Precious Partner Chap.5

663 92 17
                                    

Sinar matahari pagi mengintip di balik tirai jendela yang tertutup. Dua pasang insan manusia berpelukan rekat di bawah selimut di satu ranjang di kamar itu.

Sarada, gadis itu tampak nyaman mendengkur halus pada dekapan sang lelaki, Boruto. Netra biru itu terbuka pertama, Hatinya terbersit kehangatan yang menyenangkan saat netranya menangkap sosok cantik di dalam kukungan tangannya. Boruto menatap gadis itu lembut. Sungguh hari yang sia-sia menghabiskan 5 tahun hidupnya jauh dari sosok yang selalu menyapanya dalam perasaan rindu yang menggebu di setiap petualangan misi solonya.

Boruto menyadari seharusnya dirinya tak boleh sedekat ini, disaat masih ada banyak bahaya yang mengancam keselamatan desa di luar sana, mengancam nyawa gadis itu.

Tapi sampai kapan? Sisi kekanakan Boruto menyergah, merasa ribuan peninggalan Otsutsuki di bumi yang entah berapa ratus jumlahnya di luar sana menghambatnya berlari ke gadis itu. Ke sisi yang dia inginkan.

Sarada perlahan menggeliat, mata itu terbuka mengerjap-kerjap. Boruto membentuk sebuah senyuman di wajahnya saat lagi-lagi melihat rona merah itu ketika Sarada menatap lurus ke dadanya yang terbuka di balik kemeja putihnya.

"Menikmati pemandangan yang kau lihat, Nona?" Boruto bertanya menggoda. Sarada tampak berjengit sebelum memundurkan diri, Namun Boruto mengeratkan dekapannya. Memejamkan mata kembali tak peduli rontaan Sarada.

"Aku masih mengantuk, bangunkan aku 30 menit lagi." -Bohongnya-

"Kau bisa tidur sendiri~" 

Boruto tersenyum dengan mata terpejam mendengar rengekan yang selalu familiar di telinganya.

"Hm.."

Sarada, pada akhirnya hanya pasrah, menempelkan pipinya pada dada Boruto, mendengar detak jantung yang berdebar cepat seirama dengan miliknya. Sarada menyeringai, mendapatkan kartu untuk balas meledek Boruto.

"Ku rasa jantungmu akan meledek." Ujar Sarada

Boruto terkekeh kecil "Kau menbicarakan dirimu sendiri? Aku bisa merasakan betapa kencang ritmenya di perutku."

Sarada mendengus, lelaki itu selalu punya cara membalasnya. Gadis itu berkedip, merasa melupakan sesuatu.

"Boruto, apa kau tidak merasa melupakan sesuatu yang penting?" Sarada mendongak menatap rahang tegas Boruto dari bawah.

Boruto membuka matanya, menatap Netra hitam milik Sarada. Lelaki itu mendadak mengingat ingat.

"BAYINYA!"

Sarada dan Boruto sontak bangun dari posisi tidurnya mencari makhluk kecil yang semalam masih ada di tengah mereka. Sarada membuka bantal di dekat kepala ranjang. Makhluk itu melirik dengan mata biru bulatnya tertawa melihat Sarada.

"Kaaaahh Maa"

Sarada meghela nafas lega. Mengangkat sosok mungil itu yang menghisapi jempol kecilnya.

"Kenapa kau bisa disana anak nakal!"

"Taaa~ hacho." Bayi itu bersin.

"Boruto, apa kau pikir dia flu?" Sarada panik mendekat pada Boruto yang mengumpulkan nyawa di pojok ranjang menatap mereka. Lelaki itu menyentuh kulit putih di gendongan Sarada.

"Tidak, mungkin ruangan ini sedikit berdebu. Kau mau pulang sekarang?"

"Pulang?" Sarada membeo.

"Ke Konoha. Aku tak dapat menemukan cara mengembalikan anak ini. Ku rasa kita butuh bantuan." Ujar Boruto. Sarada megangguk.

Di perjalanan berkali-kali Sarada mengajak mengobrol Bayi yang terus berceloteh itu.

"Maaa.."

Sarada memincingkan matanya "Ku rasa dia terus memanggilku Ma dari tadi."

21+ BorutoxSarada Fanfiction (Kumpulan Cerpen BoruSara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang