Pengadilan Konoha Chap.8

510 43 1
                                    

Saksi 3-Uzumaki Kawaki (3)

Pagi itu hari pertama aku keluar dari penjara.

Ayah angkatku, Uzumaki Naruto meluangkan waktu menjemputku bersama Himawari. Gadis itu melambai dengan senyuman secerah bunga matahari yang mekar merekah.

"Kawakiii."

Aku mengahampiri dengan 1 tas besar baju dan peralatan selama aku menjadi tahanan.

"Bagaimana kabarmu?" Nanadaime menatap lembut, mengajak rambutku yang sudah memanjang. Tak ada dendam sedikitpun darinya. Padahal, aku sudah melakuka hal yang tak termaafkan menyangkut anak kandungnya. Tapi bagi Nanadaime, semua putrnya sama. Hati ku menghangat mendengar itu.

"Nee.. Papa.. Kau berjanji metraktir ramen saat Kawaki bebas." Himawari mengingatkan.

Nanadaime menyunggingkan senyuman lebarnya dan memberi jempol pada kami. Himawari memekik senang. Aku... tersenyum kembali setelah sekian lama.

Makanan terenak pertama yang ku makan ada di Konoha. Masa kecilku tidak bisa di bandingkan dengan ana dari keluarga termiskin di kota ini. Begitu pelayan menyajikan semangkuk ramen di meja. Aku memakannya dengan lahap seperti biasanya.

Nanadaime memberikan potongan daging pada mangkukku.

"Kau bisa memakannya dengan perlahan Kawaki. Tidak ada yang akan merebutnya darimu."

Himawari melakukan hal yang sama dengan Touchannya. "Aku kenyang. Kau habiskan punyaku Kawaki."

Aku tak banyak bicara, hahya menerima. Bahkan sesampainya di rumah, istri Nanadaime menyambutku.

"Aku sudah membersihkan kamarmu. Apa kau sudah makan malam?"

Aku mengangguk, menjawab singkat. "Ya, dengan ramen."

"Naruto-kun dan Hima pasti yang mengajakmu." Tebak Hinata. Aku mengangguk lagi. "Istirahatlah di kamar. Pasti mereka tidak menyediakan kasur yang empuk saat kau disana."

Hal itu tentu terjadi. Biar bagaimanapun orang yang berbuat kejahatan tak layak tidur di kasur yang empuk.

Aku melangkahkan kaki ke kamar lantai atas. Tapi langkahku tertahan saat melihat dua orang disana. Terduduk berdempetan di depan televisi.

"Berikan padaku, Sarada!" Lelaki kuning itu menekukkan alisnya saat gadis bersurai hitam mengambil dan menyembunyikan game yang di mainkannya tadi.

"Kau tidak mendengarkan penjelasanku Boruto. Bermainlah saat senggang. Kita akan menjalankan misi besok." Sarada memarahinya.

Boruto memberengut. "Kau bisa memperintahkanku besok jika ada yang terjadi. Kau tau cara bertarungku Sarada, aku tidak suka menggunakan banyak teori." Kata Boruto.

"Aku tau, tapi setidaknya dengarkan penjelasanku. Ini misi pertama tim 7 setelah sekian lama. Aku ingin semua berakhir sempurna." Sarada bersikeras tak menyerahkan game itu.

Boruto menyerah merebutnya. Menegakkan tubuhnya kembali. "Baik. Apa yang kau ingin sampaikan." Lelaki itu bersidekap dada.

"Kau bersama Mitsuki untuk memantau keadaan. Aku dan Kawaki yang akan mengawal para bangsawan itu."Sarada menjelaskan singkat.

"Heee.. Kenapa aku tidak bersama mu?" Alis Boruto mengkerut tak setuju.

"Mitsuki lebih mendengarkanmu dari pada aku." Jawab Sarada. Putra Orochimaru itu sejak mengetahui Boruto adalah mataharinya kembali menjadi pengawal Boruto lagi. "Nah.. Saat melihat ada serangan dadakan. Aku mengandalkanmu dengan Mitsuki. Jika musuh tidak bisa kalian atasi. Maka aku dan Kawaki akan bergabung dengan kalian. Kau mengerti kan?"

21+ BorutoxSarada Fanfiction (Kumpulan Cerpen BoruSara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang