Persiapan akad jam 6.30
Elea menangis sejak pagi dan benar benar tak bisa dimake up sama sekali. Sekali di tap langsung air mata tak terbendung, bukan luntur tapi ini malah tidak bisa di apply. Bahkan sekarang ruangan ini sudah didatangi Pak Adiwilaga yang mendapat telfon dari istrinya untuk membujuk Elea.
"Panggilkan Mayor Andrew." suruhnya kepada Akbar. Akbar langsung keluar untuk memanggil Mayor Andrew yang tak lama kemudian datang, Andrew datang dengan masih memakai baju santainya.
"Siap pak."
"Semua keluar!" perintah Adiwilaga dan semua keluar selain dirinya dan istri, dan dua calon pengantin.
"Mau kamu apa Elea. Ini bukan lagi h-berapa hari. Ini tinggal hitungan jam." ucap Adiwilaga menjelaskan.
"Saya kasih waktu 15 menit, kalian bicara dan berhenti menangis." tegas Adiwilaga sebelum masuk dalam connecting door dikamar sebelah.
"Hikss.."
"Emily sialan! hiks.. Batalin, ayo batalin sekarang Mayor Andrew." mohonnya sembari menarik lengan Andrew dari bawah. Elea sudah bersimpuh dilantai.
"Aku nggak bisa kaya gini, nggak bisa." lanjutnya.
"Saya tidak bisa Elea."
"Lihat nggak sih? aku korban disini. Batalinn!" teriak Elea frustasi. Benar selama dia selesai mengurusi tetek bengek pernikahan. Memang ia tak bertemu dengan Mayor Andrew sekalipun karena ia selalu mengikuti kakeknya.
"Kamu pikir kamu saja yang menjadi korban?! saya bahkan juga dikorbankan Elea! saya dikorbankan atas kesalahan yang bahkan tak saya pahami!" balas Andrew tak kalah seru.
"WHY? TERUS KENAPA LO TERIMA WAKTU ITU!" teriak Elea.
"Lo mau duit Tacenda. Gue bisa kasih semuanya, tapi lepasin gue."
"Kamu keterlaluan Elea. Saya bukan orang seperti itu." balas Andrew. Harga dirinya benar benar diinjak injak disini.
"Ohhh berarti mama papa lo mata duitan. Sampe sampe mereka setuju gue sama lo."
"ELEA!" teriak Andrew keras. Kesabarannya benar benar diuji disini.
"Sekali kamu berani bicara yang tidak tidak tentang orang tua bahkan keluarga saya. Tak segan segan saya-"
"APA?! PUKUL? PUKUL AJA TERUS KITA UDAHAN." teriak Elea memotong. Dan benar ucapan orang tuanya, Andrew harus bersabar dan selalu bersabar menghadapi ini.
"Terus saya harus apa? ketika melihat atasan saya memohon kepada saya bahkan kepada orang tua saya? saya memiliki hak untuk menolak? saya hanya bawahan Elea. Seharusnya kamu bertanya kepada diri kamu sendiri kenapa kamu juga tak bisa menolaknya? menyelamatkan Emily? bullshit." ini kali pertama Andrew mengumpat didepan Elea. Ia berharap ini kali terakhirnya mengumpat.
"Gue nggak pernah mau nyelamatin Emily, bahkan gue mau dia mati sekarang juga dan hal gila ini selesai. Tapi, orang tua gue lebih gila, mereka gila nikahin gue!" seru Elea.
"SEMUANYA SIALAN! NGGAK BISA, GUE NGGAK BISAA." ucap Elea sambil bergerak acak dengan menggigiti kuku jarinya yang sudah cantik nail art kemarin.
"Hubungan ini nggak akan pernah berjalan." ucap Elea pelan.
"Kita lakukan dulu Elea. Semua sudah terlambat." ucapan dari Andrew ini memang benar. Semuanya sudah terlambat mau tidak mau pernikahan ini harus dilangsungkan sekarang. Semua undangan sudah disebar, bahkan petinggi nomor 1 dinegara saja datang untuk menjadi saksi pernikahan anak Tacenda.
"Semuanya berantakan. Lo liat, bahkan gue nggak bisa kendaliin diri gue sendiri hiks. Gue kaya mau gila." ucap Elea sembari menyodorkan kedua tangannya yang bergetar hebat. Andrew langsung berjongkok dan menggenggam kedua tangan itu sebelum menarik Elea kedalam pelukannya. Dirinya juga sama seperti Elea hanya dia memiliki pengendalian diri yang lebih baik.
![](https://img.wattpad.com/cover/362957127-288-k110967.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓗𝓪𝓻𝓶𝓸𝓷𝔂 𝓛𝓲𝓵𝓽 ✔
Romance[COMPLETED] [IRAMA'S SERIES] Harmony Lilt memiliki arti keselarasan berirama. Bukan seperti menolak karena berbeda kasta, tidak menghakimi karena berbeda pendapat. Hubungan ini tidak serumit itu, hanya saja sedikit perbedaan dalam diri yang belum me...