39

15.1K 918 33
                                    

"Dek, chika makan malam dulu sayang" ucap shani diluar kamar.

Ch2 yg ketiduran dengan posisi masih saling pelukan itu chika terusik ketika mendengar ketukan dan suara bundanya itu.

"Iya bun nanti kita nyusul" teriak chika dengan suara serak.

Tian terusik dengan teriakan chika dia mengubah posisi tidur nya.

Chika duduk dan mengikat rambutnya lalu membangunkan suaminya itu.

"Tian bangun makan malam dulu" ucap chika.

"Gak laper" ucap tian pelan.

"Tetep harus makan dulu ih ayok ditungguin sama ayah bunda loh" ucap chika.

"Kamu aja, aku gak laper ngantuk" ucap tian.

Chika membuang nafasnya abis itu ke kamar mandi untuk cuci muka karna kalo mandi dulu akan sangat lama kasian mertuanya sudah menunggu.

"Loh tian nya mana sayang.?" tanya shani ketika melihat chika berjalan ke meja makan seorang diri.

"Katanya gak laper, ngantuk jadi masih tidur" ucap chika.

"Ohh yaudah sini duduk" ucap shani.

Mereka bertiga makan malam dengan hening tanpa obrolan, setelah selesai makan baru mereka memulai obrolan.

"Tian gak nyakitin kamu kan nak.? Gak kdrt kan.?" tanya cio

"Engga yah tian baik ko" ucap chika.

"Kalian udah saling menerima satu sama lain.?" tanya cio

"Emm udah yah" ucap chika gugup dengan pertanyaan2 ayah mertuanya ini.

"Udah saling mencintai.?" tanya cio

Chika mengangguk malu.

"Udah melakukan hubungan suami istri.?" tanya cio.

Muka chika memanas dan merah mendengar pertanyaan yg ini.

"Mas nanya nya ya" tegur shani.

"Gpp dong, ayah cuman memastikan kalo anak ayah ngasih kamu nafkah lahir batin" ucap gracio.

Chika cuman bisa mengangguk dengan muka yg sudah pasti sangat merah.

Greshan tersenyum melihat anggukan dari chika, akhirnya perjodohan yg mereka lakukan gak sia sia.

"Terus kapan ngasih ayah cucu.?" tanya cio makin menggoda chika.

"Iya nih bunda pengen cepet2 punya cucu, kalo dinanti nanti takut gak keburu" ucap shani.

"Bun ko ngomongnya gituh" ucap chika yg gak suka denger omongan shani.

"Makanya dicepetin dong" ucap shani.

"Do'a in aja bun yah" ucap chika.

"Pasti itu mah, tapi kalian nya juga harus sering buat biar cepet jadi heheh" ucap shani terkekeh.

"Udah bun kasian mantu ayah mukanya udah merah banget itu haha" ucap cio yg ikut tertawa.

"Yaudah kamu boleh ke kamar good night sayang" ucap shani.

"Good night bunda ayah" ucap chika lalu berjalan ke kamarnya yg dimana tian masih nyenyak dalam tidurnya.

Chika duduk dikasur disamping tian yg sedang tidur. Dia menatap wajah tenang suaminya.

"Papi makasii udah jodohin chika sama tian, papi bener kalo keluarga Harland akan menjaga chika dengan baik. Maaf kalo awalnya chika sempet gak percaya bahkan nolak perjodohan ini" gumam chika.

Chika beranjak dari duduk nya dan pergi ke balkon kamarnya, dia berdiri menatap langit yg indah penuh dengan bintang2.

"Chika kangen kalian, chika kangen dianter sekolah sama papi walau cuman pake sepeda. Chika kangen masakan mami, liatin terus chika dari sana ya mi pi" ucap chika pelan tanpa terasa air matanya jatuh begitu saja.

"Chika sekarang bahagia ada di keluarga ini bertemu dan menikah dengan tian, tapi kebahagiaan itu terasa kurang karna gak ada kalian disamping chika. Papi mami hiks chika kangen" tangis chika dia menunduk menangis sampai ada tangan yg melingkar diperutnya.

Chika melihat kebelakang yg menampilkan wajah bangun tidur tian dengan tersenyum.

Chika menyandarkan kepalanya di dada tian dengan menatap langit kembali.

"Papi mami makasih udah lahirin anak yg begitu cantik dan lembut, makasih pi berkat papi dan ayah akhirnya tian memiliki istri seperti chika. Tian gak bisa janji buat bahagiain chika tapi tian akan berusaha buat chika selalu bahagia bersama tian" ucap tian menatap langit juga.

Chika yg mendengar penuturan tian dia sangat terharu air matanya makin deras untuk turun.

"Jangan nangis nanti papi sama mami marah sama aku" ucap tian menyimpan kepalanya di pundak chika tanpa melepas pelukannya.

"Aku nangis bahagia, dan papi mami gak akan marah melainkan akan mengucapkan terimakasih sama kamu" ucap chika mengelus pipi tian.

Tian kembalikan tubuh chika untuk menghadapnya.
Dia menghapus air mata chika yg tertinggal di pipi nya.

"I love you" ucap chika menatap wajah tian.

"I love you more" ucap tian tersenyum lalu mengecup bibir chika singkat.

Chika langsung masuk kepelukan tian nyaman itu yg dia rasa ketika ada di pelukan suaminya itu.

Tian membalas pelukan chika tak kalah erat, dia terus mengecup pucuk kepala chika.

"Masuk yuk angin malam gak baik" ucap tian tanpa melepaskan pelukannya, chika menganggukkan kepalanya.

Tian langsung menggendong chika ala koala dan masuk ke kamarnya. Dia mendudukkan chika dikasur nya.

"Kamu belum makan malam,makan dulu yuk aku temenin" ucap chika.

"Gak ah aku gak laper, mau makan kamu aja boleh.?" ucap tian menatap chika dengan menaik turunkan alisnya.

"Katanya gak laper ngapain makan aku" ucap chika yg mukanya sudah merah.

"Boleh gak nih.?" tanya tian.

"Kalo nolak dosa kan.?" ucap chika.

"Fiks boleh ini mah" ucap tian terkekeh

Tian duduk didepan chika dia membenarkan rambut yg menghalangi wajah cantik chika.
Lalu dia mengusap bibir chika lembut.

Tian menatap kembali chika untuk meminta ijin dan chika menganggukkan kepalanya pelan.

Mendapat persetujuan tian langsung menyambar bibir chika, dia melumat bibir istrinya dengan penuh nafsu.

"Emmhh" chika memukul dada tian.

Tian langsung melepaskan ciuman itu, chika terengah engah "pelan pelan oke, aku lebih suka kaya kemaren" ucap chika..

"Maaf" ucap tian menunduk, chika yg melihat itu tangannya langsung melingkar di leher suaminya lalu dia yg memulai mencium suaminya dengan lembut.

Kegiatan mereka terus berlanjut sampai chika bener2 sudah lemes tapi tidak dengan tian.

"U udah aku capekh" ucap chika pelan.

"Iyaa makasih sayang i love you cup" ucap tian mengecup bibir chika singkat, lalu mereka tidur dengan tubuh yg masih polos.



TBC.
Jangan lupa vote dan komen.
Semakin banyak vote semakin cepet buat up.

Suamiku Idola Kampus!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang