Lima Puluh Satu

12.3K 673 21
                                    

Hari kepindahan tiba..

Hari ini pasangan Andrew dan Elea mengalami pindahan besar besaran. Karena pindahan ini, bahkan menggunakan 2 mobil besar entah milih Adiwilaga Tacenda sendiri atau bukan tapi mobilnya memiliki plat nomor berbeda dari biasanya. Tak hanya 2 mobil itu, karena ini keturunan Tacenda, Sonya Tacenda bahkan ada disana bersama 2 ajudannya. Diikuti Andika dan Hagia Harits yang turut hadir, karena sama sama berkecimpung di dunia militer jadi tak asing dengan orang tua Mayor Andrew.

Untuk kedua orang tua Elea tak hadir karena papanya pindah tugas keluar kota lagi dan lagi. Kalau kakeknya Adiwilaga tak hadir karena alasan untuk ketentraman bersama. Kalau dirinya hadir pasti dan tentu akan heboh. Dan ini baru awal dari dirinya menjadi presiden, dia akan bekerja keras sebagai pemimpin negara lebih dulu.

"Om omm, minumnya disini ya." ucap Elea sembari menunjukkan minuman botol yang ia siapkan untuk yang membantu pindahannya ini.

"Siap Nona."

"Oh iyaa, ini snacknya juga. Santai aja, asal selesai." ucap Elea, padahal sebelum dirinya Andrew sudah memberikan perintah untuk menyelesaikannya secepat mungkin.

"Ini Andrew kemana? kok malah hilang." tanya Hagia.

"Mas Andrew ada urusan di kantor sebentar mama, kayanya ini 15 menit lagi selesai. Urusan kepindahan juga, sama izin untuk memasukan mobil mobil ini." jelas Elea juga.

"Oalaah, kamu duduk ajaa loh."

"Siap."

Dan ternyata melenceng, Andrew kembali 1 jam kemudian dengan membawa 3 orang tentara yang mengikutinya dari belakang.

"Ini keluarga saya, tolong bantu kepindahan." ucap Andrew meminta tolong, tapi dasarnya orang tegas. Minta tolong aja nadanya kaya nyuruh nyuruh, Elea bahkan langsung bergerak untuk menengahi.

"Minum duluu dong tapinya." ucap Elea karena melihat 3 orang ini yang datang dengan keringatan. Abis diapain coba ini para anak muda. Elea yakin usianya masih muda semuanya.

"Siap terimakasih bu."

"BUUUUUU?" seru Elea yang membuat 3 orang itu kaget ditambah Mama Hagia dan ajudannya 2P. Andrew bahkan tak berniat menghalangi.

"Eh, siap salah."

"Bentar deh, umur berapa sih ini?"

"Siap. 24."

"Siap. 25."

"Siap. 24."

"Nahh, aku loh 23. Dipanggil bu coba Om." ucap Elea ke Prabu yang baru datang dengan 2 box ditangannya.

"Hahah, sudah cocok Nona dipanggil bu."

"Nggak ada bu bu, jangan panggil bu kalau nggak resmi tuh. Panggil apa ya enaknya." gumam Elea berpikir, batinnya mengatakan kalau dia minta dipanggil Nona yang ada disemprot Andrew. Boleh lah dia di Tacenda jadi Nona besar dan punya ajudan. Disini dia kembali merendah ini, harus semuanya terkontrol.

"Sudah pas Nona panggilan bu, daripada yang lain." tambah Prabu.

"Mas, gamau ah aku dipanggil ibu ibu sama mereka. Keliatan tuaa." adu Elea mendekat ke Andrew yang hanya dibalas usapan lembut dikepala..

"Biarkan mereka kerja dulu sayang, nanti dipikirkan apa yang cocok panggilannya okay? biar cepet selesai kamu cepet istirahat." ingat Andrew. Dan akhirnya Elea mengalah kemudian duduk disofa ngeliat para adik asuh Andrew angkat angkat. Bahkan mama dan neneknya sibuk didapur entah nata apa deh. Papanya jugaa ikut angkatin hiasan hiasan dinding .

Kalau dipikir 2 mobil box itu kebanyakan untuk seukuran rumah dinas. Tapi Elea dan Andrew benar benar dimanjakan, rumah langsung diisi kulkas, mesin cuci, microwave, oven, tv, bahkan ps pun ada. Kebetulan ada 2 kamar, kamarnya langsung pula diisi kasur dan meja meja rias dengan tv pula. Bedanya Elea tak bisa membawa koleksi tasnya banyak banyak. Disini tak ada walkin closet karena ukuran rumah dinas yang segitu. Sebenernya itu juga masuk ke penyesalan Elea sih, dia nggak bisa bergaya seperti sebelumnya.

𝓗𝓪𝓻𝓶𝓸𝓷𝔂 𝓛𝓲𝓵𝓽  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang