36

1.4K 159 7
                                    

Ruang persidangan terlihat sangat serius, Johan sebagai pihak penggugat duduk dengan tenang di kursinya, ia telah mengumpulkan bukti bukti pemberat bagi kedua preman yang telah mencelakai istrinya.

Ia bahkan menuntut kedua preman itu sebagai pencobaan pembunuhan dan gugatan lainnya.

Kedua belah pihak saling memberi pembelaan, namun tentunya pihak Johan jauh lebih unggul dari bukti cctv, saksi dan lainnya.
Di kuatkan dengan rekor kriminal mereka yang pernah masuk ke dalam penjara dengan beberapa kasus yang hampir sama.

Dan di hari itu juga hakim mengetuk palu memberi hukuman yang layak untuk mereka, Johan pulang dengan perasaan lega dan tenang, telah membalas keburukan yang telah di lakukan pada sang istri tercinta.

Kebetulan ia satu jalur pulang dengan gina, ia menjemput gina di tempat biasa, Johan menunggu cukup lama karna sekolah pulang 15 menit kemudian.

Dari kejauhan ia telah melihat putrinya, Johan keluar dari mobil, melambai untuk mengambil perhatian Putrinya.

Tapi ia malah melihat beberapa pemuda mencegat anaknya, Johan awalnya melihat sembari berjalan pelan ke arah mereka.

"Ga usah berharap hidup lu bakal tenang monyet" maki Fadli tepat di depan wajah gina.

"Apasih, ga ada habis habisnya ya Lo" ucap gina kesal, ia sudah muak dengan drama yang Fadli buat.
Ucapan makian demi makian ia lontarkan, dengan tambahan kata kata kompor dari rombongan si Fadli membuat gina yang sendirian terpojok.

"Minggir Lo gua mau pulang" gina berusaha mengusir mereka.
"Enak aja lu" tawa Fadli dan Teman temannya membuat gina naik pitam.

"Minggir ga?" Teriak gina
"Dih berani banget, kakak lu itu udah ga ada, lu mau apa?" Sebelum Fadli mendekat, Johan lebih dulu menghalangi, tubuh tinggi tegapnya dengan pakaian formal dan kharisma yang khas membuat Fadli kaget dan mundur beberapa langkah.

"Kamu yang ganggu anak saya?" Tanya Johan tanpa basa basi.
Fadli terlihat takut, tak mungkin ia berani pada seseorang seperti Johan.

"Saya liat dari jauh kamu seperti jagoan, hebat sekali" ledek Johan, Fadli terlihat jengkel.
"Katakan maksud mu sebelum-" Johan mendekat, Fadli mundur sampai menabrak temannya di belakang.
"Kamu saya beri pelajaran" ucap Johan, ia menatap mata Fadli yang tak berani membalas tatapan Johan.

"Alah pak orang cuma bercanda" elak Fadli ka masih punya keberanian secuil untuk membela diri.

"Coba kamu becanda sama saya" ucap Johan kedua tangan Johan melipat pada dadanya.

"Yah kita pulang aja ya" ucap gina dari belakang ia menarik lengan jas Johan dari belakang.

"Saya juga dengar kamu bawa kakak nya gina, coba jelaskan" Fadli menggeleng ribut.

"Bu-bukan gitu pak" ia menggaruk belakang kepalanya.
"Saya terima apapun jawaban kamu" bahasa baku dan suara bariton milik johan semakin terdengar menakutkan bagi Fadli.

"Kamu kalo masih ga siap, ga usah sok jagoan, kamu terlalu mudah untuk saya lenyap kan" senyum Johan terlihat mengerikan bagi Fadli, ia membenarkan kerah baju Fadli.

"Jangan ganggu gina, dalam bentuk apapun, nomor kamu sudah saya laporkan. Jika ingin pencabutan laporan ikuti kemauan saya'' Johan menepuk bahu Fadli lalu mengandeng tangan gina masuk ke dalam mobil.

"Adek udah lama di ganggu dia?" Tanya Johan pada gina yang mengangguk samar.
"Kenapa ga bilang sama ayah dek?" Johan tentu kaget, tidak menyangka sang putri menjadi sasaran bullying di sekolah selama ini.

"Adek takut yah, dia-" gina menggeleng tak melanjutkan ceritanya.
"Kalo adek belum sanggup cerita gapapa, ayah tunggu ya" Johan menenangkan, ia mengusap rambut putrinya lembut.

langkah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang