Tetap jadikanlah bacaan Qur'an yang utama
•
•
•
•
•0o0o0o
Seorang pemuda dengan tinggi sekitar 178 cm tengah berjongkok di depan makam yang berdampingan.pemuda itu tersenyum dengan tangan nya yang sibuk mengelus batu nisan di sana Secara bergantian.
Dia Ghafir.Ghafir Elzio Adibrata Al-hafidz. putra pertama dan terakhir dari ghazi Elzio Adibrata, dan juga Zahwa Nazhira Al-Hafidzah.
"Assalamualaikum ummah..Abi..ghafi datang lagi," Ghafir tersenyum getir."ummah..Abi..putra mu sekarang berhasil menjadi hafidz Qur'an.." air mata Ghafir luruh membasahi pipi nya.
Lekas ia menyeka air mata nya,lalu tersenyum lebar,yang terlihat menyakitkan. "ummah dan Abi seneng gak?" Ghafir menyimpan selempang yang tadinya ada di badan nya kini berpindah ke makan Abi nya-ghazi.
Lalu sertifikat yang bertuliskan hafidz Qur'an 30 juz itu, Ghafir simpan di makan umma nya-Nazhira.
"Ghafir hadiahin ini semua untuk ummah dan Abi.. tunggu Ghafir di syurga ya ummah..Abi.." Ghafir mendongak menahan lelehan air mata nya,mau bagaimana ia menahan nya,namun air mata itu tetap berlomba-lomba ingin jatuh.
Ghafir mencium batu nisan ummah dan Abi nya secara bergantian
"Ghafir sayang ummah dan Abi sampai kapan pun" Ghafir mengeluarkan ponselnya lalu mulai mengambil gambar nya dengan background makam ummah dan juga Abi nya di sana
"Meskipun Abi dan ummah gak ada di sini..tapi Ghafir bahagia kok bisa Poto sama ummah dan Abi.. walaupun cuman makam Kalian" Ghafir menggigit bibir bawahnya menahan isakan, bohong jika ia bahagia, nyatanya jauh di dalam lubuk hati nya, Ghafir berharap kedua orang tua nya bisa melihat nya memegang sertifikat wisuda Tahfidzul Qur'an dan juga memakai selempang wisuda Tahfidzul Qur'an 30 juz.
"Ghafir pamit ummah..Abi.." Ghafir bangkit dari jongkok nya,langkah nya perlahan meninggalkan tempat peristirahatan terakhir ummah dan Abi nya.
o0o0o
"Ghafir pulang.." Ghafir mengambil tangan uncle nya-gala.untuk ia cium punggung tangan nya.
"Dari mana nak?" tanya gala dengan suara bariton nya, umurnya sekarang sudah menginjak 38 tahun.bulu kumis sudah tumbuh di atas bibirnya.
Ghafir tersenyum tipis, senyum yang menurut gala ada makna tersendiri nya,bahwa anak ini tak bisa mengucapkan apa yang ia ingin utarakan saat ini.
"Dari ummah dan Abi mu nak?" Ghafir mengangguk pelan."udah cium gak?" satu hal yang bagi gala tak pernah Ghafir lupakan, yaitu mencium ummah dan Abah nya.
"Udah uncle" jawab Ghafir,mata nya celingukan ke sana ke mari."ghara mana uncle" Ghafir memang memanggil gala dengan sebutan uncle.karena itu memang kenyataan nya.ya walaupun gala sedari dulu menyuruh ghafi memanggil gala dengan panggilan papa sama seperti ghara-anak nya.namun Ghafir menolak keras.
Hanya Ghazi yang berhak Ghafir sebut dengan papa,atau abi.tak ada yang bisa menggantikan nya
o0o0o
"Wah,lagi pada ngapain nih" Ghafir mengambil duduk di samping sepupu nya-Ameena.
Ameena tersenyum lebar menatap Abang sepupu nya.bocah berumur dua tahun itu merangkak untuk naik ke pangkuan Ghafir, Ghafir terkekeh pelan lalu membawa ameena ke dalam pangkuan nya.
"Kenapa sih?" gemas nya pada ameena,ameena memeletkan lidahnya pada Ghafir.
"Hust! Gak boleh kayak gitu cantik..harus sopan sama kakak ya" ameena mengangguk lalu kembali turun dari pangkuan Ghafir
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGHAFIR
RomanceBagaimana jadinya jika ternyata seseorang yang kita Kagumi selama ini dalam diam, ternyata mengagumi kita juga dalam diam Takdir Allah memang kadang tidak bisa di tebak ya Layaknya kisah dua insan itu seperti sayyidina Ali bin Abi Thalib dan sayyida...