Pengadilan Konoha Chap.3

545 47 0
                                    

Saksi 1—Uzumaki Himawari (2)

Di dalam ruangan sidang seluruh orang menyimak cerita Himawari. Gadis itu bersungut-sungut penuh ekspresi sejak kalimat pertama.

"Karena itu aku tidak jadi berlatih bersama Inojin hari itu. Sungguh menyebalkan bukan?" Himawari menekuk wajahnya, tangannya bersilang di depan dada.

Kakashi tersenyum simpul. Menggaruk dagunya yang tertutup masker. "Itu pasti hari yang buruk Hima-chan."

"Ya!" Seru Himawari.

Boruto menyipitkan matanya dengan wajah pasrah. "Kenapa kau menceritakan itu Hima.."

"Eh? Kakashi Ji-san bilang aku harus menceritakan keromatisanmu dengan Sarada-Nee.." Himawari berkata polos.

"Jadi kau mengulik urusan pribadiku, Kakashi. Itu tidak bisa menjadi acuan jika aku yang menculiknya!" Seru Boruto.

Kakashi berdehem. "Kekasih yang posesif dapat menggunakan segala macam cara untuk mendominasi perhatian Wanitanya, Boruto." Kata Kakashi berlagak tahu. "Menurut cerita Hima kau metajuk pada Sarada hanya karena burger dan roti Yakisoba tapi yang lebih mengejutkan lagi ternyata semua itu kamuflase. Kau merajuk karena kalian tidak bisa berlibur bersama—"

"Bukan hanya kami. Itu liburan Tim-7 yang sudah lama di rencanakan. Kau tanyakan saja pada Mitsuki dan Konohamaru-sensei." Boruto tersulut kesal.

"Oi Kakashi-sensei." Naruto menyahut dari tempat duduknya. "Jika hanya seperti itu, Boruto tidak bisa di tuduh sebagai tersangka Dattebayo— Mereka selalu merajuk satu sama lain sejak mereka bayi."

"Sungguh? Ah...begitu rupanya. Jika orang tuamu yang bilang aku tak bisa memasukan pernyataan Himawari sebagai bukti."

Boruto menatap Naruto yang menyengir kearahnya menunjukan jempolnya. Hal yang langka melihat Tousannya berdiri membelanya tanpa menjatuhkan.

"Ya.. Bagaimana kalau kau menceritakan saat itu saja Hima.." Naruto mengetukkan kepala mengingat sebelum berbinar cerah seakan menemukan ide brilian. "Saat Kau ke kantor Touchan dan mengeluh tentang Nii-chan mu dengan mata seperti panda. Kau bilang sesuatu tentang tidak bisa tidur semalaman karena Boruto dan Sarada di rumah."

"Ce-cerita itu.. tidak layak di ceritakan disini bukan Papa?" Wajah Himawari sontak memerah mengingat kejadian yang di maksud Naruto. "Itu Onii dan Neechan.. Anoo aku malu menceritakannya."

Boruto tampak melotot panik menerka cerita yang membuat adik bungsunya itu memerah seperti kepiting rebus. Sementara Kakashi tampak berseri-seri.

"Oh.. ada cerita sepeti itu? Sepetinya menarik. Ceritakan pada kami Hima." Pinta Kakashi bersemangat.

"H-Hey.. mana bisa seperti itu. Cerita yang mana yang kau maksud Touchan." Chakra kegugupan Boruto menyenar di seluruh tubuhnya sebelum di hisap oleh kursi yang dia duduki. Boruto terengah karenanya. "Sial."

"Khu khu khu.. Lebih baik kontrol emosimu Boruto. Aku tidak ingin kau pingsan sebelum persidangan ini berakhir." Kata Kakashi. "Baik, Hima. Bisa kau ceritakan? Perlahan pun tidak masalah." Lanjut Lelaki beruban itu menaik turunkan alisnya mesum.

Himawari mengerjap menatap Naruto yang tampak polos tak mengerti apa-apa sementara di sebelahnya Hinata kebingungan dengan reaksi putrinya itu.

'Papa.. Mama tolong..' Himawari meracau dalam hati. Tapi melihat tak satupun mengintrupsi, gadis itu menghela nafasnya, Dia sudah bersumpah sebelumnya di persidangan untuk memberi tau segala kebutuhan hakim. Sumpah seorang shinobi tidak boleh di langgar. Himawari melirkk pada Boruto yang menggeleng dengan tatapan memohon padanya. "Gomene Oniichan." Bibir Himawari berucap tanpa suara.

21+ BorutoxSarada Fanfiction (Kumpulan Cerpen BoruSara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang