'Tetap jadikanlah bacaan Qur'an yang utama'
•
•
•
•
•...o0o...
Suara sepatu pentovel terdengar berderap di atas lantai. lelaki berperawakan tinggi dengan balutan jas dan dasi yang di kerah baju nya kini mengambil duduk di meja makan.
"Morning," sapa nya lembut.
"Morning kak,udah siap siap nya?" Yang di sapa berbalik badan lalu menghidangkan satu piring nasi goreng di meja makan beserta dengan segelas susu hangat.
"Udah,capek gak?" Dahi perempuan itu menyerngit."maksudnya capek gak habis masak? Kalau kamu capek, enggak usah repot-repot buatin sarapan,kakak juga jarang sarapan kok, palingan cuman nge-teh aja, itupun kalau sempat."
Adiba tertawa."capek kenapa sih? Cuman masak nasi goreng kok udah capek? Aku bukan perempuan lemah dan lebay deh kak,cuman masak gini doang mana capek," tawa nya.adiba menggeleng kecil,lalu mengambil duduk di depan suami nya.
"Siapa tau kamu capek kan? Buat jaga jaga aja," Ghafir ikut tertawa."kalau gitu,aku makan nih ya.."
"Silahkan di nikmati.."
Ghafir mengambil sendok lalu mulai menyantap nasi goreng itu.selang beberapa detik,mata Ghafir menyipit,sebuah senyum melengkung ke atas."enak," Puji nya, setelah menelan se-sendok nasi goreng itu."masakan kamu enak! Gak ada tandingannya.bahkan lebih enak dari restoran bintang lima."
"Apasih? Berlebihan banget muji nya," Elak adiba."jangan terlalu berlebihan ah,entar masakan aku jadi gak enak lagi?"
Ghafir tersenyum, sendok yang semula berada di tangan nya kini berpindah di depan wajah adiba."buka mulut nya."
"Eh,Enggak usah kak,kamu aja yang makan,aku makan nya di belakangan aja."
"Buka Adiba!" Tegas Ghafir.
Adiba mengehela nafasnya,selama adiba tinggal dengan Ghafir,adiba mulai mengetahui sisi dari Ghafir,bahwa ucapan Ghafir tak bisa di bantah, apalagi jika menyangkut makanan.
Adiba mau tak mau membuka mulutnya lalu menerima suapan dari Ghafir.mata nya terpejam,nyaris saja makanan yang berada di mulut nya ia muntahkan di depan Ghafir,jika bukan Ghafir yang langsung mengadakan satu tangan nya di depan mulut adiba.
"Muntahin aja, enggak pa-pa," Ujar Ghafir.
Adiba menggeleng, kurang ajar sekali jika adiba menuruti ucapan suami nya
"Keluarin adiba! Enggak pa-pa,kakak enggak jijik," Lanjut Ghafir.
Adiba membekap mulutnya lalu pergi ke dapur,ia memuntahkan isi nasi goreng nya ke wastafel.
'Huek!
"Manis banget!" gumam nya.adiba mengambil tissue lalu membersihkan sisa noda di bibirnya,adiba kembali ke meja makan dan duduk di tempatnya semula.
"Minum dulu," Adiba menerima sodoran gelas dari Ghafir."pelan pelan," Pinta nya
"Udah?" Adiba mengangguk, Ghafir mengambil gelas itu lalu meminum nya tepat di bekas bibir adiba.
Adiba tak terkejut lagi,karena bisa di bilang, akhir akhir ini Ghafir sering minum di bekas bibir adiba, jika pun adiba sudah lama minum di gelas, tetapi Ghafir tetap bertanya di mana bekas bibir nya, sehingga membuat Ghafir sering minum di bekas yang sama.
"Maaf kak.. ternyata aku salah..aku masukin nya gula bukan garam," cicit adiba menunduk,ia memilin ujung hijab nya,merasa bersalah dengan Ghafir.
Ghafir memegangi dagu adiba lalu ia mengarahkan wajah adiba pada nya, Adiba pun mendongak." Enggak pa-pa, namanya juga belajar kan? Lagian nasi goreng nya juga enak,' " puji Ghafir tersenyum tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGHAFIR
RomanceBagaimana jadinya jika ternyata seseorang yang kita Kagumi selama ini dalam diam, ternyata mengagumi kita juga dalam diam Takdir Allah memang kadang tidak bisa di tebak ya Layaknya kisah dua insan itu seperti sayyidina Ali bin Abi Thalib dan sayyida...