Lima

14.1K 741 20
                                    

Pagi ini Elea terbangun mulai terbiasa jam 5 pagi. Karena semuanya morning person, bahkan Boni saja juga sudah bangun dijam segitu padahal bukan person. Dia terbangun selain karena terbiasa juga karena badannya sakit semua, habis berkuda setelah lama tak berkuda, dan siangnya nyungsep. Sorenya bermain skate sampai rada jago dikiitt.

Elea langsung menghubungi neneknya yang baru pulang semalam untuk membantunya berdiri dan memasangkan koyo.

"Mananya yang sakit?" tanya Sonya khawatir, dia bahkan membawa ajudan perempuan dengan banyak tentengan.

"Semuanyaa, sakiit." keluh Elea, faktanya memang badannya sakit semua.

"Kinan, tolong taruh disana yaa. Dan bilang ke Akbar untuk panggilkan bapak ke kamar Elea." pesan Sonya. Ini adalah hasil didikan Adiwilaga yang membuat Elea bahkan sampai kesusahan berdiri.

"Baik bu."

"Sini nenek pasangkan dulu, tunjuk dimana sakitnya ya sayang." ucap nenek dan Elea langsung menunjukkan bagian mana yang mengganggunya walau dengan diiringi ringisan sakit.

"Sakit banget nenek." keluhnya lagi, bahkan dia menggerakkan tangan saja membuat badannya menegang dan nyeri.

"Sebentar ya, tunggu kakek dulu. Elea mau ke dokter saja?"

"Tidak mau. Tapi kenapa rasanya banyak nyut nyutan nya nenek." ucap Elea lagi, dirinya bahkan tak berani bergerak dari telungkupnya demi menghindari sakit.

Ceklek.

"Kenapa?" tanya Adiwilaga melihat Elea tengkurap dengan tempelan koyo di pinggang bahkan punggungnya.

"Ini loh, lama nggak berkuda nyeri semua." jelas sonya mewakili.

"Kok itu tangannya merah merah gara gara jatuh kemarin? kan pakai pelindung?" tanya Adiwilaga,

"Nggak tau, meleset mungkin." balas Elea, dirinya jadi malas ngomong karena sakit semua.

"Tapi ada yang sakit kecuali sakit nyeri tidak?"

"Nggak tau."

"Mau ke dokter? atau di panggilkan dokter pribadi?" tawar Adiwilaga, bohong kalau dirinya tak khawatir. Dia bahkan sangat sangat khawatir, tapi disana ketenangan lah yang dia perlukan menghadapi ini.

"Tapi, nanti keluhannya masa nyeri gara gara berkuda." keluh Elea, dia sangat memikirkan alasan sakit apa dirinya sampai ke klinik.

"Memangnya tidak boleh?"

"Nggak mau ah, mau dipijet aja."

"Disini nggak ada tukang pijet perempuan Elea, laki laki semua disini." jawab Adiwilaga, sebelum ada Elea dikediaman ini hanya ada 4 perempuan, 1 Sonya, 2 ajudan ibu, 1 art yang nggak menginap.

"Ajudan nenek juga nggak ada yang bisa pijet karena nenek nggak suka pijet."

"Mau keluar? biar kakek panggilkan Akbar untuk gendong kamu?" tawar Adiwilaga setelah berpikir sedikit lama.

"Mana Mayor Andrew?" Elea bertanya bukan karena apa ya, yang sekpri disini itu bikin Elea segan. Apalagi yang namanya Om Akbar sebagai sekpri Adiwilaga Tacenda. Dalam pandangan Elea, Akbar ini humble dan ganteng rapi banget orangnya jadi kan rada gimana gitu ya kalau ketemu.

"Dia ada apel dikesatuannya pagi ini. Mau kakek panggilkan Akbar?"

"Iya." Adiwilaga dengan cepat menghubungi Akbar untuk naik menuju kamar cucu nya ini. Tak begitu lama pintu diketuk, dan masuklah dia.

"Siap Pak!"

"Gendong Elea ke tempat saya ngopi biasanya." suruh Adiwilaga yang langsung dibalas gerak cepat.

𝓗𝓪𝓻𝓶𝓸𝓷𝔂 𝓛𝓲𝓵𝓽  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang