Hai, aku update!
Jangan lupa tinggalkan vote dan komen banyak-banyak supaya updatenya cepet😉
Happy reading! ❤️
*****
"UNO GAME! WUHU!"
(Name) bersorak setelah meletakkan kartu terakhir. Matanya menatap kedua temannya dengan tatapan mengejek. Ia bahkan tertawa jahat sambil menari dengan senang.
"Sial, (Name)! Padahal kartuku tinggal satu lagi!" Noya berseru frustasi, menghempaskan kartu terakhirnya ke meja.
Tanaka hanya mendengus. Sudah lelah melihat tingkah (Name) yang satu itu. Dia juga malas pada (Name) yang sudah berkali-kali menang bermain Uno dengan mereka.
"Lihat, itu! Dia sudah berjoget seperti Peeves. Melupakan fakta bahwa kemarin dia jatuh dari sapunya," cibir Lev.
Di sebelah Lev ada Hinata yang asik memakan puding-nya. Dalam diamnya, mereka menonton permainan kartu yang dilakukan oleh ketiga orang itu. Sebenarnya Hinata ingin ikutan tetapi belum terlalu mengerti cara bermainnya, jadi dia hanya mengamati. Sedangkan Lev lebih suka menonton dan sesekali berkomentar dengan polos yang entah mengapa malah terdengar seperti sebuah kalimat sarkas.
"Berhenti berjoget, (Name)!" Kanoka menginterupsi, menarik (Name) agar diam dan tidak meneruskan tarian ubur-uburnya.
"Kenapa sih? Kau itu tidak boleh lihat orang senang, ya?" (Name) memandang Kanoka tak terima.
"Orang senang apanya? Kau lebih mirip monyet lepas kandang." Tanaka mencibir dengan pedas.
"Kalah mah, kalah aja!" hardik (Name), menyumpal mulut Tanaka dengan roti.
"Sudahlah!" Kanoka melerai lelah. Matanya menatap ketiga orang itu dengan tatapan memohon. "Lebih baik kalian bergegas. Setelah ini pertandingan antara Ravenclaw dan Slytherin akan dimulai."
"Oh iya benar!" Tanaka buru-buru menghabiskan makanannya yang sempat tertunda karena bermain kartu tadi.
"Aku jadi penasaran siapa yang akan menang," kata Lev, mulut-nya mengunyah ayam dengan cepat tetapi matanya memandang ke atas seolah berpikir.
"Aku tidak berpikir Slytherin akan kalah." Noya menyahut.
Hinata mengangguk setuju. "Tapi Ravenclaw juga tidak mudah. Meskipun Kageyama harus berusaha keras untuk mengalahkan Oikawa, mereka masih punya Shinsuke."
"Hey, hey! Betul itu!" Bokuto menimpali.
"Yah, yang manapun itu, mereka akan jadi lawan kita nanti." Iwaizumi berujar, merapihkan sisa makanan dan mulai beranjak.
"Benar, yang tersisa hanyalah kemenangan," ucap Ushijima. Meski matanya sibuk membaca Daily Prophet, tapi telinganya mendengar dengan baik sehingga dia bisa ikut nimbrung obrolan yang sedang berlangsung.
"Aku akan bersorak paling keras kalau diantara mereka ada yang terkena Bludger." Tanaka berujar sambil tertawa jahat.
Kanoka mencibir. "Kau akan mendapat karma lagi nanti. Baru saja kemarin kau terkena Bludger itu."
"Oh ya, ngomong-ngomong soal Bludger ..." Noya menggantung ucapannya, menatap (Name) yang lagi sibuk nyemilin cookies. "Aku penasaran bagaimana Bludger itu bisa mengincar-mu."
"Aku juga berpikiran serupa," timpal Iwaizumi.
Menurut mereka, itu sangatlah aneh. Memang pada umumnya Bludger bertugas untuk menumbangkan pemain, tetapi untuk mengincar satu pemain rasanya tidak mungkin.
Iwaizumi sekilas melihat Bludger itu sangat bernafsu untuk menjatuhkan (Name) dari sapu-nya. Sekeras apapun Tanaka dan Noya berusaha menyingkirkan-nya, Bludger itu tetap kembali pada (Name) seolah ada magnet yang menarik-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haikyuu Hogwarts x (Reader) ✅
Fanfiction"Hah? Penyihir? "Iya, Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry adalah sebuah sekolah sihir." "(Nameeeee)!!!!! Ayo kita nyusup ke dapur" "(Name) kau harus membayar untuk itu" "jadi babuku sehari. Ikuti kata-kata ku." "Penyihir kok kelakuan kayak se...