Kini
Harlan membuka pintu setelah beberapa saat ada seseorang mengetuk pintu.Dengan siaga ia membuka pintu, karna hidup di dunia yang keras ia cukup banyak pengalaman.
Namun melihat orang tersebut ia sedikit lebih tenang.
Pria dengan pakaian jas lengkap, menyerahkan beberapa paperbag padanya."Terimakasih pak" ucapnya sebelum pria itu berlalu.
Melihat isi dari paperbag tersebut dan struk dengan nama pembeli ia tau siapa pengirimnya.
"Makasih Abang" gumamnya, tanpa sadar senyumnya terlukis.
****
Karna tidak lagi bekerja sebagai kuli dan juga di warung makan ia di berhentikan, Harlan hanya datang ke rumah sakit, Sembari bertanya pada kenalannya lowongan kerja part time."Ada sih kan tapi agak jauh dari sini" sahut perempuan sedang agak berumur.
"Yang Deket ga ada Bu?" Tanya Harlan memastikan."Ada sih tapi kan kaga mungkin, lu lakik begini kerja di salon" ucap beliau, beberapa orang dengan pakaian seragam yang sama dan orang sekitar terkekeh mendengar.
"Yang bener aja buk" Harlan juga sama terkekeh.
"Harlan lagi butuh banget duit, mana sekarang kerjaan tinggal ini doang" ucapnya kembali serius."Lah bukannya kemarin kamu, pas sakit di ruang orang kaya?" Tanya wanita lain.
"Oh itu ya, itu ada yang tanggung mbak, sekarang Harlan lagi nyari duit banget mau balikin uang yang nanggung itu" jelasnya, di balas anggukan dari mereka.
"Lu pernah pengalaman di bidang bela diri ga lan?" Tanya seorang pria,
Harlan mengangguk."Ada bang, Harlan dulu pernah ikut Jiu Jitsu, sama muai Thai" sahutnya, membuat pria itu menepuk tangannya.
"Pas banget lan, temen gua nyari guru les yang bisa ngajar bela diri, buat bocah bocah tapi lan, lu bisa ga?" Ia memastikan kesanggupan Harlan.
"Ga masalah mas, Harlan sanggup kok, kebetulan Harlan suka anak anak" ujarnya di angguki pria itu.
"Ntar ya gua telpon temen gua dulu" pria itu menekan tombol pada layar handphonenya."Silahkan mas" Harlan merasa ada harapan, ia menggumamkan syukur.
Tanpa Harlan sadari wanita lain tersenyum lembut saat mendengar tutur Harlan, yang mengaku menyukai anak kecil.
"Lan nomor lu udah gua kasih ke temen gue, katanya ntar lu Dateng ada ke gedung olah raga jam 6" ucap pria itu.
"Alhamdulillah Makasih mas, Harlan merasa di bantu banget" ucap Harlan pada pria tersebut.
"Sama sama lan, wajar lah lan kan kita saling membantu" mereka melanjutkan perbincangan sebelum kembali bubar membersihkan rumah sakit di bagian masing masing.
****
Salsa menyeduh teh hangat di dapur, untuk suaminya yang telah menunggu di ruang tamu.
"Mas ini teh nya" cangkir tersebut ia letakkan di atas meja kaca.
"Makasih sayang" ucapan mesra dari Johan pada salsa, salsa tersenyum manis dengan pipi merona.
"Gimana kamu di kantor?" Tanya salsa pada Johan, yang sedang mengelus rambut salsa.
"Mas tadi meeting, trus mas ke kantor ada orang tua dari karyawan mas nunggu di ruangan mas. Dia bangga banget sama anaknya, berterima kasih juga sama kita, trus tau ga dia kasi apa?" Tanya Johan, hal ini tak hanya terjadi sekali, sering kali orang tua dari karyawannya yang menemuinya karna anak mereka.
"Jeruk? Apel? Ga tau aku mas" tiap tebakan salsa Johan menggeleng.
"Masa nyerah gitu aja" sahut Johan terkekeh dengan tingkah istrinya yang tak lagi menebak.
KAMU SEDANG MEMBACA
langkah
Randomcerita seorang putra yang ingin menghabiskan sisa hidupnya dengan keluarga yang telah lama tidak menerimanya.