Pengadilan Konoha Chap.4

1K 63 0
                                    

Saksi 1—Uzumaki Himawari (3)
!!!21+!!!

Pintu kamar Himawari terketuk tiga kali sebelum Sarada membuka pintu itu dari luar.

"Hima-chan. Apa aku boleh tidur di kamarmu?" Tanya putri tunggal Uchiha itu.

"Ah—Ya.. tidak mungkin juga kau tidur dengan Nii-chan, Sarada-Nee. He He He." Himawari tertawa canggung.

Bagi Himawari, terasa aneh jika Kakak laki-lakinya dan gadis yang sudah dianggap sebagai Kakak juga benar-benar memiliki hubungan khusus. Jika kalian menjadi Hima, sering melihat Sarada dan Boruto bersama sewaktu kecil. Bermain bersama, bertengkar, tumbuh seperti saudara. Bukankah aneh jika tiba-tiba menjadi kekasih.

'Tiba-tiba' Himawari tersadar akan sesuatu.

Sejak dulu Boruto selalu menaruh perhatian lebih pada Sarada. Walau Nii-channya itu memiliki banyak teman sewaktu masuk akademi pun. Nii-channya tidak pernah tidak membawa-bawa Sarada dalam kegiatan apapun.

Akan tetapi Himawari juga menyadari Kakak laki-lakinya itu begiti setia kawan. Tapi jika diingat-ingat, Sarada satu-satunya perempuan yang di genggam Boruto sejak dulu hingga sekarang.

Sarada mengerutkan dahi mihat wajah Hima yang berubah-ubah. Sedetik memucat, sedetik memerah. Tangannya di arahkan pada dahi Himawari hingga gadis itu terlonjak.

"Eh.. Maaf, Kau tida apa-apa Hima? Apa kau sakit?" Sarada bertanya khawatir.

Himawari menggeleng cepat. "T-tidak apa-apa Nee-chan. Ku rasa aku ingin ke kamar mandi. Tidurlah duluan Nee-chan." Dengan terbata Himawari berlari keluar dari kamar, turun ke lantai bawah.

Gadis itu mengusap peluhnya. "Kenapa aku jadi seperti ini. Memang apa salahnya jika mereka sepasang kekasih?" Gumam Himawari menenangkan diri sendiri. "Ck, tapi tidak seharusnya mereka bermesraan di hadapanku yang masih singel ini." Himawari sekejap mendelik ke arah lantai atas, berkata sinis.

Biar bagaimanapun Himawari gadis remaja yang sedang tinggi rasa penasarannya . Melihat banyak adegan romantis. Jujur saja Hima jadi ingin juga.

Gadis itu menepuk kedua pipinya. "Apa yang kau pikirkan Hiamwari!" Serunya pada diri sendiri. "Jangan berpikiran aneh-aneh. Kau bukan kedua Onii-chanmu yang kepala kotor itu. Kau tidak sama dengan mereka." Gadis itu mewanti-wanti dirinya sendiri.

Setelah banyak membasuh wajahnya dengan air agar pikiran-pikiran di kepalanya hilang, Himawari berjalan lunglai menaiki anak tangga.

Putri bungsu Naruto itu tertegun mendapati kamarnya terbuka lebar. Himawari melangkah masuk.

"Sarada-Nee.."

Tak ada siapapun di dalamnya. Himawari mengitari sekeliling lantai dua itu. Pintu kamar mandi terbuka menandakan Sarada tak ada disana. Dan dirinya baru saja dari lantai satu, tak ada siapapun disana. Seketika pikirannya tertuju pada pintu kamar Boruto.

"Eihh.. Tidak mungkin." Himawari menatap curiga namun tak yakin pada perkataannya sendiri.

Dengan degup jantung yang menggebu, Himawari perlahan melangkah mendekati pintu kamar Boruto. Gadis itu ragu-ragu namun tetap menempelkan telinganya ke daun pintu itu. Samar-samar suara di dalam sana terdengar pendengarannya.

"Aku harus kembali..Himawari akan mencariku. Dia akan semakin curiga." Suara Sarada tampak khawatir.

Terdengar langkah kaki yang berjalan lalu hening. Sarada terdengar memekik sebelum suara benda jatuh tertangkap pendengaran Himawari.

"Fokus padaku, Sarada."

Himawari mengerjap. Itu suara Oniichannya jelas sekali. Tapi, Himawari sedikit terdikstraksi karena suara Boruto tampak sangat berat dan dalam.

21+ BorutoxSarada Fanfiction (Kumpulan Cerpen BoruSara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang