Karna setiap Sabtu anak didik Harlan libur berlatih, ia pun mewujudkan ucapannya semalam pada nyak Imah.
Dalam perjalanan pulang, ia duduk sebentar di halte, lalu meminum obat, ia tak ingin rasa sakit datang saat ia sedang berbahagia dan membuat waktunya kacau.
"Nyak yuk" ucap Harlan nyak Imah tentu bingung. Harlan berjalan ke dalam warung dan menutup warung.
"Woi bocah, mau ngapain sih lu" ucap nyak Imah, Harlan berbalik.
"Nyak buruan mandi dandan yang cantik, Harlan tungguin" ucap Harlan, nyak Imah tak banyak bertanya ia lansung melakukan apa yang Harlan ucapkan.Setelah menutup warung Harlan duduk di pos ronda, beberapa orang datang, menanyakan nyak Imah.
"Tutup mas, nyak Imah ada keperluan" ucapnya lalu orang itu pergi dari sana, nyak Imah pun datang, dengan penampilan menurutnya terbaik."Mashaallahh nyak gua, cantik banget" puji Harlan, nyak Imah terlihat malu malu tapi tetap sok cuek.
"Udah ni gua, mau kemana sih?" Tanya nyak Imah, mereka berjalan beriringan.
"Jjs lah nyak" sahut Harlan.Lalu mereka menaiki bus menuju taman kota, memakan berbagai kuliner yang beragam. Tentu kenangan manis tercipta dengan baik.
Mereka duduk di rumput, memakan sate bersama, tak tertinggal pula obrolan yang kebanyakan berisi candaan.
"Kemana lagi kita nyak?" Tanya Harlan, mereka berjalan di trotoar
"Serah lu, nyak mah ngikut aja" sahut nyak Imah."Kesana yuk nyak" Harlan menarik pelan tangan nyak Imah masuk ke supermarket.
"Ngapain kita kesini lan?" Tanya nyak Imah, Harlan menyahut.
"Belanja lah, ga mungkin masang paving blok." Ucapnya."Nyan beli apa aja terserah, Harlan yang traktir" ucapnya, nyak terlihat kaget.
"Yang bener lu? Ga mau ah gua, yuk pulang" nyak Imah hendak keluar, harlan menariknya masuk kembali."Kita kaga bakal dikejar nyak, Harlan ada uang" Harlan memamerkan dompetnya yang sudah terkelupas bahkan telah tidak layak pake.
"Gua kaga tau mau beli apa" sahut nyak Imah, ia tak enak dengan Harlan.
"Tau, liat liat aja dulu, anggap aja sebagai kado" ucap Harlan membujuk nyak imah.
"Gua kaga ulang tahun" Harlan masih menuntun tangan nyak Imah berkeliling.Karna tak ingin membuat Harlan merasa tidak dihargai ia mengambil beberapa yang disarankan Harlan, mereka bersenang senang sore itu, Harlan juga dapat tertawa lepas.
"Makasih ya Harlan" ucap nyak Imah tulus.
"Sama sama nyak" sahut Harlan, ia membawa belanjaan mereka.****
"Adek kamu udah kepikiran kan mau masuk universitas mana?" Tanya Johan, gina yang sangat menghindari pertanyaan ini terlihat menunduk.
"Harus mikir Mateng Mateng dek biar ga nyesel nanti" tambah salsa.
Gina terlihat semakin tak nyaman, melihat itu Dikta membela."Ga papa dek, pelan pelan aja dulu, ikuti kata hati kamu" ucap Dikta menenangkan gina.
Setelah makan malam mereka duduk bersama di ruang keluarga.
Menonton film yang dibintangi Tom Holland.Dikta tidak begitu fokus pada tayangan di depannya, ia beberapa kali mengecek handphonenya, sedari sore ia telah mengirim pesan pada Harlan, tapi tak kunjung ada balasan.
Karna khawatir, ia menelepon.
Salsa menoleh pada Dikta yang terlihat khawatir.
"Kenapa bang? Ada masalah?" Tanya salsa, lalu Johan dan Gina ikut menoleh."Ga ada ma" Dikta tidak mengaku ia meletakkan handphone di sisinya.
Johan masih menatap handphone Dikta, ia menduga itu pasti tentang Harlan, melihat gerak gerik Dikta yang tidak tenang membuatnya ikut tak tenang.Lalu notifikasi ponsel Johan terdengar.
Di sana tertera nama seseorang yang mengirim pesan.Johan terlihat senang, ia melihat isi pesan itu.
Berisi alamat, dan foto dari putra keduanya."Eum, Abang keluar sebentar" ucap Dikta mengganti baju di kamarnya lalu turun ke bawah, melewati mereka yang menonton tv.
"Mau kemana bang?" Tanya salsa.
"Ada keperluan sebentar ma" ucap Dikta ia lansung keluar, masuk ke dalam mobil.Tak lama Harlan menelpon.
"Assalamualaikum bang, maaf tadi ga pegang hp, ada apa bang" mendengar suara Harlan Dikta memelankan laju mobilnya."Waalaikumsalam, gue mau ketempat lu" lalu ia menutup telepon.
Harlan memasukkan handphone ke dalam kantongnya, ia sedang berdiri di depan warung nyak Imah setelah mengantar nyak Imah, ia telah menyuruh nyak Imah beristirahat.
Lalu ia berbalik saat suara mobil terdengar, lalu senyumnya terbit.
Dikta keluar dari mobil.
"Dari mana lu?'' tanya Dikta melihat penampilan Harlan lebih tapi dari biasanya."Abis jalan jalan sama nyak Imah" ucapnya Dikta berjalan dengannya beriringan.
"Itu baju yang" Dikta melihat Harlan yang mengangguk.
"Iya, yang dikasi nyak Imah" ucapnya melihat kaos yang ia pakai, lalu tersenyum tipis.Sampai di depan pintunya, ia membuka pintunya dengan kunci, lalu mereka masuk berdua.
"Udah waktunya lu minum obat" ucap Dikta setelah melirik handphonenya yang terdapat daftar jadwal minum obat Harlan, termasuk list makanan dan minuman, juga segala hal tersangkut Harlan.
"Iya bang" Harlan segera mengambil obat di kamarnya lalu meminum obat dengan bantuan air.
"Gua kira lu kemana ga balas SMS gua" ucap Dikta, ia melakukan kebiasaannya di rumah Harlan, yaitu mengecek persediaan makanan di dapur.
"Lan ni daging ga lu makan?" Dikta melihat daging yang ia beli masih banyak di dalam freezer, yang hampir terselimuti oleh bunga es.
"Lupa bang, ga sempet masak juga" sahut Harlan.
"Kemana lu, sampe ga sempet masak?" Akhirnya Harlan masuk kedalam perangkap Dikta."Oh itu bang, kan kulkasnya ada bunga es, jadi harus tunggu cair bunga es nya dulu, baru bisa gua masak" untungnya otak encer Harlan bisa di ajak bekerja sama.
Dikta mengambil handphonenya dari saku.
"Besok tunggu disini, bakal Dateng kulkas ke sini" ucap Dikta tiba tiba.
Harlan terbelalak kaget."Bang yang bener aja" ujar Harlan yang kaget.
"Tunggu di rumah jangan ke mana mana besok" ucapnya lagi.
"Ya kan gua harus kerja" Harlan memberi alasan."Kan lu pulangnya siang" Dikta terlihat memancing Harlan lagi.
Lagi lagi Harlan terpojok.
"Ya udah deh bang" akhirnya Harlan tak lagi menyahut, takut kebohongannya terbongkar."Lu udah makan?" Tanya Dikta, melihat Harlan yang berdiri saja sedari tadi.
"Udah tadi bang" sahutnya.
"Oke" ucap Dikta singkat.
'ni orang jauh jauh kesini cuma mau bilang oke?' Harlan heran.
"Udah malem ni" Dikta melirik jam tangannya, Harlan bangun dari duduknya berniat mengantarkan Dikta keluar.
"Gua mau nginep disini" ucap Dikta lagi, Harlan terlihat kaget lagi.Ia segera masuk ke kamarnya membereskan baju bajunya yang telah selesai ia jahit sebelum Dikta menglihat itu.
Dikta hanya melihat tingkah Harlan yang terburu buru.
"Udah bang, masuk aja, maaf ya sempit" Harlan telah merapikan kamarnya, terlihat kamar yang pernah Dikta lihat sebelumnya, hanya kasur tipis, kipas angin tua, lemari kecil, tak ada yang berbeda.
"Tidur aja dulu bang, disini" ucap Harlan mempersilahkan abangnya tidur terlebih dahulu.
"Lu tidur dimana?" Tanya Dikta, kasur milik harlan hanya muat satu orang."Ntar gua ambil itu dulu" Harlan keluar kamar entah kemana ia pergi.
Tak lama ia kembali membawa selimut sangat tebal, dan menggelarnya sebagai kasur ia tidur, namun karna tubuh tingginya, selimut itu tidak cukup."Dapet dari mana?" Tanya Dikta, ia tentu tau jika di rumah Harlan tak ada banyak barang.
"Dari tetangga sebelah" sahut Harlan singkat.
Mendengar dan melihat adiknya yang tidur beralaskan selimut ia tentu sedih dan merasa bersalah.****
Ni double up nyaa
KAMU SEDANG MEMBACA
langkah
Randomcerita seorang putra yang ingin menghabiskan sisa hidupnya dengan keluarga yang telah lama tidak menerimanya.