18.30
Penerbangan hebat tanpa delay di hari raya seperti ini bagaikan surga. Mood semua penumpang bagus, apalagi Elea yang sudah duduk di tempat tunggu taxi untuk pulang. Mendarat langsung disambut suasana lebaran yang khas tapi malam ini hujan. Untungnya Andrew sudah memesan taxi sejak mendarat.
"Sayang mau mampir makan?" tawar Andrew. Mereka belum makan malam.
"Kita sampai rumah jam berapa?"
"Kemungkinan jam 9 an kalau macet bisa lebih dari jam itu." jelas Andrew.
"Makan dulu aja kalo gitu."
"Pak, cari makan dulu ya." ucap Andrew ke driver yang mereka dapatkan ini.
"Maaf mas, untuk semua restoran tutup dan hanya ada warung warung. Apalagi di Klaten." jelas bapak itu membuat Elea dan Andrew bertatapan singkat.
"Maksud saya yang tendaan banyak, tapi yang diruko besar sudah banyak kosongnya."
"Ohh, nggak apa pak, kita bisa kok cari pecel lele"
"Ohh ya mbak."
Dan akhirnya, perjalanan penuh diam ini terjadi, Elea sudah tak sibuk makan tapi sudah terngantuk ngantuk sembari meringkuk dalam pelukan Andrew. Udah dingin bekas hujan, ditambah dinginnya AC, tapi yang namanya Elea malah seneng.
Tak terasa 2 jam perjalanan baru dapat warung, Elea lapar, Andrew lapar. Si pak supir tidak menemukan warung tendaan yang memang sudah menjadi andalannya. Sebagai warga lokal dirinya tentu harus merekomendasikan tempat terbaik. Jadi, dia baru menemukan tempat itu di dekat Klaten.
"Maaf ya mas mbak, ini warungnya jauh. Tapi saya jamin rasanya enak sekali." ucap bapak itu dengan raut bahagianya. Elea jadi ikutan senang walaupun lapar.
"Pak, makan sekalian, saya tau ini masih ada sekitar 45 menit untuk sampai rumah. Apalagi macet." ajak Andrew.
"Tapi."
"Pak, ayok udah." ajak Elea gantian.
"Njehh, makasih mbak mas."
Akhirnya mereka makan bertiga dalam satu meja. Memesan menu yang direkomendasikan oleh bapak itu. Dengan Andrew yang menunggu apakah Elea menyukai bebeknya. Kalau tidak suka ia bisa bertukar dengan ayam miliknya. Dan ternyata Elea menyukainya jadi Andrew bisa dengan tenang makan.
Makan makan sesekali bercerita dengan bapak itu tak terasa berlalu cepat. Dan mereka kembali melanjutkan perjalanan malam ini dengan perut terisi. Didukung pula jalanan yang ternyata ketika masuk ke Klaten ini termasuk ramai tapi sepi. Dalam artian malam ini ramai tapi tidak macet.
• 30 menit kemudian.
"Mas, yang mana ya rumahnya?" tanya Bapak supirnya membuat Elea juga ikutan menatap jendela luar. Mereka memang sudah masuk area pedesaan yang jarak perumahnya jauh dengan halaman luas. Rumah yang masih semi semi tradisional dengan teras luas.
"Bentar pak, saya juga agak lupa."
"Mas yang bener aja dong." tegur Elea.
"Maaf sayang lupa, pak rumah cat biru." Dan akhirnya mobil sedikit maju terlihat lah rumah dengan cat biru di ujung jalan dengan penerangan terang dan beberapa mobil terparkir rapi disana. Dan teras rumah yang ada beberapa orang ngobrol.
"Sayang, itu papa kan?" bisik Elea sembari menunjuk seseorang yang sedang mainan petasan.
"Iya, pak itu rumah itu. Masuk halaman saja." minta Andrew. Mobil berjalan maju, mobil dengan logo taksi itu membuat orang diteras berdiri dan menatap bingung siapa yang malam malam datang. Apalagi bagi mereka sudah tak ada lagi keluarga yang akan datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓗𝓪𝓻𝓶𝓸𝓷𝔂 𝓛𝓲𝓵𝓽 ✔
Storie d'amore[COMPLETED] [IRAMA'S SERIES] Harmony Lilt memiliki arti keselarasan berirama. Bukan seperti menolak karena berbeda kasta, tidak menghakimi karena berbeda pendapat. Hubungan ini tidak serumit itu, hanya saja sedikit perbedaan dalam diri yang belum me...