44.- Ibarat Kaca

260 13 3
                                    


'Tetap jadikanlah bacaan Qur'an yang utama'





—HAPPY READING—

...o0o...

Terhitung sudah sebulan lebih Ghafir dan adiba menikah.kini untuk pertama kalinya Ghafir ke desa nenek adiba bersama dengan Adiba langsung.

Perjalanan untuk sampai di desa cukup banyak menguras waktu, karena jalan nya yang sudah rusak,bahkan banyak tanjakan ataupun tikungan di sana, sehingga harus berhati-hati dalam mengendarai.

Beberapa kali adiba terkantuk di kaca mobil karena rusaknya jalan.

"Kan kakak udah bilang pake seat belt nya,ngeyel sih," Ghafir memberhentikan mobilnya,lalu ia memajukan wajahnya ke adiba guna memasangkan Adiba seat belt.

Adiba cengengesan."seru tau, Badan jadi goyang goyang,ya walaupun kepala sedikit sakit sih.."

"Jangan gitu lagi ya..bahaya tau," Adiba mengangguk."kita lanjut lagi ya,kalau kamu capek tidur aja."

"Terus kakak nyetir gitu? Gak enak ah,masa aku enak enak tidur tapi kakak capek sih," Cecar Adiba.

Ghafir mengelus kepala Adiba."kakak mah laki laki, otomatis kuat,lagian kakak juga belum capek, tidur aja gih,masih lama baru nyampe," Ghafir kembali menyalakan mesin mobil nya lalu mulai mengendarai

Adiba menatap suaminya dari samping, kenapa setiap melihat laki laki dari samping bawaannya selalu ganteng sih? Kayak ada kesan tersendiri nya gitu

Apalagi kini Ghafir tengah mengendarai mobil nya menggunakan satu tangan, sedangkan tangan yang satu nya memperbaiki kerah baju nya,ma sya Allah..berdamage sekali!!

Lama menatap Ghafir dari samping,kini adiba tak bisa lagi menahan kantuk nya,mata nya terpejam dengan seiring berjalannya waktu.

Ghafir menoleh sejenak,ia tersenyum tipis, tangan nya terulur mengelus kepala adiba sejenak."mimpi indah cantik.."

...o0o...

Perjalanan untuk sampai di desa kurang lebih dua setengah jam. Ghafir dan adiba baru sampai di jam sepuluh pagi.

Kini Ghafir tengah menggendong adiba yang masih tertidur untuk masuk ke dalam rumah nenek nya.

"Assalamualaikum," kata Ghafir

Pria paruh baya datang dengan Langkah pelan nya, bibirnya menyunggingkan senyum di saat mengetahui siapa yang mengucapkan salam itu.

"Waalaikumussalam..ada mantu ternyata,masuk nak," Ghafir mengangguk,ia memperbaiki badan adiba di dalam gendongan nya."Adiba nya tidur? Maaf ya..jadi ngerepotin," Lanjut kakek Abdul.

Ghafir mulai memasuki rumah sederhana itu yang tak beda jauh dari tiga tahun yang lalu, semuanya tetap sama,hanya barang-barang nya saja yang kebanyakan di pindahkan.

"Bu! Ada mantu nih!" Teriak kakek Abdul

Ghafir meringis kecil.ia tak menyangka bahwa kehadiran nya cukup membuat kakek adiba terdengar antusias.

Sang istri yang di panggil 'ibu' oleh kakek Abdul,datang dari dapur dengan Langkah tergopoh-gopoh."ya gusti!! Ganteng pisan mantu ku!" Puji nya berlebihan.

Ghafir tersenyum kecil."nenek juga cantik..oh ya,kamar adiba mana ya?"

Nenek ida tersenyum,ia menuntun cucu mantu nya untuk ke kamar Adiba."ganteng..kamu istirahat dulu ya,nenek mau nyiapin makanan dulu, pasti kamu laper," Ucap nya setelah Ghafir membaringkan badan adiba ke atas ranjang Dengan hati hati.

ALGHAFIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang