Chap. 3 Yuki No Hana

579 69 39
                                    

Tenno Heika sangat menyukai musim dingin, sampai-sampai semua kegiatan inti hingga ekstra di kerajaan di lakukan pada musim dingin.

Seperti malam itu, Hall istana kedatangan banyak tamu penting dari mancanegara. Tenno Heika mengadakan pesta meriah untuk menyambut akhir tahun. Pesta rutin di istana.

Seperti hal-hal formal lain, Boruto harus berdiri di samping Ayahandanya. Melakukan formalitas menyapa Kaisar dan Raja dari Negeri lain. Basa basi mengenai politik, cuaca, keadaan negeri, dan lain halnya.

Boruto lelah setelah menyapa banyak orang, rasanya menyebalkan harus menjilat banyak orang agar dirinya dapat berkuasa dengan layak. Oh.. bukan berarti kerajaannya membutuhkan persetujuan orang lain untuk melantik putra mahkota. Agar dirinya dapat menjadi Raja, hubungan diplomatik negaranya harus tetap terjalin. Karena itu Naruto selalu membangga-banggaknnya di depan mereka. Boruto juga harus mengikuti standar yang Naruto buat. Itu yang membuatnya lelah.

Mata lelaki itu menelisik ke seluruh ruangan. 'Seharusnya dia juga disini. Dimana dia?'

Sementara itu, Sarada baru saja sampai dengan kedua orang tuanya di halaman istana yang malam ini bersih dari salju. -Tukang Kebun istana menyapu bersih salju-salju itu atas perintah kaisar-

Sebagai ketua klan Samurai terbesar, Sasuke membawa banyak pasukan di belakang mereka. 10 diantaranya untuk melindungi Sarada dan Sakura.

"Aku bisa melindungi diriku sendiri, Papa." Ujar Sarada saat Sasuke memaksa dengan keputusannya membawa 1 regu.

"Fokuslah dengan kewajibanmu Sarada. Calon tunanganmu akan hadir malam ini. Pakailah pakaian yang layak. Urusan menjaga istana serahkan pada orang lain."

Sarada hampir melupakan soal perjodohan itu. Usianya sudah memasuki 18 tahun. Wajar baginya untuk menerima perjodohan dari klan Samurai lain yang sama besarnya, sama terhormatnya untuk menjaga kedudukan keluarga di dunia persamuraian.

Jadilah hari itu lain dari biasanya, Sarada tak mengenakan rompi dan pedang. Gadis itu terlihat anggun dengan gaun panjang yang menjuntai menyapu tanah. Rambutnya di sanggul memperlihatkan leher jenjangnya, Wajah cantiknya di poles makeup yang membuatnya terlihat seperti wanita bangsawan dewasa yang sangat anggun.

Ketika mereka memasuki Hall istana, Sarada dapat merasakan seluruh orang melihat ke arah mereka. Itu sudah menjadi hal wajar bagi Sasuke karena dia ketua klan Samurai, tentu siapapun segan dan takut padanya. Tapi bukan hal yang wajar bagi Sarada karena setiap langkahnya, mata para lelaki seakan tak pernah melepaskan dirinya.

"Jaga sikapmu layaknya putri bangsawan hari ini, Sarada. Jangan kecewakan Papa. Kau putriku satu-satunya." Sasuke menatap tajam. Sarada menunduk. Sasuke selalu mengatakan jika Sarada putrinya satu-satunya seolah melimpahkan semua beban di punggung gadis itu. "Tidak akan menjawab?" Suara Sasuke memaksa.

"Haik.." Jawabnya pelan.

Sasuke bersama Sakura meninggalkannya untuk menyapa Kaisar. Sarada beringsut ke sudut ruangan, bersandar pada tembok.

"Hime, apa kau keberatan jika aku menemanimu?" Seorang lelaki yang Sarada ketahui merupakan bangsawan dari Negeri sebelah menghampirinya.

Sarada melengkungkan bibirnya ke atas membentuk garis senyuman sebagai formalitas. "Maaf, Tuan. Aku harus menunggu Orang tuaku sendiri disini."

"Ah..." Pemuda itu mendesah kecewa. "Apa aku boleh tau siapa orang tuamu? Kau sangat cantik, jika kau berkenan aku ingin melamarmu."

Sarada masih mempertahankan senyumannya. Menundukan wajahnya seperti gadis bangsawan pada umumnya. Dia sudah terbiasa dengan permintaan seperti yang pemuda itu katakan. Sarada menggeleng pelan. "Aku sudah memiliki tunangan, Tuan. Tapi karena Tuan sangat penasaran, Otousanku Sasuke dari klan Uchiha." Sarada mendongak. Mata onyxnya memikat lelaki yang kini tertegun. Gadis itu dapat melihat aura ketakutan di diri lelaki itu sesaat mendengar napa Papanya.

21+ BorutoxSarada Fanfiction (Kumpulan Cerpen BoruSara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang