20

2.5K 198 10
                                    

Dulu
Harlan harus memakan mie instan di belah dua, untuk di makan pagi dan malam, agar berhemat.

Karna tak mungkin makan mie seumur hidup, ia mulai terbiasa mengubah pola pikirnya dan juga menahan rasa malu dan gengsinya untuk meminta sayur yang tidak terjual pada pedagang, ketika sore hari.

Untuk yang lainnya ia sering mengambil makanan dan minuman juga bumbu instan, atau sebagainya pada toko kelontong yang membuang barang barang tersebut karna sudah expired.
"Ga saya makan kok pak, ini buat pakan ikan" alasan Harlan, tentu salah telah berbohong namun mau bagaimana lagi.

Untuk ikan ia jarang membeli karna mahal, karna itu ia sering di ajak berlayar oleh pak Agus selama berhari hari di laut lepas, lalu membawa pulang uang dari pak Agus dan juga di beri bonus ikan yang cukup banyak.

Karna tak mungkin ia menghabiskan ikannya sendiri, juga kulkas bekasnya itu tidak dingin, maka dari itu ia membagikan ikan ikan tersebut pada ibu ibu sekitar, Harlan hanya membawa pulang untuk dirinya secukupnya.

Sepulangnya kerumah, ia segera bersih bersih karna bau amis dari ikan sangat menyengat, setelah mandi ia hendak memasak ikan namun pintu rumahnya diketuk.

"Assalamualaikum Harlan" ucap wanita di balik pintu.
Saat ia membuka pintu wanita dengan senyum lembut menyambut dirinya.
"Waalaikumsalam Mak" ucap Harlan, juga dengan senyum tak kalah manis.

"Nih Mak bawa lauk ikan buat kamu, udah Mak masakin" ia memberi tempat makan berisi lauk yang telah ia siapkan.

"Loh Mak, jangan repot repot, Harlan ikhlas ngasinya buat emak, nanti di Cecep sama bapak ga kebagian" ia menolak dengan halus, bagaimana tidak ia juga memikirkan keluarga wanita di hadapannya.

"Bapak sama si Cecep aman kok, Masi ada lauk lain, lagian ikan yang kamu kasi banyak, jadi pasti kebagian" ucapnya kembali.

"Ya kan" saat ingin menolak, wanita tersebut meletakkan telunjuknya di mulut Harlan, dan menggoyangkan ke Kanan dan kiri.

"Gak gak, pokoknya makan, sana gih Mak mau pulang, makan yang bener jangan begadang" pesannya mencubit gemas pipi Harlan.

"Iya iya Mak, makasih Mak" Harlan berucap dan si sahut oleh wanita tersebut sebelum beranjak pergi.

Ia kembali masuk kedalam rumah, dan membuka tempat makan itu, berisi ikan dan kuah dengan warna yang menggugah selera.

Hendak mengambil piring ketukan pintu kembali terdengar.
Kali ini lebih brutal.
"Harlan, nak buruan buka pintu" dari suara cempreng dan nyaring ia tau siapa orang di balik pintu.

"Assalamualaikum dulu kali nyak" ucap Harlan begitu melihat wanita tua di balik pintu.
"Iya ulang ni, assalamualaikum harlan" ucapnya kembali.
"Waalaikumsalam enyak Harlan" tentu dengan kekehan mereka di akhir kalimat.

"Nih ambil, nyak masakin lu ikan tadi lu kasi, makan Sono pasti lu laper, kaga usah ngibul" ucapnya tidak memberi waktu Harlan menjawab.

"Nyak ga usah lah, kan Harlan kasi buat enyak, nyak malah balikin gimana sih" enyak mencibik.

"Lu bego apa gimana sih, au ah males gua ngomong, Sono makan" senyum Harlan semakin manis saat nyak Imah mengomel.

Langkah kaki yang terdengar sedikit cepat membuat mereka menoleh, pemuda dengan rambut agak panjang, sedikit di semir, dan tindikan di telinga membawa sesuatu.

"Abang, ni nyak ngasi sesuatu katanya tadi ' anter ini ni ke Abang lu, bilangin Mak bilang makasih' gitu bang" Mamad meniru suara dan gaya ibunya, Harlan tertawa akan tingkah Mamad.

"Alhamdulillah karna rejeki kaga boleh ditolak gua terima, bilangin lagi ke Mak jijah makasih banyak dan sama sama" Harlan mengambil plastik yang di tenteng Mamad.

langkah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang