Dua Puluh Enam

22.3K 1.1K 38
                                    

Andrew diam didepan pintu kamar mereka, beberapa detik sebelum menutupnya dan berjalan mendekat ke Elea. Dia masih berpikir untuk tak langsung menepuk atau bahkan memanggil Elea, tapi sepertinya dia butuh penjelasan.

"Ada apa?" akhirnya kalimat itu keluar sebagai awal pembicaraan mereka.

"Elea." panggil Andrew lagi, sekarang dia berjongkok didepan Elea dan memegang badan Elea kemudian mengangkat mukanya.

"Ada apa? ada sesuatu terjadi diperjalanan? Pras setirnya buruk? atau bagaimana?" Cecar Andrew, Elea menatapnya nanar yang malah membuat rasa khawatirnya bertumpuk.

"Hikss... Ma-af."

"Ada apaa?" tanya Andrew semakin panik.

"Aku berantem sama orang hiks."

"Terus?"

"Ma-af." hanya satu kata terbata yang bisa Elea ucapkan. Andrew semakin banyak pemikiran pemikiran negatif, berantem yang bagaimana.

Drrrtt

Getar hp dalam saku kantong depan Andrew membuatnya berdiri dan langsung mengangkat panggilan itu. Ternyata atasannya Adrian Tacenda.

Bapak Adrian Tacenda

"Siap."

"Keruangan bapak, ajak Elea juga."

"Siap."

Andrew langsung kembali berjongkok dan berusaha untuk menghentikan tangis Elea dengan mengusap airmata dan lengannya. Dia juga bingung bagaimana caranya.

"Nggak mau hiks, nggak mau ketemu." ucap Elea bahkan sebelum Andrew menjelaskan.

"Selesaikan dulu baik baik. Masalah kalau ditinggal semakin menumpuk, jelas kan sesuai apa yang kamu lakukan. Nggak bakal ada apa apa kalau kamu benar." jelas Andrew. Tapi sepertinya Elea menjadi pihak yang salah kalau dia sampai setakut itu bertemu dengan kakeknya.

"Sama saya."

Andrew langsung menggandeng lengan kiri Elea dan menariknya pelan ke kamar mandi untuk cuci muka. Setelahnya mereka berjalan beriringan dengan Andrew yang deg deg an dan Elea yang sesekali sesenggukan karena baru selesai menangis. Diluar ruangan sudah ada Akbar dan Hendri yang berjaga.

"Sudah ada semua."

"Oke."

Klek..

Elea dengan berat menunduk dan hanya mengikuti kemana Andrew akan membawanya duduk. Di malam  ini bahkan Tacenda bukannya beristirahat tetapi malah berkumpul untuk evaluasi.

"Elea." panggil Adiwilaga.

"Ya?"

"Tadi selesai debat kemana?" tanya Adiwilaga pelan.

"Ke kamar mandi." Jawab Elea jujur, dirinya tak berusaha menutupi kalau sudah ada didepan kakeknya.

"Bisa jelaskan ke kakek ini ada apa?" lanjut Adiwilaga menunjukkan tab yang menampilkan tempat yang Elea tau itu apa dan dimana. Tempat yang beberapa saat lalu dia kunjungi. Dan ternyata video itu sudah mengudara, dengan mudahnya fyp karena menggunakan tagar tagar viral.

Percakapan Elea terekam beberapa detik sebelum ia didorong dan sampai akhir dia di toilet. Tacenda disana dengan hikmat melihat, bahkan ada Adrian Tacenda dan istri, Aditama Tacenda dan istrinya juga. Kecuali Adimas Tacenda yang memang hanya akan bersikap akrab didepan kamera. Setelahnya tetap dia akan mempunyai gap dengan Adiwilaga Tacenda.

"Sudah tau Andrew?"

"Siap. Belum." jawab Andrew jujur, karena dia tak membuka sosmednya semenjak sebelum debat sampai pulang. Tangan Elea yang bergetar di genggamnya dengan erat. Mereka mungkin belum saling menyukai atau bahkan mencintai, tapi mereka tau bagaimana layaknya sebagai sepasang pasangan sah dimata hukum dan agama bahkan keluarga.

𝓗𝓪𝓻𝓶𝓸𝓷𝔂 𝓛𝓲𝓵𝓽  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang