Eps 01 – Bagian 1
Terlahir dengan kondisi "Indigo" sesungguhnya bukan keinginan ku, bukan juga keinginan orang tua ku. Aku hanya mendapatkannya begitu saja setelah aku terlahir ke dunia ini.
Aku bukan satu-satunya yang memiliki kekuatan mata batin, melainkan kakak-kakak ku juga memilikinya, bedanya hanya mereka adalah orang-orang penakut yang berusaha tegar akan "anugrah" yang mereka dapat sejak kecil itu.
Dulu pada saat aku baru saja masuk kuliah tahun pertama, tentu saja sebutan orang-orang pada ku adalah "Mahasiswa Baru" atau "MaBa", aku masuk ke kampus swasta bergengsi di Jakarta. Dikarenakan masuk sebagai Mahasiswa berprestasi, aku mendapat fasilitas Dormitory, tentu saja awalnya aku menolak karena aku lebih suka melakukan system pergi-pulang dengan tujuan yang jauh agar hal tersebut dapat mendisiplinkan aku.
Tapi, orang tua ku yang menerima hal tersebut dengan mudah sepertinya aku memang akan dilepas sendirian seperti kucing liar yang selalu berpindah-pindah tempat tinggal.
Pihak kampus ku mengatakan bahwa, pemakaian dormitory ini hanya untuk 1 tahun pertama kuliah. Sepertinya itu hanya bonus karena aku berprestasi dan memiliki beasiswa, seolah-olah pemakaian dormitory hanya sebagai kompensasi pada tamu hotel yang sering komplain akan kamar tidurnya.
Tentu, aku berberes barang-barang ku yang hanya sedikit, aku hanya menyukai hal-hal yang sederhana, jadi aku hanya membawa hal-hal penting seperti pakaian ganti, laptop, dompet, dan keperluan kuliah.
Sesampainya aku di Dormitory Kampus, aku disambut hangat oleh Pak Satpam, namanya Pak Samsul (bukan merk handphone). Ada 2 orang satpam yang berjaga di dormitory ini, satu orang lagi sepertinya akan berjaga di shift malam.
"Selamat datang di Dormitory Kampus, neng, atas nama siapa?" Tanya Pak Samsul, tangan kirinya sambil Bersiap-siap menulis nama ku saat itu.
"Nama ku Fana Semestaria" Jawab ku, singkat saja.
"Dari jurusan Komunikasi ya?" Tanyanya lagi, sepertinya hanya basa-basi.
"Iya pak... Saya dapat kamar dimana ya pak?" Kata ku, tegas.
Saat itu, yang ku inginkan adalah segera ke kamar agar bisa meletakkan barang-barang ku yang sudah membebani pundak ku yang mungil ini.
"Kamarnya neng Fana, ada di Lantai 2, dengan nomor kamar 201 A, gedungnya yang ini" Jawab Pak Samsul cekatan, sembari tangan kirinya sibuk menunjuk Gedung yang berada tepat disebelah kirinya.
Aku mengambil kuncinya, mengucapkan terima kasih, tersenyum, dan segera naik ke lantai 2 gedung yang dimaksud oleh Pak Samsul.
Ternyata cukup berat juga barang bawaan ku, meskipun jumlahnya tidak banyak. Sesampainya aku didepan kamar tersebut, aku buka pintunya dengan kunci yang telah diberikan, kemudian aku mengucapkan salam.
"Om Swastiastu" Kata ku didepan ruang kamar yang pintunya baru saja terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA FANA: The Adventure Ft. Ghosts
PrzygodoweHidup dengan julukan "Indigo" tidak selamanya selalu tentang kejadian horror. Fana Semestaria, seorang gadis remaja terlahir dengan kondisi dimana ia bisa melihat dan berkomunikasi dengan mereka yang tak kasat mata sudah menjadi makanan sehari-harin...