The Time When Im With You (Chap.4)

661 56 8
                                    

Boruto terbangun dengan perasaan yang lebih ringan. Saat membuka matanya, lelaki itu menyadari sepanjang malam dirinya terbaring berbantalkan dada Sarada, memeluk Sarada seperti bayi yang membutuhkan dekapan kasih sayang wanita itu. 

Boruto mendongak menatap wajah tertidur Sarada. Wanita itu begitu pulas mengarungi mimpinya. Bahkan ketika Boruto bergeriliya di tubuhnyapun, Sarada tak merasa terganggu. 

Boruto merambat naik, tepat di hadapan Sarada. Menyusuri wajah ayu itu dalam jemarinya. Boruto teringat saat mereka di akademi dulu, Di dalam ingatannya, dia menjadi begitu kesal karena kepopuleran Sarada di antara anak laki-laki di sekolah mereka semakin tinggi. Padahal sejak mereka lahir, gadis itu selalu bergantung padanya. Sarada jadi bisa melakukan segalanya tanpa bantuan Boruto seiring mereka dewasa. Memikirkan itu membuat Boruto jadi menyadari, mungkin mengikat Sarada dalam pernikahan tidak buruk juga, Dia bisa mengusir 'serangga penganggu' yang mengerumuni Sarada dengan statusnya sebagai suami wanita itu. Apalagi di tambah 2 bocah kecil yang mirip dengannya dan selalu mengintili wanita itu kemanapun wanita itu berada. Boruto menyeringai dengan pemikirannya.

"Nghh" Sarada membuka matanya, Onyxnya terpancar indah dengan pantulan sinar matahari pagi yang membias di sana. Sarada berkedip menyesuaikan cahaya itu. "Anata.." Panggilan Sarada membuat Boruto candu. Lelaki itu mengecup bibir Sarada, membelai wajahnya yang masih mengantuk.

"Ohayou~" Boruto memerangkap kedua Onyx itu dengan pandangan lembutnya. Sarada tersenyum tulus.

"Ohayou.." Tangannya dia rentangkan untuk memeluk lelaki itu. Boruto kembali merasakan dada bidangnya bersitabrak dada empuk Sarada. Sementara miliknya di bawah sana kembali menegang merasakan kulit mereka saling bersentuhan. 

"Sarada.. bolehkah—"

Sarada bergegas bangun, tertawa geli melihat ekspresi Boruto yang membutuhkannya. "Tidak Anata. Aku harus membuat sarapan untuk anak-anak sebelum mereka berangkat ke akademi." 

Boruto tak sampai memprotes saat bibirnya di bungkam dengan kecupan kilat wanita itu. Lalu secepat itu juga Sarada memakai dressnya dan keluar untuk menjalani rutinitas paginya.

Boruto baru sempat memperhatikan dirinya sendiri saat mandi pagi itu. Lelaki itu terperangah melihat pantulan dirinya di depan kaca. Dia menjadi lebih tinggi, dengan tubuh atletisnya yang terbentuk sempurna. Boruto memasang cengirannya, merasa bangga dengan pubertynya yang juga tidak mengecewakan.

Dari luar, Dia dapat mendengar suara Sarada yang memanggilnya untuk makan bersama, seperti Kachannya dulu.

Boruto jadi ingin mengunjungi Hinata, Dia bahkan belum melihat kondisi Naruto dan Sasuke yang katanya juga baik-baik saja.

*****

Begitu Boruto keluar kamar, tatapan menyala Sanada menyambutnya. Boruto seperti mengenali tatapan pembangkang itu, Sanada memiliki mata persis seperti miliknya dengan sikap perpaduannya dengan Sarada. 

Melihat Boruto menatap balik, Sanada membuang muka. Mengunyah tamagoyaki di piringnya. 

"Anata, kemarilah," Sarada memanggilnya. Boruto mendekat ke arah wanita itu. "Aku harus pergi ke Kantor Hokage pagi ini. Maukah kau mengantar anak-anak ke akademi setelah sarapan pagi?"

Boruto mengangguk. Setidaknya tata letak kota di sini sama persis dengan tata letak kota diingatannya. Dia tak mungkin menyasar jika hanya ke akademi.

"Arigatou ,Ne." Sarada melepas apronnya. Melangkah ke kamar, dengan hitungan menit wanita itu muncul kembali dengan seragam Joninnya. 

"Mama pergi dulu, Jangan bertengkar dengan Papa, hmmm.." Sanada memutar bola matanya saat perkataan itu jelas di tujukan padanya.

Sarada menciumi Saruto dan Sanada dan saat di hadapan Boruto, wanita itu berjinjit mengecup pipi suaminya. "Jaa— Aku tidak akan lama." Janjinya sebelum menghilang di balik pintu.

21+ BorutoxSarada Fanfiction (Kumpulan Cerpen BoruSara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang