci atau apalah untung bukan benda pecah belah. Andrew memang selalu nggak dirumah kalau siang hari kecuali hari minggu. Tapi kalau makan siang ia selalu pulang kemudian balik ke kantornya lagi. Tapi terkadang pekerjaannya dia bawa pulang dan dikerjakan di ruang kerja mereka berdua. Mereka akhirnya sharing ruang kerja. Dipojok rumah dekat kamar.

Drrtttt...

Elea mengambil hpnya dan ternyata orang panggilannya datang juga.

Om Prabu calling..

"Selamat siang Nona."

"Siangg om, udah sampai kah?" tanya Elea semangat kemudian memakai outernya dan memakai celana yang lebih proper daripada short super pendek ini.

"Sudah Nona, didepan. Mau saya titipkan biar diantar ke rumah atau bagaimana?" tanya Prabu lagi.

"Aku kesana aja."

"Dengan Mayor Andrew?"

"Enggak lah." ucapnya kemudian keluar rumah dan menguncinya. Elea ini ceroboh, pernah pergi dengan Prabu dan Pras tapi rumah tak dikunci. Untungnya ini kawasan aman, tapi tetap saja itu hampir buat Andrew murka. Untungnya Elea perginya karena meeting bukan buat main, kalau main beh pasti langsung dikasih paham itu Elea.

"Biar diantarkan anggota saja Nona. Jangan kesini sendiri, ini kalau setuju sudah mau berangkat kerumah." ucap Prabu was was.

"Yaahh, aku udah kunci pintu sayangnya." ucap Elea mengejek.

"Naik apa Nona?"

"Apa ya? motornya ada nih yang matic." Andrew berangkat ngantor dengan motor laki yang jadi fasilitas disini.

"JANGAN! Biar diantar kerumah saja Nona, jangan naik motor." seru Prabu reflek yang membuatnya meminta maaf dengan petugas jaga di pos jaga. Andrew memang melarang semua bawahan Adiwilaga Tacenda masuk kekesatuan bahkan kerumahnya. Jadi semua suruhan Elea ya hanya sebatas ketemu di pos jaga atau minimal di ruang tunggu gazebo.

"Bercandaa, menurut Om pilih skuter listrik atau sepeda listrik?" tanya Elea bingung. Dia melihat skuter hitam dan sepeda listrik ada disana.

"Maaf Nona saya tidak bisa memberi saran. Hubungi Mayor Andrew terlebih dahulu saja." ucap Prabu. Takut dia kalau Elea aneh aneh tu. Apalagi tanpa persetujuan Andrew, yang ada dia yang dipenggal.

"Bentar aku tambahin dulu dia." setelahnya Elea menambahkan Andrew dalam percakapan dua orang ini. Tak lama kemudian Andrew mengangkat panggilan itu.

"Ada apa?" tanyanya langsung ketika sudah tersambung.

"Aku mau kedepan ketemu om Prabu, aku naik motor, sepeda listrik atau skuter listrik enaknya?" tanyanya langsung tanpa basa basi.

"Kenapa kamu yang kesana, biar petugas jaga yang antar kerumah." Andrew itu kalau ada bawahannya jelas tegas. Bahkan jadi kebawa ke Elea.

"Orang aku maunya aku yang kesana ambil kok. Kenapa sih? jauh jugaa enggak mas." protes Elea. Bahkan Prabu hanya diam menyimak percakapan 2 orang ini.

"Naik sepeda listrik saja. Kaki kamu sampai, kalau naik skuter jaga keseimbangannya lebih ribet. Hati hati naik sepedanya, jangan ngebut, jangan meleng. Atau aku panggilkan Bayu saja biar dia jemput kamu dan antarkan kesana?" ucap Andrew entah memberi pernyataan atau pertanyaan.

"Jangan ah, aku malu kalau sama mereka. Rada canggung, nggak enak juga nanti dilihat yang lain kalau aku bonceng anak muda tau, takut ah aku." ucap Elea. Dirinya rada was was juga kalau dengan adik asuh baru Andrew ini. Dirinya takut pandangan orang orang kalau dirinya berboncengan dengannya. Ya pokoknya yang gitu lah.

𝓗𝓪𝓻𝓶𝓸𝓷𝔂 𝓛𝓲𝓵𝓽  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang