Hidup dengan julukan "Indigo" tidak selamanya selalu tentang kejadian horror. Fana Semestaria, seorang gadis remaja terlahir dengan kondisi dimana ia bisa melihat dan berkomunikasi dengan mereka yang tak kasat mata sudah menjadi makanan sehari-harin...
Samar ku lihat Kai Ibuel Ksaya menghampiri ku dan menyiramkan air suci pada ku, sehingga perlahan tubuh ku kembali ke suhu semula.
Lalu, aku terbangun tepat dipagi hari. Pantas saja panas.
Semua orang sudah berdiri disekitar ku lengkap bersama Kai Ibuel Ksaya dan Pak Rama, mereka kemudian meminta ku untuk minum air.
Setelah minum air, aku berkata, "Ajeng... ada dihutan, ia.... berada di pohon besar yang diapit 2 buah batu besar"
Mendengar pernyataan ku, seluruh warga dikerahkan untuk ke tempat itu, Pak Rama heran bagaimana aku bisa mengetahui tempat itu, namun Kai Ibuel memintanya untuk tidak bertanya dulu sampai aku sembuh.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari ke 11.
Akhirnya warga desa X berhasil menemukan Ajeng, saat ditemukan ia berada dalam kondisi yang memperihatinkan. Tubuhnya kurus, kotor karena tanah, dan kepalanya juga sedikit terluka.
Angkasa hanya diam, ia seolah tidak mau berurusan dengan hal itu. Padahal aku yakin Ajeng bisa begini juga karena Angkasa.
Sekembalinya Ajeng dari hutan, kami memperhatikan bahwa Ajeng sepertinya masih dalam keadaan ling-lung, ia beberapa kali menangis dan berkata hal-hal yang aneh.
Ia sering mengigau dengan kalimat-kalimat yang aneh.
Kalimat-kalimat aneh terus terucap, ia sepertinya masih kebingungan, karena banyak kejadian yang terjadi, meski kami berhasil menyelesaikan program KKN dengan baik.
Kepala desa X, yakni Pak Rama dan Kai Ibuel Ksaya meminta pihak kampus untuk tidak mengirim mahasiswa/inya ke desa mereka.
Hari ke 14.
Kami kembali ke Jakarta dengan perasaan menyesal dan tidak enak, sesekali Triguna melampiaskan kekesalannya pada Angkasa, tapi sepertinya Angkasa berakting seolah tidak peduli.
1 bulan setelah kejadian itu, banyak sekali teman-teman ku yang memilih cuti kuliah, Triguna dan Triani mengambil cuti kuliah, Pertiwi dan Budiono menikah, Angkasa berhenti kuliah, sementara Ajeng tidak ada kabar lagi.