𝓗𝓪𝓻𝓶𝓸𝓷𝔂 𝓛𝓲𝓵𝓽 ✔

Lima Belas

📍 Tacenda 1 pukul 9.30

"Elea, ganti baju yuk sayang. Its okayy, semua akan baik baik saja." bujuk neneknya. Sonya memang yang menemani Elea sejak kemarin. Anak itu benar benar mengusir orang tua bahkan saudaranya. Bahkan kakeknya sendiri pun dia usir.

"Baik baik saja apa sih nek -hiks. Elea belum mau menikah hiks-" balasnya.

"Nenek juga belum mau Elea menikah. Nenek masih mau ditemani jalan jalan ke mall, belanja, hadiri pesta sama Elea. Kakek masih mau lihat Elea naik skuter muter muter rumah. Kamu ini hiburan buat nenek sama kakek yang sepi disini. Karena itu nenek belum mau Elea menikah. Tapi harus gimana? papa Elea kan bukan kakek. Yang lebih berhak menentukan kan papa Elea kan?" bujuk Sonya.

"Nggak. Papa nggak berhak nek hiks. Papa egois, mama egois, semuanya egois." gumamnya.

"Nenek tau kan, Emily namanya Emily karena apa? pasti karena namanya kaya mama Amalia. Mama tuh nggak sayang Elea ya nek hiks. Nggak ada tuh mama sedih liat Elea berontak, Elea marah ke papa. Mama selalu dukung papa, walaupun papa salah mama dukung terus hiks. Mama tuh terlalu nggak bisa debat papa, aku pergi aja mereka kaya biasa aja. Memang kayanya aku anak tiri-"

"Husshhh siapa bilang tiri. Muka mirip nenek gini kok anak tiri." seru Sonya, dirinya hampir menangis kalau Elea melanjutkan kalimatnya lagi. Dan dia benar benar kembali sadar kalau salah mendidik Adimas.

"Kalau Elea menikah mereka pasti senang nek, Emily keluar negeri. Abang kembali ke tugasnya, papa yang juga kembali tugas, mama yang urusan sana sini. Tapi Elea? lihat Elea nek. Elea harus menikah dengan orang yang nggak Elea kenal demi menyelamatkan mereka semua dari malu. Gimana Elea bisa nek? Susah nerima semuanya hiks. Elea nggak mau menikah hiks." tangisnya lagi lagi meleleh.

Sonya benar benar merasa bersalah ketika omongannya tak ada yang menggubris. Anaknya telak membangkangnya dengan begitu keras. Cucunya harus menjadi korban keegoisan Tacenda.

"Heii, dengar nenek. Elea kan sudah dekat dengan Mayor Andrew kan? Mayor Andrew itu baik, cekatan, lembut sama anak kecil dan kalau diluar dia bertugas jadi ajudan kakek. Mayor Andrew lahir dari keluarga baik baik sayang, bahkan mungkin lebih harmonis keluarganya daripada Tacenda kan? memangnya Elea mau dijodohkan dengan pilihan papamu yang bahkan kamu belum pernah liat sedikitpun?" ucapan Sonya ini berusaha menenangkan Elea dan sedikit membuatnya melunak untuk Andrew.

"Nggak mau hiks- mau sebaik apapun dia aku nggak mau nek. Lagipula ngapain dia setuju? dia mau karena dikasih duit sama kakek? atau dijanjiin apa sampai dia mau nek! hiks."

"Elea! Jangan berbicara sembarangan, malu kalau didengar yang lain , sudah sekarang ganti baju dan cuci muka. Sesuai perintah, hari ini keluarga Mayor Andrew datang. Jangan menambah semuanya menjadi lebih buruk yaa sayang ya." mohon Sonya.

Kemudian Sonya keluar dan akan ikut menunggu bersama suaminya diruang keluarga. Bahkan sekarang, belum ada jam 10 keluarga Tacenda sudah hampir full. Datangnya Elea menyempurnakan mereka, tapi.

"Bagaimana bisa kamu berpakaian seperti itu Elea?" tegur Adiwilaga ketika Elea mendekat dengan gaun  berwarna hitam yang terlihat sexy dengan belahan cukup panjang dibagian bawah.

"Why? sampai baju pun Elea harus nurut? sekalian aja lah dari Elea tidur kasih tau harus posisi bagaimana." Elea yang pembangkang kembali setelah beberapa saat sudah meredam dan tak pernah seperti itu lagi.

"Permisi pak, Mayor Andrew dan keluarga sudah datang." ucapan Akbar membuat Tacenda family berdiri menyambut. Elea yang takut dan deg deg an berusaha tegar dan terlihat tak sopan. Ia akan menunggu ayah dan ibu Mayor Andrew tak menyukainya.

"SIAP!" setelah melakukan hormat, bahkan semua berhormat satu sama lain.

Elea duduk didekat kakeknya yang berada di single sofa dan didepannya ada 2 orang asing yang jelas itu mama papa Mayor Andrew. Elea malas menatap terlalu lama untuk menilai, karena dimatanya mereka hanya haus kekuasaan dan apa yang dimiliki kakeknya. Itu saja yang terdoktrin dikepalanya tanpa tau yang sebenarnya.