Chap. 9 Yuki No Hana END

776 70 13
                                    

"Apa yang membuatmu berkunjung ke sini, Hime?" Boruto bertanya tegang, dia sedang berbahagia untuk pernikahan yang dinantikannya, dan dia sama sekali tak punya rencana untuk apapun masalah di masa lalu yang mungkin menjadi batu hambatan bagi kebahagiaannya dan Sarada.

Wajah Sumire hanya menunjukan senyum simpul. Sebenarnya di dalam hatinya dia mati-matian menahan kesal karena sekali lagi harus menghadapi lelaki yang menolaknya. Tapi melihat wajah tegang Boruto, Sumire cukup terhibur.

"Aku ingin menyampaikan surat balasan dari Otou-sama, Yang Mulia." Sumire menyodorkan surat yang sejak awal di bawanya ke atas meja. Boruto meneguk ludahnya berat.

"Apakah..Apakah Orang tuamu tidak setuju?" Tanya Boruto terbata.

Sumire mengangkat wajahnya. "Jika mereka tidak setuju, Apakah Yang Mulia mau membatalkan pernikahan Yang Mulia dengan Sarada-Gozen dan kembali kepadaku?"

"Tidak—" Boruto menjawab terlalu cepat. Membuatnya tidak enak takut menyinggung perasaan wanita bangsawan di depannya.

"Maafkan aku." Boruto membenarkan nada suaranya yang kini lebih tenang dan tertata. "Aku akan memberikan apapun sebagai permintaan maafku."

"Apapun?" Sumire menaikan sebelah alisnya.

"Kecuali menyerah akan pernikahanku dan Sarada."

Sumire mendengus menahan tawanya. "Sebegitu besarnya rasa cinta Yang Mulia pada Sarada Gozen? Sebenarnya apa yang dimiliki Sarada-Gozen sementara aku tidak?"

"Ini bukan soal harta Hime. Suatu saat kau akan mengerti, mencintai seseorang tidak butuh alasan. Alasan hanya digunakan untuk membenci. Sekalipun kau punya segalanya yang diidamkan seluruh lelaki di dunia, dan dia tidak. Aku akan tetap memilihnya."

Sumire iri. "Ku rasa aku tidak bisa bertemu lelaki sepertimu lagi, Yang Mulia. Sarada-Gozen sungguh beruntung." gadis itu menunduk sendu.

Boruto menggeleng. "Aku yang beruntung memilikinya."

Sumire melengkungkan bibirnya ke bawah. "Berhenti memamerkan kasih sayangmu di depanku, Yang Mulia. Aku juga bisa Iri."

"Eh?!" Boruto mengerjap. Apakah dia sejelas itu? Lelaki itu terkekeh. "Gomene."

Sumire mengibaskan rambutnya terlihat lebih santai. "Otou-sama menyetujui permintaan Yang Mulia—"

"Benarkah?? Wakkatta" Boruto berseru lega.

"Tapi dengan satu syarat, Yang Mulia..." Sumire melanjutkan.

"Syarat? Apa itu, Hime?"

"Ada di dalam surat yang ku bawa." Sumire berdiri, merapihkan gaunnya. "Nah.. Apakah Yang Mulia bersedia mengantarkanku ke gerbang untuk yang terakhir kali?" Tanya gadis itu tersenyum ramah.

Boruto yang sedang membaca surat itu kembali menatapnya. Lelaki itu tersenyum mengangguk. Berjalan berdampingan dengan gadis itu. Saat Sumire akan naik ke kereta kudanya. Boruto menahan gadis itu.

"Terimakasih atas kunjunganmu.. Aku akan menyampaikan Terimakasih juga pada orang tuamu secara langsung saat aku berkunjung lagi. Semoga kau mendapatkan kebahagiaanmu, Sumire-Hime."

Sumire melebarkan senyumnya, mengangguk. "Semoga pesta pernikahanmu berjalan dengan lancar, Yang Mulia. Walau ini sedikit menyakiti hatiku."

Boruto tersenyum masam. Dia tak pandai mengatasi situasi macam ini. Beruntung Sumire tertawa melihat wajah frustasinya.

"Aku hanya bercanda, Yang Mulia. Sejujurnya aku juga penasaran tentang definisi cinta yang kau beri tau tadi. Karena selama aku di kenalkan denganmu. Aku selalu membuat banyak alasan untuk mencintaimu. Tapi kau bilang alasan tidak di butuhkan saat jatuh cinta. Aku rasa aku tidak benar-benar mencintaimu."

21+ BorutoxSarada Fanfiction (Kumpulan Cerpen BoruSara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang