42

1.9K 215 7
                                    

Tidak seperti rumah sakit pada umumnya, hasil pemeriksaan diberikan lebih cepat, entah karna rumah sakit besar dengan kinerja yang bagus, atau karna pengaruh dari Dikta, yang notabenenya adalah anak dari direktur rumah sakit tersebut.

Hasil tersebut di kirim kerumahnya, karna ia memilih mengisi alamat pada formulir melalui via online, dengan alamat rumahnya.

Tak ia sangka hasil itu dikirim lebih awal, dugaannya, surat tersebut akan dikirim saat ia pulang kantor di sore hari.

Nyatanya lebih awal, satpam yang menerima membawa masuk paket tersebut setelah diperiksa dengan alat khusus, agar tak ada barang membahayakan didalam yang akan mengancam keluarga tersebut.

"Permisi Bu, ini ada paket katanya penting jadi saya bawa masuk" ucap satpam rumah pada salsa, salsa menerima dan berterima kasih sebelum pria itu pergi.

Melihat bungkusan surat yang dikemas rapi dengan alamat dan nama dari penerima ia tau itu milik Dikta.

Tapi saat ia hendak membawa masuk ke kamar Dikta ia tak sengaja melihat logo yang sangat familiar dengannya.

Tapi salsa tak berfikir macam macam mungkin itu dokumen penting, yang karna Dikta juga masuk kedalam daftar orang berpengaruh di rumah sakit tersebut.

Keluar dari sana, ia melirik kamar sebelah, entah kapan terakhir kali ia masuk kesana, tiap melihat pintu itu ia terbayang bayang putranya yang lain.

"Ma, mama" suara gina di bawah tangga mengalihkan lamunannya.

"Iya dek" salsa segera turun,melihat Gina masih memakai seragam sekolah.

"Ayah ga makan dirumah ma?" Mereka sudah duduk di meja makan, salsa telah menyiapkan makan siang untuk mereka.

"Mama ga tau dek, mungkin ayah lagi sibuk ga sempat pulang, apa mama bawain ke kantor aja ya" salsa membuka layar ponselnya, mengirim pesan pada suaminya.

"Ga usah, ini ayah" dari balik dinding Johan muncul, senyum salsa merekah.

"Yuk makan, sweet banget kalian nungguin ayah" ia melepas jasnya, IRT yang sudah terlatih lansung membawa gantungan khusus untuk menggantung jas Johan.

"Abang ga pulang ma?" Tanya salsa lagi, walaupun jarang dapat berkumpul dimeja makan di jam makan siang, Dikta terkadang menyempatkan diri.

"Mungkin Abang sibuk dek" sahut salsa.
"Mas, Dikta di rumah sakit ada projek apa?" Tanya salsa, ia cukup penasaran pada dokumen yang terbungkus rapi tadi ia terima.

Johan mendengar ia dipanggil, ia memikirkan hal itu sejenak.

"Mas ga tau, mungkin ada. Emang ada apa ?" Kini Johan ikut bertanya.

"Tadi satpam kasi paket isi dokumen gitu mas, katanya penting" jelas salsa singkat.

Johan terlihat berfikir, ia cukup penasaran apa isi dokumen tersebut, ia tahu betul, Dikta tak suka dengan dunia kesehatan apalagi ia tak pernah ikut campur atau tertarik perihal rumah sakit yang di pimpin Johan.

Curiga akan sesuatu ia berniat mengecek hal itu nanti.

****
Harlan pulang dari rumah sakit setelah melakukan pekerjaannya, ia lansung mengunjungi nyak Imah.

Namun ia tak melihat wanita tua itu disana, warung pun ditutup.
Padahal tadi pagi warung nyak Imah terbuka, dan ia sempat menyapa juga bercanda sebelum bekerja.

Merasa ada yang tidak beres, ia masuk ke dalam rumah. Harlan punya kunci rumah nyak Imah, yang beliau lansung berikan padanya dulu.

"Assalamualaikum nyak..." Harlan masuk ke dalam rumah.
Ia tak melihat atau mendengar jawaban dari salamnya.

langkah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang