Anin berjalan mengikuti ajudan A melewati lorong hotel yang sangat mewah milik keluarga kimi...
Tubuhnya pun menjadi keringat dingin saat dia tau akan segera bertemu dengan kakeknya regie yang terkenal sebagai seseorang yang menakutkan dan juga kejam...
Bahkan di pikiran anin, kakak shani akan berpenampilan selayaknya ketua genster dengan baju yang nyentrik dan ada banyak bekas luka di tubuh dan wajahnya...
Tok.. tok... tokk...
"Permisi bos" ucap ajudan A setelah mengetuk pintu kamar kakek shani...
"Masuk" sebuah jawaban terdengar dari dalam kamar itu...
Anin menelan ludahnya sendiri saat ajudan itu memegang gagang pintu dan mulai membukanya...
Akhinya, dia pun memberanikan diri untuk melangkahkan kakinya mengikuti ajudan itu memasuki kamar hotel di mana kakek shani berada...
Anin sedikit tercengat kagum saat dia melihat siluet laki-laki parubaya yang sedang berdiri di depan jendela menatap ke arah pantai yang penuh dengan kelap kelip lampu kapal yang sedang berlabuh di pinggiran pantai...
Punggung tegap nan gagah yang tertutup oleh kemeja berwarna hitam dengan lengan yang di gulung secara rapih menambah kharisma laki-laki paruh baya itu...
Swussssss....
Kepulan Asap cerutu yang keluar dari bibir pria paruh baya itu mulai memenuhi udara di sekitarnya...
"Bos, saya sudah membawa nona anin" ucap ajudan A sambil menundukan wajahnya patuh...
Kakek shani pun memutar tubuhnya dan menatap anin lekat-lekat sambil kembali menghisap crutu yang ada di tanganya...
Anin yang di tatap dengan intens pun menjadi kikuk dan mulai menunduk takut...
"Kau menyukai cucuku?" Tanya kakek shani melangkahkan kakinya kearah meja kerjanya dan mematikan crutunya ke dalam asbak yang ada di atas meja...
"I-iyah"
"Menurut mu cinta itu apa?" Tanya kakek shani yang sekarang sudah duduk di kursi kerjanya sambil mengusap cincin nikah yang melingkar di jari manisnya...
Anin pun terdiam sejenak dan mulai memikirkan jawaban untuk pertanyaan yang kakek shani lontarkan...
"Selalu merasa bahagia saat kita ada di dekat seseorang yang kita suka" jawab anin pada akhirnya...
Namun hal itu malah membuat kakek shani tersenyum sambil terus menatap cincin nikahnya...
"Perkataan mu memang tak salah, lantas apakah saat kalian tak berdekatan dan kalian sama-sama terluka saat kalian bersama maka cinta itu akan menghilang??" Tanya kakek shani yang sekarang menatap anin...
Anin pun terdiam untuk waktu yang cukup lama...
"Kalau bagimu cinta itu adalah sebuah kebahagiaan saat kalian bersama. Jadi saat kalian tak lagi bersama dan kalian juga sama sama tersiksa seperti sekarang, maka cinta itu akan menghilang kan?!"
"Bukankah begitu nona anin??" Ucap kakek shani tersenyum puas...
"Coba kamu bayangkan... masa depan mu masih panjang, kau akan bertemu dengan orang-orang baru yang akan lebih membuat mu bahagia!... lalu untuk apa sekarang kamu berusaha keras bertahan hanya untuk saling tersakiti dan merusak masa depan masing-masing?"
"Bukan kah lebih baik mengakhirinya sekarang dan mengejar cita cita kalian saja? Saya tau kau ingin menjadi seorang dokter, dan itu memerlukan uang yang tak sedikit apa lagi jika harus mengambil pendidikan di luar negri"
