Chap.7 Yuki No Hana

693 66 34
                                    

Ini pertama kalinya Sarada memasuki kamar Boruto di rumah Kakeknya. Sarada terkagum dengan design klasik ruangan itu. Sangat berbeda dengan kediaman Boruto di istana yang amat mewah.

Obaa-san tidak main-main saat bilang Sarada harus membersihkan kamar itu terlebih dahulu sebelum memasang Futon di atas penghangat.

Sarada mungkin tak bisa memasak. Tapi Gadis itu ahli dalam hal bersih-bersih. Di asrama tentara, mereka selalu mengadakan sistem piket setiap hari. Sarada tentu tidak di kecualikan walau jabatan gadis itu tergolong tinggi dan gelar putri bangsawan yang di sandang Sarada sekalipun.

Tak sampai 30 menit. Sarada selesai. Obaa-san memberinya 2 futon untuk di pasang di ruangan itu. Sarada mendengus mengingat kebiasaan Boruto yang tidak pernah bisa tidur di kasur yang sempit. Lelaki itu sudah terdidik menjadi tuan muda sejak masih bayi.

Selesai memasang Futon itu, Sarada tak langsung keluar. Sejak awal matanya tertarik dengan tumpukan buku di lemari. Sarada berdiri menggapai buku tentang ilmu pedang. Tanpa sadar, Sarada terbawa mempraktekan kuda-kuda di buku itu hingga menendang tas Boruto yang ada di lantai. Sebuah buku bersampul merah dengan ukiran bunga yang tak familiar di mata Sarada terjatuh dengan posisi terbuka dari tas itu. Sarada tanpa sengaja membaca tulisan tangan yang dia ketahui milik Boruto.

'Edelweis

kau merayu dengan tawamu yang mengabadikan waktu.

Tidak,

Aku yang terpaku,

Seakan waktu berhenti dan menjadi abadi dalam pandangku ketika melihat senyum di wajahmu itu.

Ribuan kepak sayap kupu-kupu berterbangan menggelitik perutku,

Aku menciummu, dan kau pasrah di pelukku.

Bisakah waktu membuat kita abadi?

Layaknya bunga di tengah musim salju yang tak pernah mati.

Dengan semua kewajiban di punggungku yang seluruhnya ku singkirkan malam itu.

Aku hanya ingin memujamu pada waktu yang abadi.

Edelweis...

Kau abadi

Berikan keabadian pada kau dan aku

Seperti perasaan yang telah ku pupuk subur dan hidup abadi dalam jiwaku.

"Edelweis.." Sarada bergumam membaca judul itu. Dia ingat satu kisah legenda turun temurun tentang bunga yang katanya adalah bunga keabadian. Hidup di tengah salju. Tak mati di saat semua tanaman mati di musim dingin yang panjang. Terus bertahan hingga musim-musim selanjutnya dan bertemu kembali pada musim dingin yang membuatnya mekar lebih indah.

Pertanyaan yang muncul di kepala Sarada dalah "Siapa Edelweis yang di maksud di coretan buku ini?"

Sarada tak percaya Boruto punya bakat dalam mencoret-coret sebuah sajak. Gadis itu jadi ingin membuka halaman lainnya. Berharap menemukan sajak lain yang menarik. Tapi gadis itu terpaku. Halaman pertama buku itu adalah sebuah lukisan kecil yang Sarada tau dibuat oleh pelukis kerajaan. Disana ada dirinya dan Boruto saat masa kanak-kanak. Sarada mengenali moment itu, Saat usia mereka belum genap 5 tahun. Terdapat coretan tangan Boruto di pojoknya bertuliskan 'Aku dan Sarada.'

Gadis itu cukup lama berhenti disana..Bernostalgia.

Boruto terlihat menatapnya dengan mata berkaca-kaca usai menangis dan Sarada mengangkat tinggi-tinggi katana mainannya, sesumbar akan mengalahkan siapapun yang membuat Boruto menangis tanpa sadar Dirinya sendiri penyebab lelaki itu menangis. Sarada tertawa.

21+ BorutoxSarada Fanfiction (Kumpulan Cerpen BoruSara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang