7

3.7K 227 4
                                    

Kebetulan sekali Dikta menyempatkan waktu makan siang mengunjungi adiknya yang sedang di periksa dokter.

"Saya dokter Salman, spesialis onkologi yang menangani, Harlan" Dikta menerima jabatan dokter tersebut.

"Bagaimana perkembangannya dokter?" Dikta bertanya kondisi adiknya yang dapat ia lihat lebih baik dari beberapa hari yang lalu.

"Sudah lebih baik, hemoglobinnya normal, yang sebelumnya rendah, dehidrasi juga sudah tertangani, nutrisinya juga sudah lebih baik dibandingkan kemarin, tapi belum cukup, jadi harus dibantu dengan makanan yang bergizi." Ucap dokter itu menjelaskan.

Dikta mengangguk mengerti, Harlan hanya mendengar.
"Saturasi oksigennya pagi ini juga cukup baik, sudah mulai ada peningkatan, yang perlu dijaga makan, kebersihan, jangan terlalu kelelahan juga sama jangan terlalu banyak pikiran yang berakhir stres, itu enggak baik buat kesehatan" jelasnya pada Dikta juga Harlan yang tersenyum menanggapi.

"Baik dok, mengenai demam tinggi nya gimana dok, setau saya selama di rawat disini udah 3 kali dia demam tinggi terus." Tanya Dikta, ia tentu bertanya tanya, apa itu pertanda sesuatu atau ada masalah lain.

"Untuk demam tinggi itu sebenarnya sering di alami pasien kanker khususnya kanker tulang seperti kamu, selama terkena kanker kamu sering demam tinggi, benar?" Dokter tersebut memastikan.

"Benar dok dulu sering demam, tapi ga separah sekarang" ucap Harlan, disertai berfikir ia mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu yang ia kira karna terlalu lelah bekerja.

"Itu normal, untuk itu kamu memang diresepkan parasetamol dengan dosis tinggi, juga parasetamol lewat intravena, setiap demam Pasti disertai nyeri?" Dokter itu seakan peramal ia tau betul apa ya g Harlan alami.

Harlan mengangguk setuju.
"Benar dok"
"Untuk itu, saya resepkan parasetamol intravena, pil dan tramadol yang disuntikkan ke infus." Ucap dokter itu menulis sesuatu pada catatannya.

"Untuk makanan yang harus dihindari, sudah saya Jelaskan pada Dikta kemarin, untuk lebih lengkapnya asisten saya akan memberikan informasi lebih lanjut."

Dikta mengangguk memang benar ia mengontak dokter Salman lebih dulu melalui WhatsApp,ia juga memahami dan berterima kasih.

****

Johan yang berkunjung ke rumah sakit, untuk mengecek laporan sekaligus, memantau anak nya lebih dekat, walau tidak secara langsung.

Ia kembali meminta rekam medis terbaru dari anaknya.

Ia membaca dengan teliti, obat apa yang diberikan, yang diresepkan dan gejala apa yang tertulis disana.

"Eum dokter Salman telah berkunjung, tolong pasien VVIP 01 selalu dipantau" ia menutup kertas kertas itu dan menatap tajam staf didepannya, yang mengangguk patuh.

"Baik bapak"dengan menunduk memberi hormat pada direktur rumah sakit tempat mereka bekerja.

"Huftt... Tegang banget woii" salah satu perawat mudah menghela nafas lega.

"Ia anjir kita sampe ga nafas tadi" perawat yang sedang memilah obat menimpali.

"Ga biasanya direktur turun tangan gini, emang yang sakit siapa sih? Jangan jangan pejabat negara" perawat pria yang menyender di dinding mulai bergosip.

"Lu ga pernah masuk ke situ?" Tanya perawat yang pertama.

"Enggak, kan baru kali ini gue di shif ini" perawat pria itu menggeleng.

"Lo ingat cleaning service yang sering ngumpul sama dokter dokter ga? Seringnya sama dokter muda yang di IGD sih" ucap perawat yang cukup familiar dengan Harlan.

langkah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang