Chapter 12. Fallin For You: Disaster Day

549 45 0
                                    

Ada hari dimana Sarada harus menyembunyikan emosinya. Disaat ada kemarahan dalam dirinya, kesedihan, bahkan ketika kegembiraan datang padanya di saat yang tidak tepat, gadis itu terbiasa menekan dan menyimpannya rapat-rapat seorang diri.

Tapi dalam semua kejadian yang pernah dia lalui. Sarada selalu menyembunyikan emosi itu dalam wajah datar khas Uchiha. Papanya juga Kakeknya Fugaku selalu memberi taunya jika emosi adalah kelemahan yang dapat di baca musuh. Emosi dapat menjadi senjata rahasia musuh untuk menghancurkanmu.

Tapi kali ini, Sarada tak sedang ingin bertemu musuh. Dia tidak bersiap kemedan perang.

Sarada menyeka air mata di pelupuknya dengan cepat saat mobil sport hitam dengan logo Uzumaki yang tercetak di depan kapnya memasuki pelataran rumahnya. Gadis itu menghembuskan nafasnya hingga paru-parunya kosong. Menekan emosi yang dia punya dalam-dalam. Sebelum menghirup udara baru untuk mengisi paru-parunya kembali. Seakan itu dapat memberinya kekuatan untuk menciptakan sebuah lengkungan senyuman yang indah di bibirnya.

Kali ini bukan wajah datar khas Uchihanya. Tapi sebuah kebahagiaan yang dia tampilkan di atas kesedihannya.

Boruto keluar dari mobil hitam itu dengan tatapan lembut menatap kearahnya. Tanpa kata, saling melempar senyuman, lelaki itu yang menghampirinya lebih dulu.

"Kau terlambat." Sarada berusaha terdengar ketus seperti biasanya. Kendati senyumannya tak luput di bibir.

Boruto menghela nafasnya, melepas kacamata baca yang dia kenakan. Wajah lelah Boruto terlihat jelas.

"Para orang tua itu memberiku banyak kertas untuk di baca. Perusahaan lebih menyiksa dari pada sekolah." Ucap Boruto setengah menggerutu.

Sarada tertawa kecil. "Aku ragu kau pernah membaca di sekolahmu."

Boruto berdecak, gadis itu tampak meremehkannya. "Bukan hanya Uchiha yang memiliki otak jenius Nona. Aku cumlaude di tahun ke 3 ku kuliah."

Sarada menyipitkan mata. Berakting curiga. "Kau tidak menyogok kampusmu untuk meluluskanmu kan?"

"Bagaimana kau bisa berkata—" Boruto ternganga tak percaya. "Aku sungguh berusaha Sarada..." Rengeknya.

Sarada mengulum senyumannya melihat wajah merajuk lelaki itu. "Baiklah.. baiklah.. aku percaya. Kau ingin mengajakku kemana hari ini?" Sarada berjalan ke arah mobil Boruto. Tapi saat melewati lelaki itu, Boruto menangkap lengannya.

Lelaki itu membalikan tubuhnya, membawanya dalam pelukan erat, menciumi wajahnya penuh kasih sayang.

Sarada terkekeh oleh rasa geli saat kumis tipis Boruto menggelitik di pipinya. Gadis itu menangkup wajah Boruto yang hanya berjarak beberapa centi.

"Apa yang kau lakukan, Boruto?" Sarada bertanya polos, tangannya mengelus rahang lelaki itu, merasakan rasa kasar di jambang yang mulai bermunculan. Boruto terlihat belum bercukur pagi ini. Juga belum tidur, Sarada dengan jelas melihat garis hitam di bawah matanya dari jarak sedekat ini.

"MenCharge energiku." Lelaki itu merapatkan tubuh mereka.

"Harusnya kau pulang ke rumah lebih dulu. Kau tidak ingin tidur?"

Boruto menggeleng. Menelusupkan kepalanya di ceruk leher Sarada, bergumam. "Kemarin kita tidak bertemu."

"Lusa kita baru bertemu setiap hari selama seminggu."

Boruto berdecak. Merapatkan lengannya yang melingkari tubuh Sarada. "Padahal aku berencana menculikmu sebulan penuh."

Elusan Sarada di rambutnya membuainya. Boruto segera menegakkan tubuhnya sebelum dia tertidur sambil berdiri di pelukan Sarada.

21+ BorutoxSarada Fanfiction (Kumpulan Cerpen BoruSara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang