Ketukan di pintu Harlan, membuatnya segera membuka pintu, disana berdiri beberapa orang tengah pakaian formal.
Membawakan banyak bingkisan.
"Saya Simon dari perusahan property, direktur memberikan anda semua ini, sebagai ucapan terima kasih, dan juga sejumlah uang" ucap pria itu menyerahkan amplop tipis berwarna putih.Harlan yang terlihat bingung hanya diam, ia tidak mengambil amplop itu.
"Maaf pak, sepertinya bapak salah orang" ucap Harlan sopan.Lalu mereka terlihat mengecek kembali alamat yang diberikan.
"Tidak salah, ini alamat yang tertera" ucap pria itu.
Alis tebal Harlan menukik heran.
"Kalo boleh tau, ini dari siapa ya dan kenapa dikasih ke saya?" Tanya Harlan, pria itu menjelaskan."Jadi ini pemberian direktur perusahaan property, beliau ingin berterima kasih karna anda telah menolong istri beliau beberapa hari yang lalu, tapi karna sibuk beliau tidak dapat menyerahkan hadiah ini secara lansung" jelas pria itu, harlan terlihat terdiam ia tak bereaksi.
Matanya bergetar menatap mata para pria berpakaian formal di hadapannya.
"Ga usah pak, saya ikhlas bantunya" tolak Harlan, di lubuk hatinya ia merasa sebuah kekecewaan.
Tapi pria bernama Simon itu memaksanya.
Karna buru buru, dan tak ingin membuat keributan yang akhirnya memperburuk keadaan lalu menerimanya."Pak, saya boleh titip pesan ke direktur bapak?" Ucap Harlan menghentikan langkah pria itu.
"Boleh" sahutnya, senyum tipis Harlan terukir."Terimakasih pak, semoga bapak dan keluarga bahagia selalu" ucapnya pelan, terasa sakit di hatinya saat tiap kata yang keluar dari mulutnya.
"Baik, akan saya sampaikan." Ucap pria itu. Lalu berlalu pergi dari sana.
Harlan tersenyum getir, ia melihat ke arah langit.Entah apa yang dipikirkan, namun lamunannya hancur saat teriakan di bawah terdengar.
"Bang, ngapain liat ke atas ada cuan?" Teriak Cecep, Harlan tertawa lalu mengunci pintu dan turun ke bawah.
Merangkul Cecep, mereka berjalan dengan menyapa beberapa tetangga sekitar.
"Kaga kerja lu?" Tanya Harlan.
"Kerja lah bang, besok gua gajian" ucap Cecep bangga.
"Alhamdulillah dong, jangan lupa kasi buat mamak" ucap Harlan.
"Jelas lah bang, Mak gua cuma atu" sahut Cecep dengan logat khasnya.Harlan terlihat sedih mendengar ucapan Cecep yang mengingatkannya pada salsa.
"Bang, tu busnya udah sampe buruan lari ntar ditinggal lu bang" ucap Cecep membuat Harlan tersadar.
Ia berlari namun, saat langkah lebarnya ia bawa berlari, rasa sakit di tulang belakang nya, yang terasa seperti tersetrum.
Ia seketika berhenti, dan berjalan pelan menahan rasa sakit agar tak tertinggal bus.Saat masuk ke bus, ia yang terlihat pucat, dan kesakitan harus berdiri karna bus sudah penuh.
'padahal udah minum obat tapi masih sakit' batin Harlan, ia berkedip beberapa kali saat merasa pusing.
"Mas duduk di tempat saya aja" ucap seorang wanita dengan pakaian Indomaret.
Awalnya ia menolak tapi suara penumpang lain yang, menyuruhnya duduk membuatnya setuju.
"Ini mas minum dulu" ucap pria dengan pakaian kantoran memberikan sebotol air mineral.
"Sakit ya mas? Ada obat ga?" Tanya penumpang di sebelahnya.
"Udah mendingan mas, tadi saya udah minum obat" sahut Harlan setelah meneguk air."Terimakasih ya mas, minumnya saya ganti besok ya" ucap Harlan di balas gelengan oleh lelaki itu.
"Ga usah,mbak duduk aja biar saya di sana" ia lalu berdiri menggantikan posisi mbak Indomaret itu, yang lebih dulu menyadari Harlan yang kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
langkah
Randomcerita seorang putra yang ingin menghabiskan sisa hidupnya dengan keluarga yang telah lama tidak menerimanya.