Hidup dengan julukan "Indigo" tidak selamanya selalu tentang kejadian horror. Fana Semestaria, seorang gadis remaja terlahir dengan kondisi dimana ia bisa melihat dan berkomunikasi dengan mereka yang tak kasat mata sudah menjadi makanan sehari-harin...
Hanya saja kali ini yang berbeda adalah adanya pelaksanaan program berkemah dan pendakian gunung. Cukup challenging, aku punya teman seperjuangan bernama Tanusha, ia juga sebelumnya berasal dari SD yang sama dengan ku.
By the way, perkenalkan ini teman ku, namanya Tanusha.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gambar ini dibuat dengan Gencraft AI
Cantik kan?
Iya, dia memang sedikit pucat karena sedang bertarung melawan penyakitnya, meski begitu ia sangat pintar dan aku sepertinya terlalu bergantung padanya.
Setiap kali ujian, aku selalu mencontek kertas ujiannya karena aku saat itu masih malas sekali belajar.
"Kau ini, sesekali cobalah untuk belajar juga, mulai UAS kau harus coba mengerjakan soal ujian tanpa mencontek ya?" Ucap Tanusha.
"Iya iya, saat UAS nanti ku usahakan aku belajar dengan baik dan tidak butuh lagi mencontek ujian mu" Sahut ku menantang.
"Hahaha baiklah, janji ya?"
"Iya aku janji"
Aku dan Tanusha sudah berteman sejak masa SD, kami belajar dan bermain bersama, meski rumah kami jauh, kami kadang menelpon satu sama lain dengan telpon rumah.
Saat itu, dirumah kami masing-masing ada telpon rumah.
Terkadang kami juga kena omelan Ayah kami masing-masing hanya karena menghabiskan biaya telpon rumah.
Sering juga kami bertukar surat, karena saat itu surat-menyurat sangat tren bagi kami. Setiap minggunya kami akan mengirimi surat dan saling menunggu didepan rumah surat jawaban.
7 hari sebelum acara pelatihan Pramuka,
Kami semua berkumpul di ruang osis, ada pembagian kelompok pendakian yang akan dilaksanakan 7 hari lagi. Namun, Tanusha tidak bisa datang ke acara perkumpulan karena sakit.
Saat sedang pembagian kelompok, hanya kelompok ku saja lah yang kekurangan anggota, sehingga Senior kami memutuskan memasukan Tanusha di kelompok kami.
Tentu saja, aku senang.
5 hari sebelum acarapelatihan, kami dijelaskan tentang sistem pos to pos.