Kastil Hogwarts cukup hangat hari ini. Sinar matahari menyorot melalui sela-sela jendela, menyinari koridor yang biasanya gelap gulita. Pemuda berbalut jubah Ravenclaw itu berjalan sendirian menyusuri lorong Hogwarts. Biasanya dia bersama kedua temannya, tapi entah kemana mereka pergi.
Sakusa memang tak suka keramaian. Dia selalu menyendiri. Selain karena Sakusa benci kuman dan tidak mau tertular virus, dia juga tidak biasa dengan suasana berisik dan orang-orang menyebalkan itu terlalu merepotkan. Apalagi mereka yang hiperaktif dan tidak waras. Sakusa sangat tidak mau berkumpul dengan orang-orang seperti itu.
Tapi terkadang Sakusa merasa heran dengan orang berisik, hiperaktif, yang membawa keributan kemanapun mereka pergi. Contohnya Tanaka dan Noya yang selalu berbuat ulah. Meskipun sudah mendapat detensi, kedua orang itu masih tidak ada kapoknya. Sakusa tidak suka orang yang melanggar aturan. Dia membenci mereka yang semborono dan bertingkah seenaknya.
Itu sebelum dirinya bertemu dengan seorang gadis aneh yang menabraknya di stasiun. Gadis yang memaki nya, memanggil nama depannya dengan salah, dan selalu mencari ribut dengan siapa saja yang membuatnya kesal.
Untuk sesaat, Sakusa merasa penasaran sekaligus heran. Berapa banyak kapasitas energi yang dia punya sampai-sampai berbuat onar dari pagi hingga malam tidak ada lelahnya?
Sakusa yang biasanya mengamati, lama-kelamaan mulai jengkel. Apalagi ketika gadis itu tidak menyadari bludger yang mengarah padanya. Entah kesambet setan mana waktu itu, Sakusa dengan heroik menyelamatkannya. Tapi bukannya ucapan terima kasih yang didapat, malah gerutuan sebal yang keluar dari bibir cantiknya.
Sungguh, Sakusa kesal saat itu. Tapi tidak dipungkiri kalau dia masih penasaran. Apalagi katanya gadis itu adalah seorang Muggleborn. Sakusa cukup terkejut awalnya, namun lama-kelamaan memaklumi tingkah ajaibnya karena dia berasal dari dunia lain (dunia Muggle).
Apalagi sewaktu gadis yang telah di sortir ke asrama Gryffindor itu menggerutu dengan bahasa yang Sakusa tidak mengerti, terus-terusan berkata akan membeli satu dus disinfektan untuknya. Entah benda apa itu, Sakusa tidak tau.
Puncaknya, ketika Sakusa tanpa sadar mengamati gadis itu dalam diam, mengintainya bak seorang predator yang hendak mencari mangsa, dia menyadari kalau tangan gadis itu terluka.
"Dia sangat ceroboh," komentar Sakusa.
Setiap kelas Gryffindor dengan Ravenclaw, Sakusa pasti akan mendapati gadis itu dengan ceroboh menabrak meja, tersandung di lantai yang datar, atau berjalan sambil melamun hingga menabrak dinding.
"Perhatikan langkahmu," ucap Sakusa kala itu.
Cengiran lebar di dapat dari bibir sang gadis. Kemudian dengan iseng menggodanya, berkata kalau Sakusa sangat perhatian. Lagi-lagi meledek Sakusa dengan panggilan Kiyowo yang menurutnya lucu.
Tidakkah gadis itu tau kalau kelakuannya mempengaruhi Sakusa? Apalagi ketika dia menyapa dengan senyuman lebar di wajah, memanggilnya Kiyowo. Bukankah sebutan itu lebih cocok untuk orang yang sedang menjalin kasih?
"HAHAHAHA APA-APAAN ITU (NAME)?!!"
Netra hitamnya memandang ke lapangan latihan Quidditch yang baru saja dia lewati. Sakusa memusatkan pandangannya pada gadis dengan jubah Gryffindor yang sedang mengeluh.
Dalam diam-nya Sakusa mengamati bagaimana setiap gerakan yang gadis itu lakukan. Berkali-kali mencoba memukul Bludger dengan gerakan aneh, tersandung karena berlari terlalu semangat, terjerembab ke belakang setelah berhasil memukul Bludger dengan sekuat tenaganya.
Tanpa sadar bibirnya menyunggingkan senyum mengejek.
"Payah."
Padahal tangannya sedang terluka tapi dia sudah bermain dengan bola pengganggu itu. Bagaimana Sakusa tidak mau menyebutnya ceroboh coba?
KAMU SEDANG MEMBACA
Haikyuu Hogwarts x (Reader) ✅
Fanfiction"Hah? Penyihir? "Iya, Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry adalah sebuah sekolah sihir." "(Nameeeee)!!!!! Ayo kita nyusup ke dapur" "(Name) kau harus membayar untuk itu" "jadi babuku sehari. Ikuti kata-kata ku." "Penyihir kok kelakuan kayak se...