Lima Puluh Delapan

21.4K 1K 61
                                    

Anggota keluarga mulai berdatangan, Sonya Tacenda datang 2 jam setelahnya, disusul Marvin yang datang masih dengan seragamnya lengkap. Dirinya bertugas dan hp ia tinggal, makanya ketinggalan info. Diinfo saja lewat dari petugas yang dapat telfon langsung dari ajudan Adiwilaga. Setelahnya dia langsung berangkat kesini tanpa berpikir untuk ganti baju. Langsung mendekat ke Elea dan mengusap perut besar Elea dengan bergetar dan memeluknya sekilas sembari mengucapkan kalimat penenang.

"Sini." ucap Marvin yang sudah ganti baju santai dengan memeluk kepala Elea dan ia letakkan didepan perutnya. Dengan reflek Elea meremas lengan Marvin dan menangis. Rasanya rindu.

"Sstt.. Jangan nangis, nanti tambah sakit perutnya."

"Kangen hiks."

"Maaf."

"Jangan maaf maaf terus nanti bayi sebel." jawab Elea setengah bercanda. Faktanya kemarahan dirinya ke Marvin tak setinggi dan sebesar itu.

"Boleh makan nggak sih tan kalau kaya gini?" tanya Marvin.

"Boleh kalau si ibu bisa."

"Nggak, aku minum aja. Mual."

"Mau tiduran? Abang usap pinggangnya." ucap Marvin membuat Elea menurut dan tidur miring. Marvin langsung mengusap dan mengurut ringan bagian pinggang, pinggul Elea. Depan dielus, belakang dipijat membuat Elea sesaat melupakan sakitnya. Dan terlelap.

Disaat dia terlelap dengan sesekali meringis, pintu ruangan terbuka serampangan. Andrew disana.

Dengan baju lorengnya, untung saja keadaanya tidak berantakan. Mukanya masih terkondisikan. Dia sempat bersalaman kepada semuanya untuk sapaan. Setelahnya mengecup singkat kepala Elea dan perutnya sebelum dipaksa Hagia untuk berganti baju. Baginya Elea harus nyaman dan semuanya harus dengan pakaian nyaman.

"Aduhh.. aduhhh.. sssttt." nggak sampai 5 menit Elea terbangun dan terduduk dengan susah payah.

"Sakit.. sakit." ucapnya sembari menggenggam entah tangan siapa. Karena ia juga sulit membuka mata.

"Sakit sekali sayang?"

Suara yang ditunggunya, suara yang dirindukannya mengudara dan membuatnya membuka mata. Benar saja Andrew nya ada didepan matanya sedang berdiri menggenggam tangannya dengan salah satu tangan memijat bagian belakang.

"Hikss.."

"Sudah pembukaan berapa dok?" tanya Amalia ketika dokter baru masuk sampai depan pintu. Dia tak yakin dengan info dari Nena.

"Sebentar ya ibu, saya cek dulu." dokter langsung cek sudah sampai dipembukaan berapa sebenarnya Elea ini.

"Sudah berjalan 6 jam jadi ini pembukaan 6 sudah berjalan ya ibu. Rasanya mungkin akan sangat sakit tapi hasilnya adalah hal yang sudah ditunggu semuanya akan hadir didunia." ucap dokter itu.

"Mohon menghubungi dokter kala sakitnya luar biasa."

"Bisa dipakai untuk berjalan dulu agar mempercepat kelahiran." ucap Dokternya sebelum keluar.

"Mau sambil jalan?" tawar Amalia. Andrew sebenarnya mau menolak, ia tak bisa melihat Elea hamil besar sudah mau lahir tapi disuruh jalan. Ah elah semua laki laki kok sama aja.

"Huft.." dengan nafas sudah susah payah, Elea berdiri dan mencoba berjalan pelan. Tak sampai 10 langkah dirinya tak kuat.

"Sa-kit.." lirihnya dengan muka sudah mendusal dalam perut Andrew, tangan menggenggam kaosnya dengan kencang.

"Sabar.. Bismillah sayang, istighfar yaa. Mau mas pijit?" tawar Andrew. Jujur dia juga bingung bagaimana caranya untuk meredakan sakit Elea. Karena dia bilang sabar, juga mana bisa sabar kalau sakitnya luar biasa.

𝓗𝓪𝓻𝓶𝓸𝓷𝔂 𝓛𝓲𝓵𝓽  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang