Eps 02 - Bagian 2

9 0 0
                                    

Akhirnya, di hari H, kami berkumpul di kampus untuk bersiap-siap berangkat ke Bogor. Salah satu junior ku, namanya Ivy terlihat sedikit show off kedekatannya dengan beberapa anak-anak baru, bersamaan dengan itu ia juga terus menerus berdekatan dengan Nathan. Tapi, tentu saja aku tidak heran, karena mereka memegang posisi yang tugasnya sangat relatable.

"Kak Fana, aku duduk sama kakak ya dibus" Ucap Ivy dengan entengnya tepat Ketika aku baru saja duduk disamping Nathan.

"Aku duduk sama Nathan, vy" Kata ku singkat.

"Sudahlah, kalian duduk saja berdua, aku kan akomodasi, jadi aku duduk dipaling depan" Sahut Nathan, tanpa berpikir panjang dan mendiskusikannya dulu dengan ku, ia langsung berpindah ke bangku paling depan.

Aku tentu saja kesal, karena Ivy terlihat sengaja melakukan hal tersebut kepada kami agar tidak duduk bersama. Sampai Ketika Raza mendatangi ku dan berkata, "Fan, sepertinya kamu harus ke bus anggota baru, karena disana gak ada panitia, takutnya ada yang sakit, bisa?"

"Gak bisa lah Kak Raza, Kak Fana yang akan duduk dengan ku" Jawab Ivy, terlihat sekali ia memaksakan kehendak.

"Bisa za, aku langsung move ya sekarang" Sahut ku, singkat dan tentu saja aku langsung pindah ke bus anggota baru agar ada yang memantau mereka.

Melihat ku berdiri, menggendong tas dan pindah ke bus lain dengan cepat, aku tidak sengaja melihat samar-samar Ivy dan Nathan malah duduk bersama. Namun lagi-lagi aku tidak begitu memikirkan itu, karena aku percaya pada Nathan yang setia pada ku.

Selama diperjalanan, suasana bus anggota baru cukup riuh, ramai dan seru. Semuanya bersosialisasi dengan baik, tanpa adanya paksaan, mungkin karena baru kenal jadi mereka sangat mencoba untuk berbaur satu sama lain. Tidak ada yang sakit, hanya 2 anak yang muntah karena mereka belum makan sama sekali dan memang masuk angin juga.

Semuanya terlihat aman, sampai ketika kami sampai di villa pilihan crew akomodasi. Aku terkejut bukan main saat menuruni bus dan melihat ke sekitar villa yang cukup luas itu.

Bukan hanya karena villanya yang luas, ataupun tanahnya didominasi dengan batu-batu juga tanah liat, tapi Perempuan berambut coklat keemasan berpakaian khas Belanda yang menyambut kami.

Bukan hanya karena villanya yang luas, ataupun tanahnya didominasi dengan batu-batu juga tanah liat, tapi Perempuan berambut coklat keemasan berpakaian khas Belanda yang menyambut kami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gambar: Peta Villa

(Gambar ini dibuat menggunakan Canva)

Salah satu junior kami, namanya Zuka, ia melihat ku dengan tatapan khawatir dan bertanya, "Kak Fan, ada apa?"

Aku tidak menjawabpertanyaannya dan malah mengajaknya untuk segera masuk ke area villa panitiauntuk meletakkan barang terlebih dahulu, aku tentu saja tidak ingin berceritaatas yang ku lihat pertama kali saat sampai.

Sampai di villa panitia, aku merasakan sedikit rasa aman karena villa yang panitia tempati adalah villa yang beraura positif. Kemudian, aku bertanya-tanya, "lalu Perempuan itu ada di mana?"

Test... test... Kak Fana...

"Ya, Fana disini, ada apa?" Sahut ku melalui HT yang sudah sejak tadi dibagikan.

Kak Fana, tolong ke area villa anggota baru... di...si...ni ada masalah

"Oke baik, tunggu ya" Jawab ku.

Aku berjalan mendekati area villa yang ditempati anggota baru, Perempuan itu berada didekat taman bagian kiri, samar-samar memperhatikan aku berjalan. Namun ia tidak memperlihatkan wajahnya, aku segera memasuki villanya dan menemukan anak-anak lelaki yang menggendong tas mereka duduk diatas sofa yang sudah banyak sobeknya dengan wajah panik.

"Ada apa guys? Is there any problem?" Tanya ku pada mereka yang memasang wajah khawatir.

"Kak Fan, there's a green snake down there, bisa tolong diusir?" Tanya salah satu anak lelaki gemuk berkacamata, ia Andrean.

"Ular hijau? Yah kalau ular, aku juga gak berani, aku kan bukan pawang ular" Sahut ku, masih sedikit tertawa.

Beberapa dari mereka saling lihat-lihatan, dan mencoba untuk memberanikan diri untuk mengatakan sesuatu yang tidak terduga.

"Kak Fan, it's not a snake, it's a... hmmm..." Kata Andrean, ragu-ragu.

"Wait, what do you mean? Oke, aku lihat ke bawah dulu ya" Kata ku, sambil menenangkan mereka.

Aku turun tangga dan melihat kondisi ruangan dibawah tanah itu yang sedikit mengeluarkan aroma apek dan pengap. Tidak ada ventilasi, lampunya hanya satu, itu juga dilengkapi dengan cat tembok berwarna hijau dan biru.

Sampai diruang bawah tanah itu, aku melihat 2 panitia lainnya yang sedang sibuk mencari kemana kah ular hijau yang sebelumnya mereka juga lihat.

"Sudah ketemu ularnya?" Tanya ku spontan.

"WAAAA!!!" Teriak kedua orang itu ketika mendengar suara ku.

"Ih apa sih, bikin kaget aja, pake teriak segala" Kata ku, sambil mengelus dada.

Mereka menghela napas dan dengan cepat kembali mencari kemana perginya ular hijau itu?

"Kak Fan nih, ka na-dateng gak ada suara, tau-tau sudah disini, ngagetin aja sih" Kata salah satu dari mereka, Ciko.

"Masa gak kedengaran sama sekali?" Kata ku.

"Wait a moment Kak, kita lagi cari ular hijaunya, kalau ketemu mau kami bunuh" Sahut Ciko, sambil sibuk membongkar seisi ruangan itu.

Aku kemudian menjelaskan, kalau berhasil menemukan ular hijau itu sebaiknya jangan dibunuh, tapi biarkan ia menemukan jalan keluar karena aku yakin ular itu juga pasti salah masuk tempat karena tempat ini pengap dan lembab.

Ciko dan 1 anggota lainnya mengerti yang ku maksud, dan mulai menyerah untuk mencari ular hijau lagi setelah mendengar yang ku bicarakan tentang penemuan ular tersebut.

"Kok berhenti carinya?" Tanya ku kepada mereka yang terduduk diam diatas.

"Kak Fan, ada ngelihat sesuatu?" Tanya Ciko, polos sekaligus penasaran.

"Ada" Jawab ku singkat.

"HIIII Ada apa kak disini?" Sahut Ciko gemetaran.

"Ada kau, aku dan diahahahaha" Sahut ku sambil tertawa kencang.

DUNIA FANA: The Adventure Ft. GhostsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang