01.- Ghafir Al-Hafidz

797 20 4
                                    

Assalamualaikum....

Jika ada salah kata,mohon di maafkan..






...o0o...

Pagi menyapa, kicauan burung terdengar bersahutan di atas ranting pohon.tampak pemuda dengan proporsi tubuh tegap nan menjulang tinggi kini tersenyum tipis menatap pemandangan di balkon kamar nya.

"Makasih ya Allah..saya masih bisa melihat dunia yang engkau ciptakan sebagai hukuman nabi Adam ini," pemuda itu bergumam.dia memejamkan mata nya sejenak saat semilir angin menerpa wajahnya.

Di udara yang masih terbilang subuh ini.rasa nya sangat sejuk.mungkin karena belum tercampur nafas dari orang munafik yang tak mau bangun subuh, makanya udara di subuh sangat sejuk,kali ya?

"Bang Ghafir!!" suara teriakan nan gedoran dari pintu mengalihkan pandangan Ghafir yang tadinya menatap pemandangan kini ia berbalik badan guna membukakan pintu untuk seseorang yang berteriak di subuh ini.

"Ada apa Ghar?" Ghafir bersedekap dada di hadapan sepupu nya–ghara.

Ghara tersenyum lebar sehingga membuat mata nya menyipit,mata itu persis seperti mata almarhum ummah nya,tak mau terus terusan di landa kesedihan, Ghafir menggeleng menepis pikiran nya yang kembali mengingat wajah ummah nya.

"Di suruh mama ke bawah,kata nya sarapan,"

"Kok cepet banget?" dahi Ghafir berkerut,ini belum setengah enam loh, tetapi mama dari ghara sudah mengajak untuk sarapan,ada apa gerangan nih?

"Ah,itu..kata mama kan Abang udah mulai masuk SMA,jadi mama buat sarapan nya cepet, takutnya Abang telat ke sekolah," Ghafir menggeleng kecil, menurut nya Tante nya itu berlebihan sekali, Ghafir akui Tante nya itu memiliki sifat kasih sayang berlebihan pada Ghafir, Ghafir yang notabene nya adalah ponakan nya aja udah di sayang banget, apalagi ghara anak nya.

Ghara beruntung banget ya..

Ghafir tersenyum masam saat rasa iri itu kembali muncul dalam hati nya, setiap melihat ghara yang dikelilingi oleh orang tua yang lengkap,pasti rasa iri itu kembali muncul,entah apa yang harus di lakukan oleh Ghafir untuk mengenyahkan rasa iri itu.

Mungkin,dengan cara Ghafir pindah dari rumah ghara ke rumah grandpa nya bisa menghilangkan rasa iri itu, mungkinkah benar? Atau rasa iri itu tak akan pernah hilang?

Ghafir mengangguk kecil setuju dengan ide nya sendiri

Ghara menjentikkan jari nya di depan wajah Ghafir,saat melihat Ghafir terus terusan mengangguk

"Bang? Abang kenapa?" Ghafir tersentak, Ghafir merutuki dirinya saat terus terusan mengangguk,ghara pasti bakal menuduh Ghafir yang tidak tidak karena melihat Ghafir terus mengangguk."Abang nggak lagi sakit kan?" ghara mendadak cemas.

"Ah,enggak,Abang enggak pa-pa Ghar..kalau gitu Abang mau mandi dulu,kamu tunggu Abang di bawah aja ya," ghara dengan mimik wajah polos nya akhirnya mengangguk lalu pergi dari sana.


...o0o...

"Woi..itu si Ghafir?" tanya seorang remaja SMA dengan pakaian berantakan nya.

Teman nya mengangguk pelan,mata nya memicing menatap Ghafir kini tengah berjalan santai melewati nya.

"Ghafir!!" panggil nya.ghafir menoleh sejenak menatap lima pemuda dengan pakaian yang sama seperti nya,hanya saja lima pemuda itu pakaian nya tak rapi.

Salah satu di antara lima pemuda itu melambaikan tangannya menyuruh Ghafir untuk mendekat

Dengan wajah bingung nya Ghafir mendekati lima pemuda itu

ALGHAFIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang