21

1.7K 129 1
                                    

Dulu juga
Harlan pernah bertengkar dengan mandor proyek karna, tidak membayar upah pada pekerja selama beberapa bulan, karna mandor yang tidak membayar upah dan sikap yang semena-mena, Harlan muak.

Ia melihat kearah pekerja yang lain, rata rata dari mereka adalah kepala keluarga, yang pastinya memiliki tanggung jawab atas anak dan istrinya, Harlan juga kerap mendengar curhatan mereka perihal ekonomi yang sulit, apalagi bahan makanan yang semakin mahal.

Melihat raut wajah lelah dari pekerja ia membulatkan niatnya untuk memberontak.

"Untuk bulan ini, gaji kalian saya belum bisa bayar, karna satu dan lain hal" ucap kepala mandor dengan senyum sangat memuakkan bagi Harlan, selama ini ia selalu melihat senyum sok rendah hati itu.

'dia kira gua ga tau di korup, mana istrinya Hedon' batin Harlan dengan perasaan kesal.

"Loh pak, udah 3 bulan gaji kamu bapak bayar tidak sesuai, kali ini malah ga dibayar" ucap salah satu dari mereka, yang lainnya menyetujui.

"Iya pak, kasi hak kami pak" sorak seseorang dari belakang, yang lainnya juga ikut.

"Jika sikap kalian seperti ini, saya ga segan segan pecat kalian" ucap kepala mandor dengan entengnya dan wajah tanpa dosa.

Karna sudah muak Harlan maju, sebagai satu satunya anak muda.
"Atas dasar apa bapak ga bayar kamu?" Tanya Harlan dengan memberi tatapan intimidasi.

"Kan saya sudah bilang, alasannya tidak bisa saya beberkan disini" sahut kepala mandor, ia masih bertingkah seolah tak bersalah.

"Hidup sebagai tukang korupsi rezeki orang lain, ga akan pernah tenang, jadi kasi atau bapak tau konsekuensinya" Harlan maju satu langkah, membuat pria yang lebih tua darinya bersiaga.

"Lo ga usah sok tau bocah" sentak pria itu karna di tekan oleh Harlan dan pekerja lain atas, aksi berani Harlan.

"Saya udah cukup bersabar" tanpa berfikir panjang Harlan, melayangkan pukulan pada rahang pria tua itu sampai terjatuh, tak sampai disana ia masih memukul beberapa kali sebagai pelajaran, sebenarnya ia tidak benar benar memukul.

"Berani beraninya kau" marah mandor tersebut.
"Apa mau pecat saya? Silahkan" Harlan melepas helm proyek dan melemparkannya ke pada kepala mandor.

Lalu ia berlalu pergi, dan membakar ujung dari rokok.
Sebelum ia mampir ke rumah makan.

Ia duduk di bagian belakang rumah makan, menelepon seseorang.
"Permisi pak, saya Harlan kuli proyek pembangunan gedung di tempat bapak, saya ingin mengadukan sikap kepala mandor yang semena mena selama ini, dan tidak membayar upah dengan penuh" jelas Harlan, yang disambut baik oleh orang tersebut.

"Terimakasih atas aduannya, untuk kepala mandor tersebut akan saya beri konsekuensi, dan pekerja yang lain akan saya beri gantinya, termasuk kamu yang telah berani" sahut orang di sebelah sana.

"Sama sama pak, saya juga berterima kasih. Selamat siang" Harlan mengakhiri panggilan.

Pak Tomi memasukkan kembali handphonenya setelah menerima telepon, dari seorang pekerja proyek yang memberikan kesaksian atas kecurangan mandor di proyek.

"Zaki, tolong cek proyek pembangunan gedung D, dan buat laporan, cek juga pengeluaran, semuanya kalo bisa" ucapnya pada sekretaris yang mengiyakan.

Zaki keluar dari ruangan pak Tomi memasuki ruangan di sebelahnya.
"Ta, tolong kirimin data keuangan di gedung D ya" ucapnya to the poin, pada pria yang fokus dengan kertas kertas di meja.

"Iya" singkatnya.
"Makasih Dikta, kau lah sahabat baik akuu" ucap Zaki dramatis lalu pergi ke tempat proyek yang atasannya perintahkan.

Saat di sana kepala mandor, menyambutnya dengan baik, dan memberi makanan, bahkan dengan sok pedulinya menghidupkan pendingin ruangan.

langkah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang