Chapter 4. Fallin For You: Boruto Pride

502 46 7
                                    

14 Tahun Lalu.

Acara pasang cincin di jari Boruto dan Sarada berjalan baik. Semua tampak sempurna di persiapkan kedua keluarga. Seolah hal ini yang telah lama mereka tunggu. Kedua anak berusia 10 tahun itu bahkan belum mengerti betul keseluruhan tradisi yang panjang itu. Yang mereka tau, kelak, saat umur mereka menyentuh 25 di masa depan, mereka akan menikah.

"Sarada tampak cantik sekali malam ini." Hinata berkata gemas pada calon menantunya itu.

Boruto melirik pada Sarada yang terus tertunduk. Tanpa kacamatanya, anak lelaki itu tak memungkiri dirinya sempat terkesima saat melihat gadis itu pertama kali hari ini. Dengan rambut di sanggul, wajah berpoleskan makeup tipis khas makeup remaja, juga mata yang berbinar tanpa kecamata.

'Seperti bukan dirinya saja.' Sewot Boruto dalam hatinya.

"Percaya diri lah Salad. Kau sudah sangat cantik disini." Ujar Sakura.

'Ada apa dengannya, kenapa dia diam saja?' Heran Boruto melihat gadis itu diam tak membalas kedua wanita yang memujinya.

'Ha! memang Sarada seperti apa? Dia memang selalu murung.'

Bosan dengan kegiatan saling memuji dan wajah murung Sarada. Boruto memisahkan diri. Lebih baik dirinya menagih konsol game terbaru yang di janjikan Naruto jika Boruto menjalani proses ini dengan damai.

*****

Sejam memutari Hall Hotel acaranya yang luas penuh padat itu. Boruto tak menemukan Tou-sannya sama sekali.

"Apa sedang di luar bersama Sasuke Ji-san ya?" Gumamnya.

Boruto keluar, tapi bukan Naruto yang di temuinya. Itu Sarada dengan seorang lelaki seusia mereka. Sarada tampak nyaman berbincang dengan lelaki itu, Wajahnya terangkat tak lagi tertunduk. Boruto mengerutkan dahinya ketika melihat gadis itu tertawa lepas, sesuatu dalam dirinya mendorongnya mendekat, tapi begitu lelaki yang bersama Sarada menoleh kearahnya, Boruto bersembunyi.

'Ck, kenapa aku sembunyi?'

Lelaki itu menyapa seseorang sekilas dari arah datang Boruto. Lalu kembali memfokuskan berbincang dengan Sarada. Hari itu, hampir sepanjang sisa acara, Sarada menghabiskan waktu dengan lelaki itu dengan Boruto yang menahan kesal berdiri melihat mereka di balik tembok ruangan.

*****

Boruto tak pernah sekasar itu pada Sarada. Juga tak pernah lembut sebenarnya.

Namun, hari itu, saat orang-orang banyak mengolok mengenai pernikahan mereka dan gadis itu diam saja tak membela diri seperti ketika gadis itu pandai berdebat dengan lelaki yang bersamanya semalam. Boruto merasa kemarahan setiap melihat wajah Sarada.

Melihat gadis itu tersuruk jatuh di lantai kelas, Tangan Boruto terkepal kuat di kantong celananya. Egonya tak membiarkan tubuhnya menolong gadis itu. Tatapan mereka bertemu, ada rasa takut juga terluka disana. Boruto berdecih, padahal semalam dengan lelaki itu tatapan Sarada menunjukan kenyamanannya, kenapa setiap menatap Boruto gadis itu selalu memandangnya seolah dia lelaki terjahat di muka bumi?

'Aku akan menjadi jahat seperti yang kau mau! Jika begitu.' Boruto melengos pergi begitu saja. Merasa lega ketika Sarada dapat berdiri sendiri dan tak ada luka sedikitpun di tubuhnya.

'kenapa aku harus lega?'

Sepanjang jam pelajaran, Boruto melirik pada bangku Sarada di depan kelas. Ini pertama kalinya gadis itu membolos. Boruto tak dapat mengontrol pikirannya yang tertuju pada gadis itu, bagaimana mata Sarada menatapnya terluka tadi, lelaki itu merasa bersalah.

Petir menyambar, hujan deras tanpa aba-aba turun dari langit. Boruto berdiri, berlari keluar, tak memperdulikan sensei yang memanggil namanya juga teman-temannya yang menatap keheranan.

21+ BorutoxSarada Fanfiction (Kumpulan Cerpen BoruSara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang